3

3.6K 647 55
                                    

Lorra masuk shif pagi hari ini. Meski ia minum cukup banyak semalam, tapi pagi ini ia terlihat baik-baik saja seperti biasanya.

Mengendarai mobil sedannya, Lorra sampai di rumah sakit. Ia memarkirkan mobilnya, lalu masuk ke dalam rumah sakit.

Lorra menyusuri lorong untuk sampai ke nurse station. Dari jarak beberapa meter ia melihat kepala perawat yang tampak gusar.

Kepala perawat menangkap sosok Lorra, wanita itu segera mendekati Lorra. "Akhirnya kau datang juga, Lorra." Wanita itu sepertinya telah lama menunggu Lorra.

"Apakah terjadi sesuatu?' tanya Lorra.

"Semalam kita kedatangan VIP, dan pasien ini agak sulit untuk ditangani. Aku sebenarnya bisa mengatasinya, tapi sebentar lagi aku akan pergi ke ruang operasi. Aku menyerahkan pasien itu padamu. Kau perawat yang paling disukai di sini, aku yakin kau bisa mengatasinya."

"Itu bukan masalah, Kepala perawat."

Senyum tampak di wajah kepala perawat. "Kau memang bisa diandalkan, Lorra."

Lorra tidak memiliki alasan untuk menolak pasien, ia dibayar untuk bekerja, jadi ia akan melakukan pekerjaannya sebaik mungkin tidak peduli siapa yang menjadi pasiennya.

Lorra dan kepala perawat berjalan ke nurse station. Di sana terdapat beberapa perawat lain yang berjaga di shift malam.

"Ini data pasien, dan ini infusnya. Kau harus berhati-hati, Lorra. Jika kau melakukan kesalahan pria itu akan memakimu habis-habisan. Wajahnya seperti dewa, tapi sifatnya seperti iblis," seru Angel, perawat yang awalnya merawat pasien VIP yang akan ditangani oleh Lorra.

Awalnya Angel sangat bersemangat, tapi ia melakukan kesalahan kecil karena terlalu terpesona oleh wajah tampan si pasien. Akhirnya ia dilempar dengan ponsel milik pria itu, lalu dimaki-maki karena tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik.

Pria itu mengatakan padanya bahwa rumah sakit menghabiskan uang sia-sia dengan mempekerjakan perawat sepertinya.

"Itu benar, Lorra. Dia mengerikan." Perawat lain juga mengatakan hal yang sama. Setelah Angel, perawat itu yang menangani pasien.

Ia berhasil memasang infus dengan benar, tapi ketika ia ingin mengambil darah pria itu, pria itu memarahinya karena rasa sakit akibat suntikan. Ia tidak mengerti kenapa pria dengan tubuh besar seperti itu bahkan tidak bisa menahan rasa sakit suntikan yang hanya seperti digigit semut.

"Kau harus berhati-hati. Dia adalah pewaris Dalton Group. Jika dia tidak senang maka yang terburuk kau bisa kehilangan pekerjaanmu," seru rekan kerja Lorra yang lainnya.

"Aku tidak peduli dia siapa, selama dia berada di rumah sakit ini dia adalah pasien," balas Lorra.

"Kau bisa berkata seperti itu karena masa depanmu sudah terjamin. Jika kau kehilangan pekerjaanmu kau masih akan menjadi istri pengusaha kaya raya. Aku benar-benar iri terhadapmu, Lorra." Angel mendesah putus asa. Jika saja hidupnya seperti Lorra maka dia tidak perlu bekerja sebagai perawat yang sedikit saja melakukan kesalahan bisa dimaki-maki oleh pasien dan keluarga pasien.

"Aku pergi sekarang." Lorra tidak menanggapi ucapan rekannya. Ia melangkah sembari membawa nampan berisi cairan IV.

Mungkin rekan kerjanya akan terkena serangan jantung jika mengetahui saat ini hubungannya dan Altair sudah berakhir.

Lorra tidak ingin membahas mengenai hal ini lagi, bukan karena ia masih merasa sedih, tapi karena baginya sudah tidak penting membicarakan sesuatu yang hanya tinggal kenangan.

Belum Lorra sampai di depan pintu ruangan pasien yang harus ia ganti cairan infusnya, ia sudah lebih dahulu mendengar keributan dari dalam ruangan itu.

In Bed With The DevilWhere stories live. Discover now