Get Stuck

By Anastasyachacha

391K 4.1K 231

Sebuah cerita tentang wanita yang tiba - tiba terjebak dalam situasi yang tidak bisa dia bayangkan.... apakah... More

Get Stuck
GET STUCK 2
GET STUCK 3
GET STUCK 4
Dear Readers....
Dears Readers....
Promosi
PROMOSI STORY BARU
Promosi
Permintaan maaf
PENGUMUMAN
PROMOSI
ANTARA BERITA BURUK ATAU BAIK
A TOUCH OF DARKNESS
GET STUCK DI PLAYSTORE
A LITTLE MORE

GET STUCK 1

37.2K 823 22
By Anastasyachacha

Pagi ini seperti biasa aku menjalankan rutinitasku sebagai pegawai di salah satu perusahaan. Namaku Adelheid Larina Odhet dan cukup panggil aku Adel. Di umurku yang menginjak 21 tahun aku sudah berhasil membuat teman-teman sebayaku iri. Di saat mereka harus berjuang menuntut ilmu aku sudah mendapat pekerjaan di perusahaan yang bisa dibilang paling di incar. Sulit mendapatkan pekerjaan di sini, namun usahaku tidak sia-sia. Aku berusaha menyelesaikan test dengan sebaik-baiknya dan hasilnya dengan bermodalkan ijasah D3 aku berhasil masuk diperusahaan ini. Ini hari ke 6 aku masuk perusahaan ini sebagai staf administrasi. Pekerjaan yang melelahkan memang, namun aku berusaha memberikan hasil yang baik. Aku butuh pekerjaan ini karna aku adalah tulang punggung keluargaku. Aku bukan gadis kaya raya jadi aku tidak ada waktu untuk bersenang-senang.


*A*


Pagi ini seperti biasa aku datang ke kantor lebih awal. Ini karna aku malas kalau harus menghadapi kemacetan kalau aku datang mepet waktu. Lagipula dengan datang lebih awal, aku bisa menyiapkan pekerjaanku lebih awal dan artinya aku bisa pulang lebih awal walaupun aku lebih sering memilih lembur untuk tambahan uangku.

Namun untuk hari ini sepertinya aku tidak lembur karna tubuhku rasanya kurang fit. Aku yakin ini karna aku kurang istirahat. Sekali lagi, fakta yang membuatku berpikir ulang untuk istirahat. Aku tidak bisa bermanja-manja karna aku bukan orang kaya.


*A*


Saat aku pulang, seperti biasa aku melewati sebuah taman sebelum menuju halte bus. Aku menatap aneh ke arah sekelilingku karna taman ini seperti di dekor sedemikian rupa hingga berubah lebih indah. Aku melihat ada rangkaian kelopak mawar merah yang membentuk sebuah hati di tengah taman. Aku yakin akan ada sebuah lamaran di sini. Sangat beruntung wanita yang mendapatkan kejutan ini. Aku duduk di kursi dekat lokasi itu. Rasanya aku ingin sekali melihat lamaran romantis itu. Aku ingin melihat wanita yang beruntung itu. Tatapanku teralihkan saat ada yang menyentuh tanganku. Aku menatap anak kecil yang nampak lucu sekali dengan gaun putih dan rangkaian bunga dikepalanya. Dia tersenyum dan memberikan se-bucket bunga mawar merah kepadaku. Aku bingung melihatnya yang masih memamerkan senyumannya.

"Buatku?" Tanyaku kepadanya.

Anak itu mengangguk bersemangat. Aku mengambil bucket mawar itu.

"Terima kasih. Oh ya kau sendiri?" Tanyaku.

"Tidak, Chacha sama mommy," ucapnya polos.

"Oh namamu Chacha, aku Adel. Lalu mommymu ke mana?" Ucapku sambil menatap sekelilingku.

"Namaku Anastasya Lalina Ganendla. Mommyku ya kamu, Mom," ucapnya yang menatapku.

"Hah? Hm kau tersesat ya? Kakak bantu cari mommymu ya," ucapku bingung.

"Kakak? Mommy kenapa mom menyuluhku memanggilmu kakak?" Tanyanya dengan wajah bingung.

"Hah? Chacha, kau memanggilku mom?" Tanyaku juga bingung.

Chacha mengangguk riang sambil memelukku. Aku yang bingung hanya bisa membalas pelukkannya.

"Mommy ayo ikut Chacha," ucapnya menarik tanganku.

"Ke mana?"

