•serendipity•

41.1K 851 37
                                    


Tanpa kenal lelah kakiku terus berjalan menyusuri trotoar yang sepi ini. Oh, tentu saja! Ini bahkan waktunya orang-orang untuk tidur, saat aku masih berjuang menuju ke apartemenku.

Aku harus sangat bersyukur dapat tumpangan apartemen dari saudaraku yang pindah ke tempat suaminya, karena kalau tidak ada tumpangan, mungkin sampai saat ini juga aku belum menemukkan tempat tinggal yang cukup dengan budgetku.

Jauhkan pikiran kamu dari apartemen luas, lega dan nyaman seperti tempat tinggal artis. Menurutku, gedung ini lebih terlihat seperti rumah susun daripada apartemen. Tapi, fasilitas disini yang membuatnya pantas menjadi 'apartemen'.

Kembali pada keadaanku yang sudah seperti gembel. Aku memasuki gedung apartemen dengan perlahan, dan tersenyum pada satpam yang sedang berjaga.

Sebagai manusia biasa, aku jelas akan lebih memilih lift daripada naik tangga.  Jelas saja, apartemenku berada di lantai 5!

Ting.

Pintu lift terbuka. Dan seperti biasa, kosong. Aku menghela napas karena harus bertahan dalam kesendirian yang mencekam selama mungkin 1 menit. Aku melangkahkan kakiku ke dalam lift lalu memencet tombol bernomor 5.

Perlahan, pintu lift mulai tertutup. Yang terakhir aku lihat adalah Pak Satpam yang berdiri jauh dari lift tersenyum kearahku.

Sret.

Pintu menutup dengan sempurna, lift mulai beranjak naik.

Lantai 1.

Ugh, kenapa kalau kita ikut menghitung, malah kerasa lebih lama ya. Aku benci menunggu!

Lantai 2.

Ayo dong!



Lantai 3.



"AAAAAAA!"

Tiba-tiba lift ini berhenti mendadak dan untungnya lampu tidak mati semua. Aku berteriak minta tolong dan menggedor-gedor pintu lift. Sesekali aku berusaha memencet tombol-tombol.

Tapi yang kulakukan adalah sia-sia. Tak ada seorang pun yang mendengar teriakanku. Dan aku takut, jika lift ini nanti tiba-tiba meluncur ke bawah.

Tak kehabisan akal, aku mengeluarkan seluruh isi tasku dan menelepon temanku.

"Shit! Gak diangkat lagi!"

Aku mencari nomor telepon temanku yang lain dan berusaha menelepon mereka.

Di LINE pun aku sampai berani menulis pesan di grup angkatan

Yang baik, TOLONGIN GUE!!! GUE KEJEBAK DI LIFT APARTEMEN SUKMA!! TOLONG TELEPONIN POLISI ATAU SIAPAPUN. PLS!

 PLS!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

DUG!

DUG!

Tanganku berhenti mengetik, mendengar suara itu yang berasal dari luar.

"WOY! ADA ORANG DI DALEM?" teriak orang diluar, dan dia menggedor pintu lift.

"TOLONGIN GUE!"

"SEBENTAR! TUNGGU SEBENTAR YA!"

Hening. Sepertinya orang itu menjauh dari lift.

"WOY! LO GAKPAPA KAN DI DALEM? JANGAN PINGSAN! GUE UDAH KASIH TAU SATPAM. SEKARANG LO MENJAUH DARI PINTU!" ujar orang tersebut. Aku mundur menjauhi pintu.

Sepertinya, dia berusaha untuk membuka pintu. Beberapa kali aku mendengar bunyi keras dari luar.

Aku melihat pintu mulai terbuka sedikit. Tapi kemudian tertutup lagi.

"ERGH!"

Kemudian, dia terus berusaha membuka pintu, sepertinya dengan linggis.

"LO! BANTUIN DARI DALEM CEPETAN!"

Aku tersentak saat dia berteriak seperti itu, suaranya lebih terdengar kencang karena pintu sudah sedikit terbuka.

Aku menarik pintu kiri dengan seluruh tenagaku. Saat aku rasa pintu sudah cukup terbuka. Dengan segera aku meloncat keluar.

BRUG!

"AW!"

Tanpa sengaja aku menubruk orang tersebut dan membuatnya terjatuh. Aku berdiri dan melihat pintu lift sudah tetutup lagi dengan goresan-goresan yang dibuat orang tersebut menggunakan linggisnya.

"Tas gue!"

"Bukannya bilang makasih atau apa! Malah mikirin tas lo, paling isinya cuma make up!" ujar orang tersebut. Dia berdiri disebelahku. Tinggi juga nih cowok!

"Makasih banyak!" ujarku sambil mengulurkan tangan.

Dia diam, hanya menatap tanganku lalu mengaggukkan kepalanya, "Ya, sama-sama"

Dia, my serendipity.

Aku bertemu dengannya karena keberuntungan tanpa harus mencarinya.

***

SerendipityWhere stories live. Discover now