Seketika mata Seva langsung melotot. Ia kaget tapi hanya bisa diam mematung.
Itu Romeo!
Seva bingung. Bagaimana Romeo bisa berada disini? Tidak mungkin kan secara kebetulan?
Atau Seza yang memberitahunya?
Ah! Itu lebih tidak mungkin! Bukankah kakaknya itu yang mati matian membantunya untuk menjauh dari Romeo? Dan tentu saja Seza juga tidak akrab dengan Romeo kan?
Tapi kalau kenyataannya sudah begini. Seva harus bagaimana? Apalagi melihat Romeo yang sedari tadi diam saja, itu menakutkan!
"Seva ada apa?" Agam yang melihat Seva hanya diam tak bergerak langsung menghampiri. Ia menepuk pundak wanita itu hingga tersadar
"Ehh.i.iya ada apa?" Seva balik bertanya, ia gelagapan dan menoleh pada Agam yang menatapnya heran
"Apa ada masalah? Kenapa melamun?" Tanya Agam lagi
Seva buru buru menggeleng. "Tidak ada masalah. Semuanya baik baik saja" sahut Seva tersenyum kikuk. Agam ikut tersenyum.
"Seva ayo pulang"
Suara datar itu membuat keduanya lantas menoleh. Seva menemukan Romeo yang sudah bangkit dari duduknya.
Sementara Agam menatap bingung orang asing yang mengajak Seva itu
"Ma..maaf sebelumnya tapi anda siapa ya? " Agam langsung bertanya pada pria itu. Ia benar benar penasaran. Kenapa pelanggannya mengenal Seva
Pria itu- Romeo menatap Agam sebentar. Kemudian memberikan selembar uang berwarna merah pada Agam
"Ini uang bakso dan minumannya" ujar Romeo menyodorkan lembaran itu.
Ia kemudian memakai topinya dan menyimpan maskernya di saku.
"Seva istriku" ujar Romeo lagi sambil menatap lurus pada Agam. Setelahnya ia langsung melirik Seva. Mengisyaratkan wanita itu untuk segera mengikutinya
***
Mario tidak tau mengapa hari ini perutnya terasa mual. Padahal sejak pagi ia sarapan seperti biasanya.
Dan anehnya saat ia muntah. Tak ada sedikitpun makanan yang keluar dari mulutnya. Yang ada hanya cairan berlendir berwarna bening.
Seingat Mario apa yang ia alami ini seperti gejala orang hamil!
Tapi....
Tidak mungkin kan Mario hamil? Dia kan laki laki!
Lagipula sudah ada Seza yang mewakilinya jadi sangat tidak mungkin Mario ikutan hamil kan?
Pikiran Mario yang ngawur itu membuatnya risau sendiri. Jadi daripada ia semakin berpikir macam macam Mario memutuskan untuk searching google saja. Ia membuka artikel tentang kehamilan dan ciri cirinya
Dan benar saja beberapa dari ciri ciri itu ada yang ia alami secara langsung
Mario semakin panik. Pada akhirnya ia meminta bantuan Romeo dengan meneleponnya. Ia ingin memastikan dengan ucapan Romeo sendiri. Karena sodara nya itu pasti jujur kan. Tidak ada hoax-hoax seperti di internet?
Dua kali Mario telepon, namun tidak di angkat. Barulah pada usaha yang ketiga kalinya Telpon Mario akhirnya di angkat oleh Romeo.
Setelahnya Mario langsung menjelaskan kekalutannya. Ia berkonsultasi layaknya pasien.
Setelah keluhannya sudah ia jelaskan semua, barulah Romeo berkomentar. Ia menjelaskan pada Mario secara detail.
"Bukan hanya wanita. Ngidam juga bisa dirasakan oleh pria. Hal itu disebut dengan sindrom couvade atau sering disebut kehamilan simpatik.
terjadi saat usia kehamilan istri memasuki trimester pertama dan trimester ketiga. Gejalanya pun bermacam-macam. Walaupun begitu sindrom ini bukanlah suatu penyakit fisik atau gangguan mental dan biasanya hanya terjadi sementara waktu, saat bayi sudah lahir sindrom ini akan menghilang.
