GAREL

Por septianiekay_

318 48 18

apakah kita bisa bersama? Más

PROLOG
2. BASGARDA vs HEXALION

1. Dibanding-bandingkan💔

77 12 5
Por septianiekay_

"CONTOH ITU KAKAK KAMU ARDAN, DIA PINTAR JUGA BISA MEMBANGGAKAN PAPA, GAK KAYAK KAMU! TIDAK BERGUNA!"

Aurel memejamkan matanya, hatinya sakit saat lagi-lagi Papanya membanding-bandingkan dirinya dengan sang kakak. Aurel mengakui jika dirinya memang bodoh, tapi apakah pantas Beni mengatakan hal seperti itu? Ia terdiam sembari meremas kertas ulangan yang bernilai dua puluh lima dalam mata pelajaran matematika. Memang, otaknya tidak bisa secara cepat untuk memahami rumus-rumus itu apalagi ia juga tidak menyukai pelajarannya.

Gadis itu menghembuskan nafasnya perlahan, lalu menatap Beni dengan sendu. Apakah pernah Papanya itu melihat perjuangannya mati-matian dalam mempelajari mata pelajaran itu? Apakah Beni pernah tahu saat Aurel terus memaksa menghafalkan rumus-rumus hingga mimisan? Sepertinya tidak, perjuangan Aurel untuk mendapat nilai sempurna sepertinya tidak ada nilainya di mata sang Papa.

"Aku udah bilang sama Papa, aku gak bisa dalam bidang seperti ini, Pa!" tanpa sadar Aurel berucap dengan suara yang sedikit meninggi. Hal itu membuat Beni naik pitam, karena Aurel sudah mulai membantah ucapannya.

Plakk

Aurel menatap Beni dengan penuh kekecewaan. Gadis itu lantas tersenyum meremehkan dan menyobek kertas ulangannya di depan sang Papa.

"Percuma aku bilang ini, itu. Papa gak akan pernah rasain rasanya jadi aku. Papa cuma mentingin prestasi, prestasi, dan prestasi. Aku capek, Pa."

Setelah mengucap kalimat itu, Aurel berlari menuju kamarnya dan menangis di dalam sana.

Baru kali ini ia merasakan ditampar oleh seorang Papa. Dirinya kecewa sekaligus marah, lebih tepatnya marah kepada dirinya sendiri yang masih belum bisa membanggakan kedua orang tuanya. Aurel sendiri juga tidak berharap lahir dengan keadaan otak yang sedang, ia ingin seperti teman-temannya yang bisa dengan santai memahami mata pelajaran tanpa begadang. Setiap kali Aurel memaksa dirinya untuk mempelajari sesuatu yang menurutnya sulit, gadis itu akan mimisan.

Menjadi Aurel bukanlah hal yang mudah, apalagi seluruh keluarganya terkenal dengan otak mereka yang cerdas. Tidak seperti dirinya yang bodoh. Kadang Aurel malu mengakui dirinya sebagai keluarga besar Airlangga, keluarga yang terkenal dengan otak mereka yang di atas rata-rata apalagi kakeknya yang berhasil menguasai saham-saham ternama berkat kejeniusan beliau.

Aurel menarik nafasnya dalam-dalam, ia mengambil sebuah buku dan mulai menghapal rumus-rumus di hadapannya. Kepalanya sedikit pusing  saat melihat deretan angka, ingin sekali ia mual. Katakanlah dirinya lebay, tapi memang seperti itu yang kini ia rasakan.

Baru saja Aurel hendak memejamkan matanya guna menghapal rumus itu tapi tiba-tiba hidungnya mengeluarkan setetes cairan kental berwarna merah. Darah itu menetesi bukunya. Gadis itu refleks berlari ke arah kamar mandi yang berada di pojok kamarnya guna membersihkan cairan itu, ia menatap pantulan wajahnya di depan cermin saat darah itu tak lagi keluar dari dalam hidungnya.

"Kapan Papa bisa ngertiin perasaan aku?" gumamnya.

Aurel keluar dari kamar mandi lalu mengambil buku gambar dan sebuah pensil, ia duduk di sofa yang berada di balkon kamarnya. Gadis itu mulai membuat gambaran dengan asal tapi memiliki hasil yang sangat bagus. Yap, Aurel memang berbakat dalam bidang seni apalagi menggambar, hanya saja Papanya tidak pernah mau menyuruhnya untuk mengembangkan bakat itu.

Jika orang mengetahui arti dalam gambaran Aurel, mungkin orang itu akan merasa beruntung. Dari gambar itu memiliki arti, kekangan. Aurel merasa terkekang berada di sini, ia juga merasa tidak berguna untuk tinggal bersama orang-orang yang tidak se frekuensi dengan dirinya.

"Bukan hal mudah untuk menjadi seperti apa yang mereka minta."

*******

Sorakan demi sorakan terdengar saat seorang lelaki berhasil membuat skor timnya menjadi unggul. Setelah melakukan jumpshot, lelaki itu nampak menyisir rambutnya ke belakang dengan gaya coolnya. Ia menyalami temannya dengan penuh senang hati. Peluh bercucuruan membuat tampang lelaki itu menjadi sorotan para penonton. Tingginya yang semapai serta wajah tampannya berhasil membuat kaum hawa menatap lelaki itu tanpa berkedip. Menurut mereka, menjadi pacar Galen pasti adalah hal yang sangat menguntungkan. Lelaki itu sangat sempurna, tidak ada yang tidak mau untuk menjadi pasangan lelaki itu. Sayangnya, sifatnya yang tegas dan berwibawa membuat kaum hawa berpikir dua kali untuk mendekati lelaki itu. Apalagi sekarang ini, Galen tengah digosipkan sedang dekat dengan sahabat kecilnya.

