Always With Me, Always With Y...

By 7Rowland

6.5K 491 1.5K

Disclaimer: Cerita ini milik aku. Semua karakter Inuyasha milik Rumiko Takahashi dan aku hanya meminjam nama... More

Bab 1. Friends
Bab 2. Love Things
Bab 3. Hands In The Air
Bab 4. If I Could Fly
Bab 5 Crystal Planet
Bab 6 Circle
Bab 7 Crushing Day
Bab 8 You're The Inspiration
Bab 9 You Come To My Senses
Bab 10 Eternal Flame
Bab 11 All My Life
Bab 12 The Reason
Bab 13 I'm Not Your Heart Choice
Bab 14 Born To Make You Happy
Bab 15 My Everything
Bab 16 Nothing's Gonna Change My Love For You
Bab 17 My Love
Bab 19 Will You Still Love Me
Bab 20 I'll Stand By You
Bab 21 Goodbye
Bab 22 Until We Say Goodbye
Bab 23 Without You
Bab 24 How Deep Is Your Love
Bab 25 Thank God I Found You
Bab 26 Glory of Love
Bab 27 All About Underwear
Bab 28 Memories
Bab 29 Selingan Bonus
Bab 30 Pengabdi Setan
Bab 31 Kipas Angin
Bab 32 Moooo
Bab 33 I Don't Want To Miss A Thing
Bab 34 Love Is
Happy New Year
Bab 35 When You Love Someone
Pengumuman
Bab 36 Meeting
Bab 37 I Do
Bab 38 You All I Need
Bab 39 Till Death Do Us Part
Hi

Bab 18 Because Of You

124 11 31
By 7Rowland


Because Of You by 98 Degrees

*****

pada sore hari di Hokkaido ....

"Jaken, bagaiman kondisi kuda kesayanganku?" Wanita berwajah awet muda menatap lurus pria tua berpakaian hijau tua tengah menunduk dalam. Lalu maniknya beralih memandang kuda putih bersih di hadapannya.

'White Lightning' baik-baik saja, Nyonya Inukimi," ujar Jaken.

Di umurnya sudah tidak muda lagi namun, wajahnya tetap awet muda dan cantik. Tubuhnya langsing seperti gadis remaja umumnya. Di belakangnya, berdiri Bankotsu dan Jankotsu memegang notebook.

"Bagaimana? Apa saja kerusakannya?"

"Banyak sekali yang harus diperbaiki, Nyonya." Laki-laki itu menyerahkan
Notebook agar sang pemilik peternakan dapat melihat apa saja kerusakan dan apa saja bahan-bahan yang harus dibeli. Perempuan itu membetulkan poninya hampir menutupi mata cantiknya.

"Sesshoumaru, coba kau lihat."

Sesshoumaru hanya melirik notebook sekilas. Dia sudah tahu berapa banyak kerugian. "Memang sudah waktunya diperbaiki. Kalian cari bahan-bahan berkualitas. Mahal tidak apa asal kuat dan tangguh."

"Baik, Tuan Sesshoumaru," seru ketiganya kompak.

Lalu manik emasnya menatap saldo bank tertera di sana. Kepalanya mengangguk-angguk. "Sekarang panggil tukang untuk memperbaiki yang rusak," titahnya.

"Baik, akan segera kami lakukan."

Sepeninggal Bankotsu dan Jankotsu, pria tua lebih pendek darinya masih setia berdiri di belakang sang empu peternakan.

"Kau boleh pergi."

Jaken menunduk dalam. "Baik."

"Ayo, White, kita jalan-jalan sebentar." Inukimi mengambil tali kekang dan memegangnya. Seolah kuda itu mengerti, langkahnya mengikutinya.

Hening melanda ibu dan anak, hanya suara tapak kaki kuda saja yang berjalan menyusuri rumput.

Sesshoumaru mencium bau kegundahan sang ibu. "Apa yang ibu pikirkan?"

Inukimi menghela napas. "Kau tidak mau menggantikan ibu?"

"Bukan bidangku."

Langkah Inukimi berhenti, tangan nya yg halus memegangi pagar kayu. Dari sini dia bisa melihat kuda sedang  meladang dan makan rumput.

"Dunia perkudaan sangat kejam, Sesshoumaru. Mereka lahir, tak lama akan dipisahkan dari induknya untuk dijadikan kuda balap."

Sesshoumaru menatap lurus ke depan sambil memandangi kuda sedang berlari bebas di hamparan ladang yang sangat luas, tapi telinganya siap mendengar cerita ibunya.

"Bayangkan betapa sedih anaknya dipisah dari ibu. Lalu mereka dilatih sangat keras. Pada umur tiga tahun setelah otot-otot kuda kuat, akan dijadikan kuda balap. Orang-orang akan berjudi kuda siapa yang menang." Manik emas wanita itu meredup.

