Angin mendesah membelah ujung malam,semilirnya membangunkanku dari lelah yang belum kunjung usai. Penat yang segera harus kulipat rapat dalam helai usang kain penutup selimut ku.Masih dalam pejam ketika aku meraih ujung gayung dan menenuhinya dengan air sedingin tembok beton tempatku bernaung. Tak banyak yang mampu ku ingat dari lelap semalam, namun pagi itu aku merasa sangat berbeda dengan pagi lainnya,pagi yang terkadang diwarnai oleh muka masam nyonya yang terpaksa menahan mungkin marah atau geram, aku pun tidak yakin,karena selalu tersungging senyum simpul, ketika berkata, mbak semalam lupa ya menghidupkan alarm,dan seperti terkadang juga,aku selalu membalas senyum dengan senyum paling manis bercampur detak jantung dua kali lebih cepat dari detak normal lalu bergegas berlalu.