penyelamat?

594 5 1
                                    

Sean melangkahkan kakinya, dengan pajamas yang masih melekat ditubuhnya, tanpa sepeser uang dan tanpa handphone, ingin menghubungi siapa? rasanya tidak ada yang bisa membantunya saat ini, keluarga? rasanya itu bukan pilihan yang tepat, tetangga? mereka juga bukan pilihan yang tepat.

"ayo naik" ucapan itu membuat Sean yang sedari tadi berjalan kaki menyusuri kompleks perumahannya menoleh seketika ke sumber suara.

"kok-?" ucapan Sean terpotong ketika pria itu memberikan jacket kepada gadis itu, pria itu melepas sepatunya menyuruh Sean mengenakannya, kemudian membawa gadis itu kedalam mobilnya.

"nggak usah nanya" ucap pria itu lalu melajukan mobilnya cepat, menuju suatu tempat.

****

"Sky" panggil Sean pelan dengan suara yang bergetar

Sky yang masih membawa mobilnya dengan kecepatan rata-rata itu menoleh kearah Sean seketika, "kenapa Sea? ada yang sakit?" tanya Sky panik, ini pertama kalinya gadis ini menangis di depannya.

"Sea, aku tau kamu nggak baik-baik aja, tapi bilang ke aku sekarang, ada yang sakit?" tanya Sky lagi sambil menghentikan mobilnya ke pinggir jalan dengan cepat.

Sean menggeleng pelan, "Sky.." panggil Sean lagi dengan suara gemetarnya yang semakin terdengar tercekat.

"Sea, jangan nangis Sea, aku nggak bisa lihat kamu nangis" ungkap Sky panik

Sean menangis tanpa suara, air mata yang terus menerus mengalir begitu saja membuat Sky semakin panik, Sky yang awalnya akan mengajak Sean ke rumahnya berubah pikiran, dia bisa dibunuh jika mamanya tau dia membawa Sean dengan keadaan penuh air mata seperti ini.

"kita ke rumah Zale aja ya, aku nggak bisa bawa kamu ke rumah ku kalo kamu masih nangis kaya gini, aku bisa dibunuh mama kalo mama tau kamu nangis" ucap Sky pelan sambil mengenggam tangan Sean sambil mengelusnya pelan.

Sky memasuki perumahan Zale dengan kecepatan diatas rata-rata, dia benar-benar panik, sedari tadi Sean menangis dan tidak bersuara sedikitpun, dan ini membuatnya takut.

Zale, Achilles dan Varun yang baru saja akan pergi menatap mobil Sky kaget, "loh, kenapa lo? hati-hati kalo bawa mobil woy"teriak Achilles kaget, masalahnya Sky mengemudi seakan ini adalah tempat balapan.

Sky keluar dari mobilnya dengan wajah panik, "buruan bukain pintunya lagi" teriak Sky memerintah Zale.

Zale menatap Sky kesal, "enak aja, kita bertiga mau keluar, lo mau pake rumah gue buat tempat lo muasin nafsu lo ya? wahh gila lo Sky" ucap Zale sambil menggeleng.

Sky segera kekursi penumpang, dia berusaha menggendong tubuh Sean, Achilles yang melihat itu lebih dulu langsung berlari kearah Zale, "bukain pintunya sekarang" pinta Achilles tergesa-gesa

"kenapa sih lo berdua? lo juga, lo harus ikut tanding malem ini, jangan nyari alesan buat batalin deh" ucap Zale kesal

Achilles menyambar kunci rumah Zale cepat, dan membuka pintu rumah pria itu.

"Sea.." ucap Varun dan Zale bersamaan, terlihat Sean yang menggigil dan air mata yang penuh kedua pipi gadis itu, dengan mata yang terpejam erat.

"kenapa nggak lo bawa ke rumah sakit Sky?" ucap Varun menatap Sean khawatir

Sky menatap Varun sinis, "terus kalo dokter nanya dia kenapa, gue harus bilang soalnya dia diusir dari rumahnya?" bentak Sky, Varun yang semula ingin protes langsung menghentikan niatnya itu.

"Sea, minum dulu yuk, kamu jangan nangis terus Sea" ucap achilles sambil terus mengelus rambut Sean penuh sayang.