Chacha tidak menjawabku dan memilih menarikku sampai kerangkaian mawar berbentuk hati. Aku melihat ada sosok laki- laki yang nampak seperti Dewa Yunani. Dia nampak tidak nyata dengan ketampanannya yang luar biasa. Matanya yang kelam dan tajam membuatku terpaku melihat matanya. Dia memiliki hidung yang macung dan bibir yang merah alami. Rahangnya yang tegas dan rambutnya sekelam malam membuat dia nampak sempurna. Ditambah dengan bentuk tubuh yang atletis dan aku yakin dia banyak digilai wanita. Dia masih menatapku tajam. Aku hanya bisa diam menatapnya yang mempesona. Perlahan dia mendekat. Chacha menarik rokku dan membuatku beralih menatapnya.

"Mommy gendong," ucapnya sambil merentangkan tangan.

"I ... iya," ucapku.

Aku meraih Chacha ke dalam pelukkanku. Dia nampak senang dan mencium pipiku.

"Mommy, pipinya melah, Daddy lihat ... mommy melona," ucapnya kepada laki-laki di depan kami.

Aku baru menyadari kalau Chacha ternyata chadel. Aku hanya menatap bingung ke arah mereka.

"Hmm ... maaf, Tuan. Sepertinya ini ada kesalahan. Sepertinya Chacha salah menarik orang," ucapku.

"Dia benar Adel," ucap laki-laki itu.

Tiba-tiba, laki-laki itu berlutut di depanku. Dia menyodorkan sebuah kotak hitam berisi cincin bertahtahkan berlian yang indah.

"Adelheid Larina Odhet menikahlah denganku," ucap pria itu tiba-tiba.

Napasku tercekat mendengar permintaan laki- laki yang namanya saja aku tidak tahu. Aku menatapnya dengan tatapan horor. Ini gila dan aku yakin aku dikerjai. Aku menatap sekelilingku untuk mencari kamera. Aku yakin aku dikerjai. Chacha mengikutiku melihat sekeliling taman. Dia nampak menggemaskan dengan mata bulat dan pipi tembam merona. Aku mengalihkan tatapanku ke arah laki-laki di depanku. Dia masih menatapku tajam. Aku merasa tidak nyaman di bawah tatapannya. Dia seperti menelanjangiku dengan tatapannya.

"Mommy ayo jawab Daddy. Daddy tidak akan bangun kalau mommy tidak jawab," ucap Chacha sambil memainkan rambutku.

"Ini sebenarnya apa? Apa aku sedang dikerjai?" Tanyaku sambil melirik ke arah sekitarku.

Laki-laki itu bangun dari tempatnya dan menatapku lekat-lekat. Aku semakin gelisah karna tatapannya. Aku juga tidak tahu kenapa aku merasa berdenyut di bawah sana hanya karna aku di tatap seperti itu. Ah ini benar - benar gila.

"Aku tidak mengerjaimu, Adel," ucapnya dengan suara seksinya.

"Tapi bagaimana kau tahu aku?"

"Aku sudah beberapa bulan ini melihatmu dan jatuh cinta padamu. Kalau masalah identitasmu, aku menyelidikinya," ucapnya tenang.

Aku masih terdiam menatap tidak percaya ke arah laki - laki didepanku. Maksudnya dia penguntit? Benarkan pria setampan dia penguntit? Tapi kenapa dia menguntitku yang hanya wanita sangat biasa ini? Apa wanita yang cantik sudah habis di dunia ini hingga dia memutuskan menguntitku? Ini semakin tidak masuk akal.

"Mommy mau menelima daddy kan? Aku ingin memiliki mommy dan mengenalkan mommy kepada teman - temanku. Aku juga mau menunjukkan kepada sekeltalis daddy yang kecentilan itu," ucap Chacha dengan berapi - api.

Aku mengerutkan kening saat tidak mengerti apa maksud kata - kata anak ini.

"Sekel apa, Cha?"

"Sekertaris, Chacha belum bisa mengucapkan huruf R dengan benar. Aku yakin tadi dia mengucapkan namanya dengan tidak benar. Namanya Anastasya Larina Ganendra. Aku Marcel Ganendra," ucap Mikail.

"Larina? Namanya?" Tanyaku takjub.

Aku tidak menyangka dia bisa memiliki nama sepertiku. Ini aneh bagaimana bisa dia memiliki nama sepertiku. Apa aku memang memiliki anak dan saat ini sebenarnya aku sedang amnesia? Konyol sekali memang fikiranku ini. Mana mungkin begitu karna jelas aku ingat asal usulku. Ini tidak mungkin seperti sinetron kan?

"Ya namanya sama sepertimu dan mendiang ibu kandungnya," ucap pria itu.

Aku hanya beroh ria saat mendengar penjelasan Marcel

"Tuan Ganendra maaf tapi aku tidak bisa karna ..."

Tiba - tiba Chacha terisak. Aku menatap panik ke arah Chacha yang menangis dipelukkanku.

"Chacha kenapa?" Tanyaku.

