7. Pusat Perhatian

4.1K 45 13
                                    

Hai apa kabar kalian? Lama gak berjumpa ya. Wkwkw
Tandai kalo ada typo ya
soalnya gak sempet di revisi.

***

Luna menggeliat didalam selimut yang menutupi tubuh mungilnya. Matanya perlahan terbuka, sosok yang pertama kali ia lihat adalah Adzka yang masih terlelap. Ya, mereka tidur satu ranjang. Jika kalian berfikir mereka melakukan hal yang ekhhhmm... lupakan saja, itu tidak terjadi.

Luna merubah posisinya menjadi duduk, di pandanginya wajah damai Adzka, entah mendapat keberanian dari mana tangan mungilnya terulur menyentuh rahang tegas Adzka.

Luna yang merasakan pergerakan kecil Adzka segera menjauhkan tangannya dari wajah tampan itu, dan dengan perlahan beranjak dari kasur.

***

Luna menatap pantulan dirinya di cermin, ia sudah siap dengan seragam sekolah, dengan telaten Luna menyisir rambutnya. Tanpa sengaja pandangannya terhenti saat melihat Adzka yang masih tertidur.

"Ka, bangun udah siang," ucap Luna sambil menggoyangkan lengan kekar Adzka.

Bukannya bangun, Adzka semakin merapatkan selimut hingga menutupi kepalanya.

Mulai kesal, Luna menarik paksa selimut yang menutupi tubuh Adzka, "Bangun, nanti kita telat Adzka," geram Luna.

"Iya, iya ini bangun," dengan kesal, Adzka mengubah posisinya menjadi duduk. "Buruan mandi."

"Ya sabar, ngumpilin nyawa dulu," balas Adzka kesal. Setelah beberapa menit duduk, Adzka beranjak dari kasur, mengambil handuk dan segera masuk kedalam kamar mandi.

Tak kurang dari lima menit, Adzka sudah keluar, membuat Luna yang masih belum selesai dengan urusan rambutnya cengo, gila saja laki-laki yang katanya keren ini mandinya hanya sebentar? Luna menatap Adzka dari atas hingga bawah tapi...sial, kenapa Luna baru sadar jika Adzka hanya menggunakan handuk sebagai penutup tubuhnya? Dengan cepat, Luna memalingkan pandangannya, ia yakin wajahnya kini sudah memerah, melebihi kepiting rebus.

"Kenapa?" tanya Adzka santai.

"Lo mandinya cepet banget, emangnya bersih?" tanya Luna berusaha menutupi kegugupannya.

"Bersihlah, ngapain lama-lama, buang waktu doang," jawab Adzka sambil berjalan menuju lemari.

Luna kembali menatap cermin, melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda. Dan lagi-lagi, sial sekali ia pagi ini. Kenapa laki-laki yang di kagumi banyak perempuan itu tidak punya malu? Mengenakan pakaiannya di hadapan Luna! Sungguh Luna tidak sanggup jika harus seperti ini setiap hari.

***

Luna menatap jalanan yang mulai di padati kendaraan dari jendela samping tempatnya duduk, sedangkan Adzka, lelaki itu tengah fokus mengendarai mobilnya. Keduanya kini sedang dalam perjalanan menuju sekolah.

"Hari ini gue ada rapat OSIS lo, pulang duluan aja, nanti gua chat sandinya," ucap Adzka memecah keheningan.

"Gue nungguin lo aja," jawab Luna sedikit takut. Pasalnya, ia belum tahu betul jalan dan alamat apartemen Adzka ia takut nantinya malah tersasar dan kembali merepotkan Adzka.

"Yaudah," final Adzka.

"Lo, gak tanya alasannya gitu?" tanya Luna heran. Jujur saja, ia takut jika Adzka berfikir dirinya tak ingin jauh-jauh dari Adzka.

"Lo gak bisa jauh dari gue, kan?" tanya Adzka kelewat percaya diri.

Nah kan apa yang Luna fikirkan benar terjadi. "Enak aja ya lo, gue-gu..e cuman belum hapal sama apartmen lo, gue takut kesasar," jelas Luna.

Adzka tersenyum tipis, Luna saat ini terlihat lucu baginya. "Yaudah, tunggu gue aja kalo gitu."

***

Luna mengeratkan pegangannya pada tas sekolah, ia merasa gugup karena banyak pasang mata yang menatapnya, bisikan-bisikan mengenai dirinya juga sesekali terdengar.

"Jadi, dia beneran cewe bayaran?"

"Gak nyangka banget, padahal dia keliatan lugu."

"Adzka ko mau sih jalan barengan gitu sama tu cewe?"

Ya, kurang lebih seperti itu bisikan-bisikan yang Luna dengar.

Adzka yang menyadari Luna tidak lagi berjalan di sampingnya segera menghentikan langkahnya. Ia menarik nafas panjang saat melihat Luna tertinggal jauh di belakangnya.

"Jalannya cepet dikit napa, lelet banget," kesal Adzka. Tangannya membawa tangan mungil Luna ke genggamannya, membuat beberapa siswi semakin menatap iri Luna.

"Gausah di dengerin, mereka cuman iri karna lo bisa jalan bareng sama gue," bisik Adzka tepat di telinga Luna, membuat Luna....merinding.

Keduanya kembali melanjutkan perjalanan dengan Luna yang mencoba untuk mengabaikan bisikan-bisikan kurang penting.

"Yaudah, sana masuk, belajar yang bener," ucap Adzka sambil mengusap puncak kepala Luna layaknya ayah yang mengantar anaknya sekolah.

Setelah Luna memasuki kelas dan duduk di bangkunya, Adzka kembali melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.

***

"Uuuhhh so sweet banget sih Adzka, sampe nganterin cewe murahan ke kelas," sindir Adisty sambil mendudukkan tubuhnya di meja Luna.

"Oh, jangan-jangan service semalam memuaskan, jadinya di manjain deh," kompor Ify.

Ketiganya tertawa mendengar ucapan Ify, sedangkan Luna. Ia hanya menatap ketiganya dengan tatapan jengah, kenapa ia harus bertemu dengan perempuan-perempuan bermulut sampah dan kurang belaian seperti mereka? Sungguh sial!

Merasa tidak ada pembelaan dari Luna, Adisty mendekatkan tubuhnya, tangannya merangkul pundak Luna,
"Eh, gue mau nanya dong, burungnya Adzka gede gak," tanya Adisty sedikit berbisik.

Luna membelakakkan matanya, bisa-bisanya Adisty bertanya hal seperti itu, dan kenapa bayangan saat Adzka memakai baju di depan Luna tadi terlintas secara tiba-tiba?

"Ups, mukanya merah, cerita dong, cerita gimana rasanya," ucap Vena polos seraya mendekatkan tubuhnya pada Luna.

Cukup, Luna sudah tidak tahan!

"KALIAN BISA DIEM GAK SIH? MULUT KALIAN ITU DI SEKOLAHIN BIAR BENER!" teriak Luna. Wajahnya memerah menahan malu dan marah sekaligus.

"yahh, dia marah," ucap Vena yang mengundang gelak tawa Adisty juga Ify.

..................................................................................................................................

Jangan lupa beri komentar guys, karena komentar dari kalian sangat berarti buat aku💕

The Naughty Young Where stories live. Discover now