"Satu point lagi kita bakal menang!" Galen memberi intrupsi.

Sebagai ketua basket, Galen merupakan sosok yang bertanggung jawab atas kekompakan timnya. Semenjak Galen menjadi ketua basket, berkali-kali timnya berhasil menjuarai beberapa turnament dan itu membuat namanya melejit di luar sekolah, tak hanya namanya tapi sekolah juga sangat diuntungkan dalam setiap kompetisi yang diikuti BASNUSA, Basket SMA Nusantara.

"Oke, Gal." mereka serempak menjawab ucapan Galen.

Galen berlari mengejar bola basket di tangan lawan. Tapi sayangnya, kakinya tersandung hingga membuat lelaki itu terjengkang. Galen berteriak saat merasakan nyeri di kaki kanannya, lelaki itu terkilir.

Sementara yang menjegal Galen nampak tersenyum puas saat melihat lelaki itu meringis kesakitan.

Salah satu teman Galen langsung mencengkram kerah baju orang yang telah membuat sang ketua kesakitan. Ia meludah tepat di wajah lelaki itu hingga membuat suasana mendadak ricuh.

Arman membogem mentah rahang milik sang lawan, lelaki itu menghajar habis-habisan sosok yang telah membuat Galen celaka.

"BANGSAT! ANJING! LO JANGAN MANCING KITA BANGSAT!" teriak Arman penuh emosi.

Beginilah sifat Arman Mahendra, lelaki itu selalu maju di garda terdepan setiap mendapati sang ketua terluka.

Arman menghempaskan tubuh Yoga dengan keras, hingga membuat lelaki itu merintih kesakitan. Setiap kali Arman bertengkar, tidak ada yang berani untuk melerai lelaki itu. Sifatnya yang keras membuatnya susah untuk mengontrol emosi seperti saat ini.

"Udah, Man. Ini bukan saatnya." Pandu dengan tenang mencoba untuk menasehati sahabatnya itu.

Pandu Dirgantara, cocok dijadikan boyfriendable. Memiliki kepribadian yang sangat tenang dan santai. Hanya Pandu lah di sini yang bisa berpikir dengan bijak.

Pandu menarik lengan Arman agar lelaki itu menghentikan aksinya yang akan memberi Yoga sedikit pelajaran. Berbeda dengan Galen yang sudah dibawa menuju ruang UKS oleh Abay Altarik.

"Sialan!" desis Arman sembari menendang keras tulang kering Yoga hingga membuat lelaki itu berteriak kesakitan. Arman kemudian berlari menyusul Galen yang berada di UKS ia membiarkan Yoga dan Pandu yang terdiam satu sama lain.

Pandu tersenyum sinis lalu berjongkok di hadapan Yoga dengan tatapan tajamnya. "Lo salah lawan, Ga. Bilang sama Barga ketua lo kalau gue bakal  ajak dia balapan malam ini. Ingat, yang kalah harus kabulin satu permintaan pemenang. Gue tunggu malam ini jam sepuluh!" bisik Pandu penuh keseriusan.

****

Mendapat sebuah kabar yang tidak mengenakkan membuat seorang gadis berambut sebahu itu berjalan tergesa-gesa menuju ruang UKS. Setelah mendapat sebuah berita jika Galen tengah mengalami cidera, gadis yang diketahui bernama Clara Violetta itu segera menghampiri Galen. Ia sangat khawatir dengan keadaan sahabat kecilnya itu.

Clara membuka kenop pintu dan mendapati Galen, Arman dan juga Abay tengah duduk di atas kursi.

"Aduh mamae, daripada gue jadi nyamuk mending gue pergi," ucap Abay sembari terkekeh, lelaki itu juga menarik tangan Arman untuk ikut dengannya keluar.

Arman mendengus kesal. "Gak usah tarik-tarik bego!"

"Iya, sayang."

Pletak.

Arman menimpuk kepala Abay dengan kuat lalu berjalan dengan langkah lebar untuk meninggalkan ruangan ini.
Sementara Abay tertawa renyah kemudian berlari menyusul Arman yang sudah hilang dari pandangannya.

"Kamu kenapa bisa sampai kek gini, Gal?" tanya Clara khawatir.

Galen tersenyum kecil. "Gak usah khawatir, aku baik-baik aja, Cla."

Galen menggenggam tangan Clara dengan lembut, tanpa mereka berdua sadari, Aurel mengintip dari balik jendela. Kedua mata gadis itu memanas saat menyadari kedekatan dua insan tersebut. Aurel bodoh, harusnya ia tidak terbawa perasaan dengan Galen. Kini, ia harus menanggung risiko yang akan membuatnya sakit hati. Melihat lelaki yang disayang, berbahagia dengan gadis lain.

"Aku baik-baik aja kok, Gal." Aurel tersenyum miris kemudian mengusap air matanya yang keluar dengan gerakan kasar.














TBC

Vote&komen yaa!!

Jangan sider.

Gimana cerita ini? Kurang dapet feelnya atau gimana?

Seguir leyendo

También te gustarán

245K 11.3K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...
MARSELANA Por kiaa

Novela Juvenil

1.5M 11K 4
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
3.4M 275K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
2.6M 151K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...