tycheonsa

Kongpob meletakkan sarapan dan segala keperluan pria yang dicintainya itu dalam diam, dia tak bicara sepatah pun dan Arthit yg tau betul apa kesalahannya tak mampu berbuat banyak selain mengikuti gerak gerik kong dengan matanya, hingga memutuskan mengejar ketika Kongpob meninggalkannya tanpa sepatah kata. 
          	
          	"Berhenti." Tubuh Arthit membentur punggung Kongpob dan kedua tanganya saling bertaut pada perut pemuda yg lebih kurus darinya itu. 
          	
          	"Jangan marah na.." 
          	
          	"Aku tak marah, lebih baik P' makan dan bersiap bekerja." 
          	
          	"Tapi sekarang hari minggu Kong," 
          	
          	Kongkob mengangkat alisnya, lupa akan fakta itu, biasanya dia paling senang hari minggu, karna itu artinya dia bisa bersama Arthit seharian tapi karena masalah tadi malam dan dia masih ingin menghukum kekasihnya jadi dia memilih pulang. 
          	
          	"P'John yang memaksaku minum kong, aku tak berniat mabuk-mabukan sedikit pun." 
          	
          	"Tapi P' bilang ada pertemuan penting dan menolak berkencan denganku. Apa minum-minum di club malam adalah pertemuan penting?" 
          	
          	Arthit menghela napasnya, "jika aku bilang P'john mengajak ke club malam untuk merayakan ulang tahunnya, apa kau akan memberi ijin?" 
          	
          	"Tentu saja tidak," 
          	
          	"Nah kan! Itu alasannya aku berbohong kong" 
          	
          	Kongpob memutar tubuhnya dalam pelukan Arthit karna pemuda itu tak juga mau melepaskan tautan tangannya. 
          	
          	"P'john menyukaimu P' jadi kemana pun dia mengajakmu aku tak akan setuju. Jika aku tidak ada bisa P' bayangkan apa yang akan dia lakukan?" 
          	
          	"Tapi kenapa tadi malam kau ada disana kong?" 
          	
          	"P'todd memberitahuku, dia bilang dia punya firasat tidak enak karna hanya P' yang diajak." 
          	
          	"Aku tidak sadar tadi malam kong, aku ingin menghajarnya jika saja kepalaku tak sakit. "
          	
          	"Tenang saja p' aku sudah melakukannya."
          	
          	

tycheonsa

Kongpob meletakkan sarapan dan segala keperluan pria yang dicintainya itu dalam diam, dia tak bicara sepatah pun dan Arthit yg tau betul apa kesalahannya tak mampu berbuat banyak selain mengikuti gerak gerik kong dengan matanya, hingga memutuskan mengejar ketika Kongpob meninggalkannya tanpa sepatah kata. 
          
          "Berhenti." Tubuh Arthit membentur punggung Kongpob dan kedua tanganya saling bertaut pada perut pemuda yg lebih kurus darinya itu. 
          
          "Jangan marah na.." 
          
          "Aku tak marah, lebih baik P' makan dan bersiap bekerja." 
          
          "Tapi sekarang hari minggu Kong," 
          
          Kongkob mengangkat alisnya, lupa akan fakta itu, biasanya dia paling senang hari minggu, karna itu artinya dia bisa bersama Arthit seharian tapi karena masalah tadi malam dan dia masih ingin menghukum kekasihnya jadi dia memilih pulang. 
          
          "P'John yang memaksaku minum kong, aku tak berniat mabuk-mabukan sedikit pun." 
          
          "Tapi P' bilang ada pertemuan penting dan menolak berkencan denganku. Apa minum-minum di club malam adalah pertemuan penting?" 
          
          Arthit menghela napasnya, "jika aku bilang P'john mengajak ke club malam untuk merayakan ulang tahunnya, apa kau akan memberi ijin?" 
          
          "Tentu saja tidak," 
          
          "Nah kan! Itu alasannya aku berbohong kong" 
          
          Kongpob memutar tubuhnya dalam pelukan Arthit karna pemuda itu tak juga mau melepaskan tautan tangannya. 
          
          "P'john menyukaimu P' jadi kemana pun dia mengajakmu aku tak akan setuju. Jika aku tidak ada bisa P' bayangkan apa yang akan dia lakukan?" 
          
          "Tapi kenapa tadi malam kau ada disana kong?" 
          
          "P'todd memberitahuku, dia bilang dia punya firasat tidak enak karna hanya P' yang diajak." 
          
          "Aku tidak sadar tadi malam kong, aku ingin menghajarnya jika saja kepalaku tak sakit. "
          
          "Tenang saja p' aku sudah melakukannya."