Jadi jangan khawatir itu hal yang masih wajar. Yang penting tetap jaga kesehatan"
Itu penjelasan yang Romeo berikan padanya. Sekarang Mario bisa menutup telpon itu dengan lega. Ternyata yang ia alami masih wajar jadi Mario aman
Huft....
Ternyata hamil itu merepotkan ya. Eh maksudnya ngidam hehe
***
Romeo langsung menyimpan ponselnya setelah selesai menghubungi Mario. Ia menggeleng gelengkan kepalanya tak habis pikir. Bagaimana bisa Mario sempat berpikir kalau ia ikutan hamil juga?
Itu tidak mungkin!
Sekarang Romeo mengalihkan pandangannya pada Seva yang kini terduduk di sampingnya. Ia terlihat diam saja
"Kenapa?" Tanya Romeo. Melihat Seva yang hanya diam sambil merengut
Seva langsung menoleh, melirik Romeo sebentar."gak apa apa" sahutnya. Kemudian bersidekap.
"Sekarang coba jelaskan secara jujur mengapa kabur begitu saja?" Tanya Romeo serius. Ia menatap lurus pada Seva
Yang di tanya nampak berpikir. Seva terlihat kebingungan mencari alasan yang pas. Karena jujur saja ia takut Romeo memarahinya
"Va?" Romeo menegur lagi tatkala Seva lama terdiam
"Kau kan sibuk jadi aku tak mau menganggumu" balas Seva cepat.
"Lagipula kau kan sering mengacuhkanku jadi daripada pesanku di cuekin lebih baik aku tak memberitahumu" lanjutnya lagi beralasan
Romeo tak berkomentar. Ia hanya menatap lurus para manusia yang nampak berlalu lalang di depannya
"Aku masih pengen disini. Boleh kan?" Tanya Seva lagi berharap. Tentu saja ia masih ingin bersama Sera. Gadis kecil itu membuatnya tak lagi kesepian
Romeo lantas menoleh pada tenda bakso yang tadi sempat ia singgahi. Menatapnya dari balik kaca mobil yang terparkir
"Apa karena pria itu?" Tanya Romeo dengan nada dingin. Teringat akan penjual bakso itu
"Bukan hanya dia tapi Sera juga" Seva menjawab dengan jujur.
Tanpa sadar Romeo mengengam setir kemudi-nya dengan kuat. Mendengar Seva yang mengiyakan ucapannya membuatnya sangat kesal.
Dan tanpa menunggu persetujuan Seva. Romeo langsung menyalakan mobilnya dan menjalankan nya menjauhi tempat itu.
"Loh kenapa jalan? Aku kan masih pengen disini" protes Seva
Romeo diam saja
"Aku juga masih ingin bersama Sera. Jangan pulang dulu" rengek Seva sebal
Tapi Romeo tetap diam saja seraya melajukan mobilnya menuju hotel tempatnya menginap. Tanpa perduli keinginan Seva yang masih ingin di tempat itu
***
Seza langsung mengambil ponselnya tatkala ada bunyi notifikasi masuk ternyata benar. Ada pesan masuk dari Seva.
Tanpa mengulur waktu Seza pun langsung membuka pesan tersebut
"Bagaimana Romeo bisa ada disini? Apa kau yang memberitahunya?"
Itu pesan yang di tulis Seva untuknya.
Seza langsung tersentak. Ia bahkan keheranan bagaimana Romeo bisa menyusul Seva. Padahal tak sedikitpun ia memberitahukan hal ini pada pria itu.
"Aku tak memberitahunya. Atau mungkin suamimu itu seorang dukun" Seza langsung membalas dengan asal, dan mengirimi Seva kembali.
Sekarang Seza jadi ikutan bingung. Dan kalau sudah seperti ini apa yang harus ia lakukan untuk membantu Seva?
Hah! Seza tak ada ide!
Sekarang ia hanya merasa lapar!
Yasudah kalau begitu. Daripada pusing mikirin kerumitan rumah tangga adiknya. Lebih baik sekarang ia makan saja!