"Mommy tidak mau ya memiliki anak sepelti Chacha yang nakal? Chacha janji tidak akan nakal lagi. Chacha juga akan mengulangi 1 jatah pembeli mainan setiap minggunya. Chacha akan lebih lajin belajal. Chacha akan makan blokoli. Chacha juga tidak akan beltengkal lagi sama si bodoh Lolita," ucapnya sambil terisak.

"ANASTASYA!"

Chacha terkejut mendengar bentakkan Marcel yang menyeramkan. Jangankan Chacha, aku juga takut mendengarnya. Marcel menyadari kalau kami ketakutan melihatnya yang menyeramkan. Dia berdehem dan menatapku dengan tatapan yang lebih lembut. Chacha masih menangis tanpa suara dipelukkanku. Aku mencoba menatap Marcel untuk meminta bantuan, namun Marcel nampak mengalihkan tatapannya. Aku mendesah lemah saat menyadari dia menyerahkan semua tanggung jawab ini kepadaku. Aku bingung harus bagaimana membuat Chacha berhenti menangis. Aku tidak terlalu pintar berhadapan dengan anak kecil sebenarnya.

"Sayang dengarkan mommy, anak cantik tidak boleh menangis. Nanti kalau cantiknya luntur bagaimana?" Tanyaku merayunya.

"Tapi ... hiks ... Mommy... tidak... hiks mau menjadi ... hiks mommy Chacha.. hiks," ucapnya terbata - bata.

"Tidak bukan begitu ... hmm ... mommy menerima lamaran daddy kok. Mommy mau menjadi mommy Chacha," ucapku ragu.

Aku berdecak kagum melihat mata indah yang berbinar di mata Chacha. Chacha bersorak senang dan langsung menyuruh daddynya memasangkan cincin kejariku. Aku meringis saat melihat cincin itu yang nampak indah dijariku. Ini lamaran terkonyol yang pernah aku fikirkan. Pihak wanita terpaksa menerima karna tidak ingin melihat anak sang pria menangis. Ini sama saja aku tidak di beri pilihan oleh mereka. Namun ada rasa senang saat melihat Chacha bahagia saat mendengarku menerima daddynya. Mungkin aku bisa memberi pengertian kepada Chacha secara perlahan nanti. Sekarang lebih baik aku menerima dulu. Aku tidak mungkin memutuskan menikah dengan orang asing begitu saja. Harus ada persetujuan dari keluargaku juga untuk memutuskan ini.

"Terima kasih," ucap Marcel.

Aku mengangguk menanggapi kata-kata Marcel. Chacha mencium pipiku dengan ciuman basahnya. Dia langsung beralih kegendongan daddynya. Aku sempat gugup saat jarak kami terlalu dekat karna Chacha menarik Marcel agar lebih dekat denganku yang menggendongnya.

"Mommy, ayo kita makan. Daddy gandeng mommy," perintahnya bossy.

Aku hanya menggeleng melihat tingkahnya yang ceria.

" Maaf tapi aku harus pulang sekarang. Mungkin.."

Aku berhenti bicara saat melihat Chacha mulai terisak. Aku hanya menghela nafas lemah saat melihat itu.

"Baiklah aku ikut," ucapku pasrah.

"Yeyyy.. daddy ayo gandeng mommy," ucap Chacha bersemangat.

Marcel meraih tanganku dengan lembut. Aku merasakan kehangatan dari sentuhannya. Aku menyukai sentuhan tangannya dikulitku. Perlahan aku mengikutinya berjalan menuju mobilnya yang super mewah.


*A*


Aku hanya diam menatap makanan yang terhidang di meja. Ini makanan mahal yang aku yakin tidak akan pernah sanggup aku beli. Marcel masih betah menatapku yang hanya diam. Aku melihat Chacha yang nampak asik dengan makanannya sendiri. Dia nampak lucu saat bibirnya terkena saus makanannya. Tanpa ragu aku membersihkan bibirnya. Dia tersenyum manis kepadaku dan seketika aku seperti jatuh cinta pada senyumannya. Hatiku menghangat melihatnya sesenang ini. Ini tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku juga tidak tahu kenapa.

"Makannya pelan-pelan ya," ucapku lembut.

Aku mengusap pipinya yang tembam dengan jariku. Aku mengalihkan tatapanku kepada Marcel. Aku terdiam saat melihatnya tersenyum lembut kepadaku. Mungkin itu senyuman rasa terima kasihnya kepadaku. Aku tidak mau terlalu banyak berharap kepada pria ini. Aku belum tahu tujuan yang sebenarnya pria ini. Jadi aku harus lebih hati - hati sebelum masuk lebih dalam.


TBC



Ini GET STUCK VERSI Playstore dengan sedikit rombakan dariku.


Continue Reading

You'll Also Like

106K 18.8K 32
COMING SOON...
9.8M 883K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...