every inch / akaashi keiji

By renhanamii

2.6K 414 41

āš˜Ŗ š˜¢š˜­š˜øš˜¢š˜ŗš˜“ š˜­š˜°š˜·š˜¦ š˜¦š˜·š˜¦š˜³š˜ŗ š˜Ŗš˜Æš˜¤š˜© š˜°š˜§ š˜ŗš˜°š˜¶āž āŠ¹ an Akaashi Keiji x Reader fanfiction āŠ¹ Haikyuu... More

š¢. šžš²šžš¬
š¢š¢. š¬š¦š¢š„šžš¬
š¢š¢š¢. š”šžšžššŸš®š„
š¢šÆ. šØš­š”šžš« š¬š¢ššž
šÆš¢. š¤š¢š¬š¬
šÆš¢š¢. š›š«ššš¢šš¬
šÆš¢š¢š¢. š¢š§š¬šžšœš®š«š¢š­š¢šžš¬
ix. maturity

šÆ. š°ššš«š¦š­š”

244 42 8
By renhanamii

"[Name], mau makan siang apa?"

"Gak tau,"

"Mau nasi kare?"

"Terserah Keiji saja."

Alis Akaashi bertaut, pasalnya kekasihnya hari ini irit sekali berbicara. Dirinya pun cukup yakin tidak membuat kesalahan apapun, karena dari kemarin-kemarin [Name] masih ceria-ceria saja. Setelah mereka berdua duduk di bangku panjang kantin pun, [Name] masih diam. Ia menyendok makanannya dengan tidak nafsu.

"[Name], apa aku ada salah?" Akaashi memberanikan diri bertanya. [Name] tidak menatap dan malah memainkan makanannya dengan sendok, "Tidak ada kok," tapi Akaashi yakin sekali ada hal yang dia lewatkan dari gadisnya. Hanya saja ia belum bisa menebak apa itu.

"HEY HEY HEY!! Akaashi, [Name]!!!" Tiba-tiba laki-laki tinggi bersurai dwi warna menghampiri mereka dengan membawa nampan yang berisikan makan siang miliknya. Lalu tanpa disuruh ia duduk disebelah Akaashi.

[Name] menghela napas kasar─Akaashi tak paham untuk siapa helaan napas tersebut ditujukan. Apakah untuk Bokuto yang tiba-tiba mengganggu momen makan siang mereka yang damai, atau karena dirinya sendiri yang masih tidak bisa menerka permasalahan sang gadis saat ini. "Keiji, Bokuto-san, aku ke kelas duluan ya."

"Makanannya tidak di habiskan?" Akaashi bertanya setengah khawatir, karena makanan yang [Name] suapkan ke mulutnya tidak lebih dari seperempat piring. Gadis itu menggeleng, "Tidak, aku sudah kenyang." dan seorang [Fullname] pun berlalu meninggalkan dua pria berstatus kakak dan adik kelas di Fukurodani tersebut.

"hm? apwah kawh berbwat salwah phadwah whame?" Bokuto berusaha berbicara dengan mulutnya yang penuh dengan makanan. "Bokuto-san, telan dulu baru bicara." ucap Akaashi dan mendapat kekehan kecil dari sang ace Fukurodani. "Apa kau berbuat salah pada [Name]? Dia tidak seperti biasanya, aku seperti melihat orang lain!"

"Sejauh yang aku ingat, tidak ada. Lagipula kemarin dia masih baik-baik saja di depanku," Akaashi melanjutkan makan siangnya, "Atau mungkin kau lupa hari spesial kalian? Misalnya hari jadi pernik─"

"Kami belum menikah, Bokuto-san." Akaashi menggeleng kepalanya pelan, kembali menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya sambil terus memaksa otaknya untuk mengingat-ingat hal yang bisa membuat seorang [Name] badmood.

Karena seperti yang kita ketahui, Akaashi sudah kelewat hafal dengan apapun tentang gadisnya. Hal yang ia sukai, hal yang dia benci, film yang bisa membuatnya menangis, dan lain-lain. Tipe pacar yang sangat mengerti keadaan dan mampu menafsirkan apa yang harus dia lakukan untuk tetap membuat gadis bermarga [Lastname] itu bahagia.

