Kedua, aku baru selesai baca Namanya Arum. Bersyukur aku baru aktif WP hari ini setelah setahun lalu, sehingga aku baca sampai part terakhir dan jadi tim marathon WKWKWK. Apa yang kamu resahkan melalui cerita Arum bisa aku rasakan. Sekadar berbagi, silakan skip jika dirasa membosankan, aku pernah mengikuti isu ini untuk tugas akhir mata kuliah Sejarah dan Memori. Bersama teman sekelas, kami telusur Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu, salah satunya ialah Tragedi 1966. Kami temui narasumber terkait, mendengar kisah mereka, menyusunnya jadi video dokumenter dan diunggah ke media sosial. Tapi apa hasilnya? Dosen kami marah besar. Saking gentingnya, sampai membuat output yang susah payah disusun selama tiga bulan berujung takedown. Getir memang ketika kami sebagai mahasiswa sudah mencari narsum kesana kemari, menguak ingatan pedih narsum, berupaya mengabadikan memori yang mereka ingat berujung konflik antara mahasiswa dan dosen. Maka demikian, aku memandang kamu sudah sangat hebat telah menulis Namanya Arum. Walau pembaca lain berujar penasaran, kurang tandas, dan masih mangkel karena mereka tidak tahu endingnya, aku tidak. Setelah baca, justru aku sadar bahwa perjuanvan tidaklah mudah. Sulit memang melawan arus, tapi kamu harus tahu, Alis, kamu patut berpuas diri karena telah menulis karya ini. Kamu telah berhasil membuat mahasiswa sejarah ini bernyiut nyali karena tidak sebanding dengan karya-karyamu yg menggugah orang banyak.
Semoga sehat selalu, dan lancar untuk SKRIPSINYAAA AKWOWKWKWO kami tunggu kisah selanjutnya dari tulisan bernasmu.