Karena perutnya terus merasakan lapar tak berkesudahan. Entah mengapa Seza merasa sekarang ia menjadi wanita rakus!
Tentu saja ini semua karena anaknya Mario kan?
Tolong angkat tangan jika kalian setuju!
***
Romeo menghela napas panjang ketika mendapati Seva terus mendiaminya. Bahkan hingga mereka sampai di hotel pun Seva masih diam saja. Wanita itu cemberut dan terus berupaya menghindarinya
"Bicaralah jangan diam saja" tegur Romeo menatap istrinya yang duduk bertopang dagu di meja
Seva tak menjawab hanya menggeleng tanda tak mau
Merasa teracuhkan Romeo jadi kesal sekaligus bingung. Kalau sudah begini apa yang harus ia lakukan?
Romeo sudah jauh jauh menjemput Seva untuk pulang tapi mendapati Seva yang malah mengacuhkannya ia tak suka
"Yasudah mau apa?" Romeo berujar memberikan tawaran. Bisa jadi jika wanita sedang ngambek mungkin saja ingin sesuatu?
Seva merespon. Ia melirik Romeo sebentar kemudian duduk sambil bersidekap
"Aku mau menemui Sera" Jawab Seva
Romeo berpikir sebentar. Jujur saja ia tak mengenal Sera. Dan dari tadi Seva terus menyebut nyebut nama itu. Apa mungkin Sera itu gadis kecil yang tadi sempat ia lihat di tenda bakso dan yang di ajarin Seva belajar itu?
"Kenapa ingin terus menemuinya? Tadi kan sudah"
Seva langsung berdecak mendengar sahutan Romeo itu.
"Aku betah disini. Aku ingin terus bersama Sera" ucap Seva lagi
"Apa karena ada pria itu juga?" Entah mengapa Romeo jadi terpikir seorang pria yang tadi nampak sangat akrab dengan Seva.
Mendengar pertanyaan Romeo, Seva berpikir sebentar. Dan berhubung Seva lagi kesal dengan Romeo, secuil ide jahil pun muncul. Seva penasaran bagaimana reaksi yang akan Romeo tampilkan jika...
"Ehm.... Bisa jadi" Seva menjawab ambigu. Wanita itu lalu memperhatikan Romeo dari ekor matanya.
Tapi Romeo lagi lagi hanya diam seolah tak berekspresi.
Hah menyebalkan!
"Yasudah temui mereka besok. Dan setelah itu kita pulang. Dan tak ada bantahan!"
Setelah Romeo mengatakan titah itu. Ia langsung beranjak dari duduknya dan pergi ke arah balkon meninggalkan Seva yang makin kesal
'Kenapa Romeo tidak cemburu!' batin Seva berucap geregetan
***
Romeo menatap ke bawah. Mengamati orang orang yang berada di sekitaran hotel.
Meski begitu pikiran Romeo menerawang. Lagi lagi pikiran tentang Seva yang mendominasinya
Romeo sangat lega begitu menemukan Seva. Ia sedikit rindu dengan wanita itu. Tapi ia tak tau bagaimana cara mengekspresikannya.
Romeo ingin sebuah pelukan darinya. Mungkin sedikit saja tak apa. Tapi Romeo bingung bagaimana cara memintanya.
Tak mungkin ia memintanya begitu saja kan? Karena Romeo cukup sadar kalau wanita itu biasa saja melihatnya seperti tak ada kerinduan sedikitpun.
Apalagi antusias Romeo langsung anjlok begitu ia tau kalau ada pria lain yang kini nampak akrab dengan Seva. Ia benar benar kesal!
Atau mungkin Seva sudah menyukainya?
Memikirkan hal itu Romeo jadi kesal sendiri. Ia ingin menjauhkan Seva dari pria yang tadi terus tersenyum pada wanitanya!
Namun tanpa di duga Seva malah mendiaminya. Mau tak mau hanya sedikit tawaran yang bisa Romeo berikan agar Seva tak mengacuhkannya
Meski Romeo tau. Permintaan Seva itu. Membuatnya harus menahan rasa kesal yang menggunung!
Ini memuakkan!