Zale yang melihat keadaan Sean seperti itu, benar-benar merasa bersalah, harusnya dia tidak membiarkan gadis itu pulang tadi, harusnya tadi dia tidak mengulur waktu untuk membuka pintu rumahnya untuk Sean, dan banyak penyesalan lainnya yang ada pada benak Zale.

"gue panggilin dokter ya?" ucap Zale pelan

Achilles mengangguk, begitupun Sky dan Varun, baru saja Zale akan menghubungi dokter keluarganya, Sean menggeleng pelan, "I'm okay" ucap Sean dengan suara paraunya

Varun menggeleng, "nggak usah dengerin Sea kali ini, mending lo telephone dokter kenalan lo itu, buat datang sekarang, siapa sih namanya, Nadir kan, suruh dia kesini, dia masih sepupu lo kan" ucap Varun tegas

Sean memegang tangan Achilles yang memang berada paling dekat dengan dirinya sekarang, kemudian menatap Achilles lalu menggeleng pelan.

"nggak bisa Sea, hari ini dengerin kita dulu ya, kamu udah pucet banget ini" ucap Achilles pelan

Sean akhirnya pasrah, mau tidak mau dia harus bertemu dengan dokter yang akan mengetahui semua kebiasaan buruknya, seharusnya hal ini tidak secepat itu terjadi, tapi karena situasi dan keadaannya tidak bisa untuk menolak, dia harus pasrah.

"aku mau kalian ninggalin aku sama dokternya sendiri aja" ungkap Sean saat dokter yang dihubungi Zale datang sekitar 30 menit kemudian setelah dihubungi.

"nggak bisa Sea, dia cowok" ungkap Achilles menggeleng kuat

Sean menatap teman-temannya satu persatu, akhirnya mereka menyeret Achilles untuk keluar dari kamar itu.

"kamu kenapa bisa lemas kayak gini? kamu kurang istirahat ya? kantong mata mu sangat hitam, bagian dalam matamu juga sangat pucat, kamu anemia, panas mu juga tinggi, kamu sepertinya akan demam, saya akan memberikan obat penurun demam untukmu, kamu -" ucapan dokter tersebut terhenti kala melihat tangan Sean yang dipenuhi luka segar akibat perbuatannya sendiri.

"kamu menyakiti dirimu sendiri?" ucap dokter itu pelan

Sean menatap dokter itu penuh harap, agar pria itu tidak memberitahukan pada teman-temannya, "tolong jangan bilang ke mereka"

"tapi ini bisa infeksi kalau kamu begini terus, untung saja ini lukanya tidak dalam, kamu bisa menghabisi nyawamu sendiri Sean" ucap dokter itu sembari mengobati lengan Sean

"jika aku bisa mati dan meniggalkan dunia ini, sepertinya itu pilihan yang tepat" ucap Sean sembari menahan sakit akibat alcohol yang baru ditetesi dilengannya sedikit demi sedikit itu.

"setidaknya kalau kamu tidak ingin hidup karena mereka, kamu harus liat sekelilingmu yang lain, kamu harus liat wajah panik mereka tadi, kamu harus sadar bahwa mereka berempat, menyayangimu lebih dari apapun, Sea, maaf jika sayang lancang, tapi saya bukan hanya sekedar dokter keluarga Zale, saya juga sepupunya, saya tau malam ini dia harus ikut balap dengan Achilles dan itu bukan taruhan yang sedikit, dan mereka lebih memilih bersamamu, dan menjagamu, bukankah itu artinya kamu berharga dimata mereka?" ucap dokter yang diketahui bernama Nadir itu.

"tapi-"

"tapi apa? kamu harus lebih peka kepada sekitarmu, kamu itu berharga dan berarti di mata orang yang tepat Sea, kamu harus lebih melihat untuk hal itu" ucap Nadir sambil membereskan stetoskopnya.

"yasudah Sea, cepat sembuh ya, jangan sakiti diri kamu sendiri, jika kamu butuh teman cerita, saya bisa membantumu, cerita pada ahlinya, agar kamu tidak merasa sendirian" ucap nadir kemudian diangguki oleh Sean.

"Nadir, terimakasih" ucap Sean pelan

Nadir mengangguk lalu keluar dari kamar dimana Sean beristirahat itu, kamar dimana Zale tidur.

vote dan comment yuk, biar aku tau feedback kalian hehe

makasih udah mau mapir

Diamond Where stories live. Discover now