Bag. 6

82 2 0
                                    

Attention tulisan yg di italic/miring berarti bahasa Inggris


Happy Reading ☺️


.
.
.
.





"Ini data yang kau minta Skandar." Professor Goodweather memberikan secarik kertas padaku dan segera ku pandangi data milik Dina itu lekat-lekat.

"Ada apa dengannya?" Tanya professor yang tidak ku gubris.

"Dia punya nilai yang cukup tinggi diantara yang lain. Kau sangat baik menjadi mentornya Skandar. Para dosen lain pun memuji laporannya yang sempurna tanpa celah. Aku dengar sebenarnya dia tidak diizinkan untuk datang ke Britania Raya. Tunangannya memohon untuk dia diizinkan. Orang tuanya sangat protektif. Bahkan aku tak percaya apa yang dikatakan para dosen.." jelas Professor yang membuatku semakin penasaran dengan Dina.

"Apa yang dikatakan para dosen?" tanyaku dan di balas senyuman professor.

"Gadis itu di jual orang tuanya untuk mendapatkan menantu kaya raya. Kau tahu? Tunangan Dina salah satu keluarga orang terkaya di asia. Awalnya aku tak percaya. Tapi setelah melihat orang-orang besar yang menyokongnya untuk terpilih mengikuti pelatihan yang kampus kita buat. Tunangannya bukanlah orang main-main." Jelasnya lagi yang membuatku kecut.

Apa daya ku melawan orang-orang yang punya nama. Sedangkan aku hanyalah salah seorang yang memiliki garis keturunan bangsawan sebuah kerajaan. Bukan berarti aku tak bangga menjadi seorang bangsawan, tapi rasanya sangat sulit untuk menggapainya dengan cara yang berbeda. Bukan hanya berbeda pandangan status, sosial dan agama mungkin aku benar-benar tak bisa menggapainya.

.
.
.

Aku berada di depan sebuah gerbang rumah yang sudah lusuh, sebuah bendera merah yang sudah robek terpasang tak jauh dari situ. Itu tanda salah seorang anggota keluarga di rumah ini baru saja pergi meninggalkan mereka selama-lamanya.

Siapa?

Aku berharap dia bukanlah Dina, rasanya sulit datang dan mengganggu keluarga mereka yang dalam keadaan berkabung. Tapi aku sangat penasaran bagaimana keadaan Dina? Apakah dia baik-baik saja?

Apakah dia sudah menikah?

Atau sebaliknya bendera merah ini untuknya sebagai tanda aku tak memiliki harapan sama sekali.

Seorang pria muda tampak membuka pintu gerbang dan menyambutku untuk masuk ke dalam rumah. Ia segera bergegas untuk memanggil ibunya bukan Dina walaupun aku sudah mengatakan aku mencarinya.

"Perkenalkan nama saya Skandar. Saya come from Britain." Ucapku memperkenalkan diri pada ibu Dina yang duduk bersama ku dan ku duga adik laki-lakinya berdampingan dengan ibunya.

Ibu Dina tampak kesulitan dengan ucapakan ku yang tak fasih berbahasa Indonesia. Untungnya adik Dina segera memberi penjelasan dan ibunya terlihat terkejut sesaat.

"Inggris?" gumam ibunya menatap ku dengan nanar.

"Dari Inggris bukan?" Tanya ibu Dina yang segera ku jawab dengan sebuah anggukan.

"Dina sedang tidak sehat. Sejak ayahnya meninggal ia sangat terpukul dan terus menerus mengurung diri." Jelas ibunya dan meminta adik Dina untuk menerjemahkan perkataannya, tapi aku segera memberi penjelasan bahwa aku mengerti yang diucapkannya hanya tak mampu menjawab dalam bahasa Indonesia yang baik.

"Dani.. sana balik belajar ke kamar mu. Ada sesuatu yang mau ibu jelaskan dengan bapak Skandar berdua saja." Ucap ibu Dina yang tampak mengusir anak laki-lakinya untuk pergi.

Dani mengerti dan segera pergi menjauh. Ibunya tampak mengajakku ke taman belakang yang menampakkan Dina yang sedang memandang dengan pandangan kosong ke udara di jendela belakang.

Ibunya mempersilahkan ku untuk duduk sambil menatap Dina sesekali. Matanya tampak berkaca-kaca mencoba menguatkan diri untuk bercerita dengan ku.

"Dina sudah cerita tentang kamu. Ibu tak tahu pasti siapa nama pria yang diceritakannya, tapi itu kamu kan?" Tanya ibu Dina dengan mata menelisik ku.

"Iya, bu. Sorry. Sa-saya tak tahu can say what. Saya t-tak t-tau bilang ap-apa. Saya ingin minta maaf." Entah mengapa semua terasa kaku, air mata terus berlinang dari mataku.

Apakah itu karena melihat Dina yang terlihat terguncang atau karena kesalahan yang pernah ku perbuat pada Dina? Atau keduanya yang menjadi alasan aku menangis.

Ibu Dina mengusap punggung ku berlahan, "Dina hamil anak Skandar. Dan dia gagal menikah dengan tunangannya." Jelasnya yang membuat jantung berdebar dengan kencang dan menatap ibu Dina.

"Saat pulang dari Inggris Dina sempat terlihat kacau, dia mencoba menghubungi Ridho untuk mengabari kepulangannya. Ridho tidak menjawab ataupun mencoba untuk datang kemari. Setelah seminggu Dina datang ke tempat Ridho dan menemukannya bersama seorang wanita." Jelas ibu Dina yang membuat tangan ku terkepal keras.
.
.

.





Let's go to next chapter chaw 🌼

Belibet FriendsWhere stories live. Discover now