"Perempuan sepertinya memang sulit di pahami ya! Apalagi kalau sedang datang bulan, Yukippe saja kalau sudah waktunya pasti ngamuk-ngamuk di kelasku. Yah meskipun dia setiap hari juga memang galak," Bokuto melanjutkan ocehannya soal wanita, dan berterima kasihlah padanya karena pada akhirnya Akaashi ingat tanggal berapa hari ini.

Akaashi terdiam sesaat sebelum akhirnya buru-buru menghabiskan makanannya dan beranjak dari tempat duduk. "Terima kasih, Bokuto-san." menepuk bahu Bokuto perlahan dan akhirnya berlalu meninggalkan sang kakak kelas. "Ya.. sama-sama? Tapi buat apa?" Bokuto yang lemot menatap punggung Akaashi yang kian menjauh dengan bingung. "Yah, aku ditinggal sendiri!" kesal Bokuto karena partnernya di tim voli itu meninggalkannya secara tiba-tiba, padahal yakiniku kesayangannya belum habis.

Sabar ya, Bokuto. Akaashi harus menjalankan tugasnya sebagai b̶u̶c̶i̶n̶ kekasih yang baik dulu.

***

Hari ini mood [Name] sangat buruk. Tadi pagi saat ia baru bangun tidur dan hendak mandi, ia mendapati bercak kemerahan pada pakaian dalam yang ia kenakan. Seketika wajahnya cemberut karena berarti ia harus merasakan keram perut yang sangat menyiksa itu lagi. Meskipun setiap bulannya ia akan terus berkutat dengan hal tersebut, dirinya tidak pernah bisa mentolerir rasa sakit itu.

Perutnya yang terus-terusan sakit di hari pertama hingga kedua, membuat gadis mungil itu jadi tidak nafsu makan. Badannya lemas dan hanya ingin berbaring santai di kasur sambil membaca komik, bermain ponsel atau tidur cantik. Sayang sekali sekolah tidak mungkin menerima alasan sepele seperti kram menstruasi untuk mengizinkannya tidak masuk selama kurang lebih seminggu.

[Name] sama seperti perempuan pada umumnya, karena harus menahan sakitnya ia jadi tidak banyak bicara. Bahkan pada Akaashi. Ia merasa bersalah, tapi apa boleh buat. Ia takut nantinya emosinya gampang memuncak dan malah melampiaskannya pada sang kekasih yang tidak tau apa-apa.

Meskipun pada akhirnya, hal tersebut yang membuat Akaashi kepikiran karena perubahan sifat sang pujaan hati yang tiba-tiba.

[Name] bilang akan pulang lebih dulu dari Akaashi karena pria itu harus mengikuti latihan voli reguler. "Iya, hati-hati di jalan. Setelah aku selesai, aku akan mampir ke rumahmu." hanya begitu tanggapan Akaashi, dan [Name] hanya mengangguk. Tidak ingin membuang-buang waktu lebih lama di sekolah karena ia sudah tidak tahan ingin langsung pulang dan membanting dirinya ke kasur empuk lalu tidur dan melupakan rasa sakit pada perutnya.

Rencananya sih begitu, tapi di interupsi oleh bel rumah yang memekik telinga. Sehingga membangunkannya yang sedang asyik berkelana di alam mimpi. [Name] membulatkan pipi kesal dan dengan mata yang masih setengah mengantuk untuk membuka pintu.

"Siapa sih─Oh... Keiji?"

"Hai tuan putri, tidurmu nyenyak?" Akaashi tersenyum melihat kekasihnya. Sebenarnya dari penampilan [Name] dia tau bahwa kekasihnya itu baru saja terbangun karena bel yang ia tekan─tapi tak apalah. Ia punya sesuatu yang lebih bisa mengembalikan mood sang gadis ketimbang tidur.

"Aku baru saja akan berlabuh ke mimpi tau," omel [Name] sembari mempersilahkan Akaashi masuk dan hanya dibalas kekehan. "Ya sudah, duduk dulu. Aku akan membuatkanmu sesuatu," Sang pria pergi ke dapur dengan kantung belanja kecil yang [Name] tidak tau isinya apa (dan ia juga tidak mau tau karena masih mengantuk).