***
Hari itu pun tiba.
Seva sudah bersiap untuk mengajak Sera jalan jalan hari ini. Semalam ia sudah menghubungi Agam dan pria itu memperbolehkannya.
Seva akan berkeliling dan mengajak Sera berbelanja hari ini sebelum ia pulang nanti.
Dan Seva tak mengira jika Romeo juga akan ikut bersamanya. Seva pikir Romeo akan bertahan di hotel saja dan membiarkannya berkeliling sepuas hati. Nyatanya pria itu malah berperan layaknya seorang bodyguard yang terus mengawasinya.
Seva sebal!
Apalagi Romeo hanya diam saja selama perjalanan
Huh! Membosankan!
100 meter lagi mobil yang Romeo kendarai akan sampai di alun alun tempat dimana Agam berjualan.
Dan ketika sampai. Romeo langsung memarkirkan mobilnya di tempat yang tersedia.
Begitu mobil berhenti. Tanpa menunggu Romeo, Seva langsung meluncur ke tempat Agam biasanya berjualan.
Tapi..
Kenapa tidak ada? Apa hari ini Agam tak berjualan?
"Kak Seva!"
Suara itu membuat Seva refleks menoleh. Dirinya langsung menemukan Sera yang berjalan ke arahnya
Sera nampak cantik dengan balutan dress bunga bunga. Memakai bando berwarna pink senada dengan bajunya.
"Sera sendirian?" Tanya Seva sambil celingak celinguk. Ia mencari sosok Agam yang hari ini sepertinya tak jualan. Jika begitu apa Sera menunggunya sendirian disini?
Sera langsung menggeleng sebagai jawaban pertanyaan Seva.
"Ayah lagi beli minum buat Sera"
Seva langsung mengangguk
Tak lama Romeo datang. Netranya langsung mengamati Sera.
"Apa dia yang bernama Sera?" Tanya Romeo memastikan dugaannya.
Seva langsung mengiyakan.
Dan Sera balas mendongak menatap ke arah orang asing yang tak ia kenal. Seakan paham Seva langsung menjelaskan.
"Sera . Dia itu suami ka Seva. Panggil aja dia 'Om Eo' jelas Seva menahan tawa membuat panggilan asal itu
Romeo refleks mengernyit kan dahi. Apakah itu sebutan baru untuknya lagi?
"Ha..i... Om Eo" sapa Sera gugup. Ketika melihat wajah Romeo yang sedikit menakutkan
Romeo diam saja tak menggubris. Sera menunduk.
"Sera jangan sedih. Om Eo emang begitu. Gak pernah senyum, jutek . Dan nyeremin. Kalau Sera di cuekin anggap aja lagi ngomong sama angin " Seva berujar sambil menyindir. Ia pun gregetan sendiri akan reaksi Romeo itu.
Sama Anak kecil saja cuek nya minta ampun. Bagaimana bisa Seva berhayal punya anak dengan si kutub itu?
Mustahil!
Sera langsung paham.
"Senyum dong Om. Kalau mukanya serem gitu ntar kata ayah cepet tua loh" Sera berkomentar. Gadis kecil itu sudah tak merasa takut karena penjelasan Seva barusan. Ia jadi bersemangat membuat 'Om' kenalannya itu tersenyum
Sementara Seva menahan tawanya mendengar ucapan Sera yang terlalu jujur itu.
Sementara Romeo bersikap datar saja seolah tak mendengar apapun. Tapi jujur saja ia sedikit kesal
"Yasudah yuk kita pergi" Seva langsung menggadeng tangan Sera bersiap untuk pergi begitupun dengan Romeo
"Heyy tunggu!"
Refleks ketiganya menoleh. Dan mereka menemukan Agam yang lari terburu buru ke arah mereka
"Oh iya. ayah ketinggalan" sungut Sera terkikik
Seva ikut terkikik juga
Sementara Romeo mengerutkan dahinya. Untuk apa pria itu berlari ke arah mereka
Jangan bilang kalau..
"Aku ikut!" Seru Agam sambil tersenyum
Dan Romeo sontak tercekat.
________________________________