Bag. 5

88 2 0
                                    

Attention tulisan yg di italic / miring berarti bahasa Inggris

Happy Reading

.
.
.

Aku meletakkan Dina di atas sebuah ranjang yang ku duga miliknya. Karena ranjang yang satunya terdapat poster besar salah seorang penyanyi rock yang cukup terkenal pada masanya, jelas sekali Dina bukan salah satu penggemarnya karena dua bulan ini tidak pernah mendengarkan lagu rock melainkan lagu dari negaranya sendiri.

Sambil melepaskan satu persatu sepatu yang dikenakan Dina, aku mendengarkannya yang berhenti mengoceh dan terperanjat saat melihatnya sudah duduk untuk menatap ku.

“Dokter, aku akan menikah sepulang dari Inggris.” Ucap Dina dengan wajah tersenyum dan tiba-tiba ia terlihat meringis sambil meremas sebelah dadanya.

“Lihat kan.. lihat dokter. Payudara ku yang sebelah sini cukup sakit saat di sentuh. Lalu bagaimana aku akan bercinta dengan suami ku?” ia bertanya pada ku yang memandanginya dengan terheran-heran.

Bercinta saja. Apa peduli rasa sakit itu.” Jawab ku yang di sambut dengan sebuah cengkraman dari tangan Dina.

Aku terkejut melihat ia sudah melepaskan bajunya dan membuat ku menyentuh satu salah payudara miliknya.

Kau gila.” Ucap ku segera melepaskan dadanya.

“Ada benjolan di sebelah situ? Aku rasa itu penyakit mematikan. Tapi bisakah aku melakukan operasi sepulang dari Inggris.” Ungkap Dina dengan wajah memelas.

“Aku hanya ingin ikut pelatihan ini setidaknya agar aku bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik setelah menikah.” Jelasnya lagi sambil bersandar pada dada ku.

Air matanya terjatuh di atas celana jeans yang ku kenakan. Aku menepuk punggungnya yang sudah telanjang berharap dia dapat kebahagiaan tidak bersedih seperti saat ini.

Kau harus mengatakannya pada tunangan mu. Kau mabuk berat hari ini. Aku harap kau bisa melupakan apa yang terjadi hari ini. Dan menghadapi hari mu nantinya dengan lebih-“

Cupp

Lagi-lagi Dina bertingkah gila, ia mengecup bibir ku dan jari-jari lentiknya bergerilya di atas punggung ku.

Apa yang kau lakukan?” Tanya ku padanya yang semakin liar dalam berciuman.

Aku yang tak pernah bercinta sepanjang hidup ku kini beralih menjadi birahi tingkat tinggi yang tak tertahankan. Ini pertama kalinya dan aku ingin bersamanya. Entah karena segelas alkohol yang baru seteguk tadi, atau karena gadis yang ku sukai ada di depan ku.

Inikah yang disebut kesempatan dalam kesempitan?

Gadis yang ku sukai punya tunangan dan jiwa ku yang sudah terbakar dalam api cinta ingin memilikinya seutuhnya. Aku tak peduli jika dikatakan sebagai seorang bajingan yang mencabuli gadis muslim yang sedang mabuk di asmara.

Hanya malam ini, takkan ada kesempatan terbaik untuk menjadi bajingan dalam sehari setelah cukup lama menjadi bayang-bayang keluarga untuk menjadi sempurna setiap saat. Kapan lagi aku bisa membalaskan perbuatan wanita jalang yang sudah membuat ku hancur.

Dan hari ini aku akan memberikan pembalasan terbaik bersama wanita terbaik yang sudah ku pilih untuk menghuni hati ku.


.

.

.




Dina terbangun dari tidurnya, ia terkejut mendapati dirinya telanjang berpelukan dengan pria yang selama dua bulan ini sangat ia benci. Pria itu juga bertelanjang dengan hanya sehelai selimut yang menutupi tubuhnya. Ia bangkit berlahan mencoba memproses apa yang terjadi semalam tapi tak ada satupun yang masuk pada akalnya. Ia segera bergegas saat melihat jam yang hampir menunjukkan waktu keberangkatannya menuju Indonesia.



.

.

.


Suara dering handphone terdengar dari celana yang tersangkut pada gantungan pintu. Aku segera bangun dan mengangkat panggilan itu.

Ada apa Christ?” Tanya ku dan seketika aku tersadar apa yang terjadi semalam.

Dina..” ucap ku yang membuat Christ terus mengoceh di seberang sana.

Entah apa yang dia katakan yang pasti dia menceritakan Dina menelfonnya tadi dan mengatakan bahwa ia kecewa dengan perbuatan ku. Dia harus pulang ke Indonesia dan berharap bahwa dia tidak seharusnya mengenal ku.

Dimana dia sekarang Christ?” dan Christina segera memberitahukan bandara yang Dina tuju.

.
.
.

Aku berlarian di antara kerumunan orang-orang tak tahu harus kemana, yang pasti seharusnya ada pesawat yang sedang menuju Indonesia sekarang. Aku memandangi setiap orang yang mirip dengannya dan terakhir kali aku melihatnya memasuki gate pesawat hanya dari punggungnya saja.

Aku memaksa masuk dengan petugas di sana. Tapi mereka melarang dan aku tetap memaksa menawarkan mereka dengan sejumlah uang untuk membiarkan ku masuk. Tapi tak lama gerbang pesawat di tutup dan sepertinya akan segera lepas landas. Aku menggeram dengan kesal dan bertanya kepada para petugas kapan penerbangan menuju Indonesia yang selanjutnya. Mereka segera mencari tahu dan membiarkan ku memesan tiket untuk penerbangan selanjutnya menuju Indonesia.

Saat sampai di bandara Indonesia, aku terkekeh keras dengan sejumlah supir taksi yang terus menerus menawari ku untuk mengantar ke tempat yang ku tuju. Dan itulah masalah ku, aku tak tahu tempat yang ku tuju.

Aku tak tahu apapun mengenainya selain mengenal kepribadiannya yang hangat saat menghadapi ku. Inikah akhirnya pikir ku. Tapi setelah sekian lama aku baru bertemu dengan orang yang mampu mencuri hati ku lagi. Tak mungkin aku melepaskannya begitu saja.

Aku tertampar kenyataan saat teringat bahwa ia sudah memiliki kekasih hati. Dia akan segera menikah dan aku tidak punya harapan lagi menemuinya.

.
.
.
.

Let's go to next chapter chaw 🌼

Belibet FriendsWhere stories live. Discover now