Menyenderkan punggungnya pada bantalan sofa yang berwarna putih tulang, [Name] mulai memejamkan mata perlahan-lahan─rasa kantuknya masih bertengger, tentu saja. Ia putuskan untuk kembali ke mimpi selagi menunggu Akaashi─toh pria itu juga yang sudah membangunkannya dari acara bermalas-malasannya.

Puk

Lima belas menit kemudian Akaashi menepuk puncak kepala [Name]─bermaksud membangunkan. Lagi, [Name] yang sudah larut dalam semerbak bunga tidur harus bangun. "Ini teh apel diminum dulu. Katanya bagus untuk meredakan kram menstruasi," Akaashi menyodorkan cangkir kaca yang didalamnya sudah di isi cairan berwarna coklat terang hangat dengan aroma yang menggugah selera tentunya.

Alih-alih mengamuk karena tidurnya terganggu, [Name] memilih menuruti setelah mendengar kata 'meredakan kram menstruasi'. Diseruputnya pelan-pelan, teh apel itu terasa sangat pas. Ucapan kekasihnya itu benar-benar ajaib, karena beberapa detik setelahnya perutnya sudah mulai terasa lebih baik.

Tanpa disadari, Akaashi sudah duduk disebelah [Name] dengan tangan yang melingkar di perut tuan putrinya. "Kalau sudah selesai minumnya, sini tidur di bahuku." ujar Akaashi sambil menepuk bahunya dengan tangannya yang lain. "Um, Keiji tanganmu.."

"Tadinya aku mau beli heat pack tapi ternyata sudah habis. Jadi ini saja sebagai gantinya,"

"Uh.. um," akhirnya [Name] mulai mencari posisi nyaman dan meletakkan kepalanya di bahu lebar sang setter. Mulai menyerap kehangatan dari tubuh sang kekasih, tak lupa hidungnya menangkap aroma khas Akaashi Keiji yang selalu membuatnya candu. Aroma maskulin namun menenangkan.

"Maaf ya, aku lupa kalau tanggal segini sudah waktunya." [Name] menggeleng sambil memejamkan matanya, kedua tangannya ia lingkarkan pada pinggang pria yang ia cintai. "Tidak apa-apa, yang penting sekarang kau sudah disini."

Pria bermahkota hitam legam itu mengecup pucuk kepala sang gadis penuh sayang, "Selamat tidur, princess."

to be continued

[A/N]

Haiiiii saya kembali!

Maaf ya udah lama gak update, soalnya kemarin-kemarin di siksa sama tugas yang gak abis-abis dan beratnya luar biasa. Ditambah lagi ngejar deadline UAS, dan dekat-dekat UAS pun tugas yang dikasih masih gak ngotak <(`^')> jadi saat punya waktu luang ya saya pake mager-mageran karena hampir ga ada hari untuk istirahat... hiks.

Tapi karena sekarang udah selesai semuanya, jadi saya bisa update lagi deh! Pokoknya selama liburan akhir tahun, saya usahakan ngulik ide-ide lainnya juga ya terus sering-sering update juga uwu (yang ini gak janji 100% lho ya! WKWKWK /plak).

Ngomong-ngomong sedih ya season 4 sudah tamat :( saya gak bisa move on dari Inarizaki... apalagi sekarang lagi bucin Atsumu banget.

Oh ya buat kalian gimana tuh ujiannya? Semoga lancar-lancar aja dan bisa menikmati liburan ini ya! Jangan lupa buat tetep jaga kesehatan apalagi masih pandemi gini.

Sebelum saya akhiri, mau quick survey nih! Kalian suka apa aja sih dari setter cantik kita, Akaashi Keiji? komen aja ya! Mana tau bisa jadi bahan ide saya buat chapter-chapter selanjutnya ohohoho ╰(✧∇✧╰) < orang ini sering kena writer block.

Kalau gitu saya izin pamit ya, jangan lupa vote juga btw~ sampai ketemu di update selanjutnya! ✧⁺⸜(●′▾‵●)⸝⁺✧

─Ren Hanami, 231220.

Continue Reading

You'll Also Like

623K 62.3K 47
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

2.9M 204K 36
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
2.6M 38K 29
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
1.8M 86.8K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...