Sesshoumaru dapat menangkap maksud sang ibu. Dia tahu, ibu ingin bersamanya, tapi itu tak mungkin. Kelak dia akan keluar dari rumah  juga. Rumah terlalu besar untuk dtinggali berdua walau ada Bibi Kaede dan yang lain, tetap saja hampa dan sepi.

"Kau tahu, kenapa seekor kuda harus menang dan sang pemilik memiliki ambisi yang kuat?" Tanya Inukimi.

"Supaya kuda dapat bertahan hidup," suara  laki-laki tampan itu makin berat.

Inukimi menjentikkan jarinya. "Tepat sekali. Ternyata kau banyak tahu juga, ya."

"Hn."

Inukimi mengelus surai kuda putih kesayangannya. "Dan White Lightning menjawab permintaanku di masa jaya nya. Sekarang dia pensiun dan tetap sehat."

Sesshoumaru melirik wanita yang sudah melahirkan di sampingnya. Wajah datar mirip dengannya kini berganti dengan raut penuh senyum.

"Andaikan dia kalah, itu akan mempengaruhi mentalnya. Dia selalu menang tiba-tiba disalip oleh kuda lain. Bagaimana perasaanmu jikalau kau berada di posisi itu?"

"Aku bukan kuda, Bu," matanya menatap datar.

"Lho, yang bilang kau itu kuda siapa?"

Raut wajah Sesshoumaru merengut. Dia paling sebal jika ibunya mulai menggoda nya.

"Barusan."

Inukimi mengibaskan tangannya. "Kau selalu saja tidak berubah."

"Ayo pulang!"

Inukimi menahan tawa dan menepuk pundak anaknya. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Siapa nama pacarmu?"

"Kagome Higurashi."

'Hm, Kagome ya'? Benak Inukimi. Senyum mulai terpatri di sudut bibir merahnya.

"Dia asisten dosenku." Kemudian Sesshoumaru menceritakan kenapa gadis itu bisa jadi asisten dosennya. Inukimi mengangguk paham.

"Kapan kau akan memperkenalkan kepada ibu? Ibu ingin melihatnya apakah dia pantas bersanding denganmu."

"Kapan-kapan."

"Kau selalu kejam pada ibu. Anak durhaka!"

Sesshoumaru mendengkus kasar. Pria itu sebal sekali kalau ibunya mulai merajuk walau pura-pura.

Setelah urusan di Hokkaido selesai, mereka langsung menaiki jet pribadi menuju Sapporo malam ini juga. Ibunya bertanya kenapa tidak besok saja. Sesshoumaru menjelaskan malam lebih baik agar bisa istirahat sejenak.

Inukimi pun setuju. Diam-diam tanpa sepengetahuan Sesshoumaru tangannya sibuk mengetik mencari informasi gadis bernama Kagome.

Senyum simpul tersungging di wajahnya. 'Hm, dapat juga.'

.
.
.
.

Dua hari telah berlalu ....

Sebuah mobil S-Class putih bersih memasuki pelataran kampus Todai. Wanita itu membuka kacamata hitamnya, memandang gerombolan mahasiswa dari berbagai negara sedang asyik bercengkrama.

Wanita cantik itu keluar mobil dengan gaya nya yang anggun. Memakai t-shirt putih, blazer biru muda dipadu celana jeans pensil warna senada dan sepatu Onitsuka berwarna putih. Dia melenggang menuju kelas yang akan dituju. Tas Gucci di sampir di bahu, tangan satunya lagi menenteng buku sejarah.

Gayanya terlalu mencolok, sehingga banyak pemuda bersiul bahkan terpesona kecantikan wanita ini. Perempuan itu tidak tersenyum sama sekali. Setelah menemukan kelas yang  dituju, dia ingin duduk di belakang. Ketika seorang gadis ingin duduk di tempat yang sama, wanita misterius itu malah menyuruhnya cari kursi lagi.

Manik emasnya menatap dinding ruangan. "Hm, tidak banyak perubahan," gumamnya.

"Hai, selamat pagi semuanya," sapa seorang gadis dengan gayanya yang ceria.

Sontak mana wanita itu terfokus pada sosok makhluk mungil berdiri di depan kelas.

"Pagi, Miss Kagome!"

"Apa kalian sudah sarapan?" Tanyanya.

"Sudah, Miss."

"Saya ini belum sarapan."

Semua yang hadir di situ menoleh ke belakang. Perempuan itu menaikkan tangan ke atas.

"Oh, untunglah saya bawa bekal sandwich. Kalau Nona mau, ambilah." Kagome mengaduk isi tas ransel lalu langkahnya bergerak ke meja paling belakang. "Ini, makanlah. Nanti masuk angin," tuturnya lembut.

Wanita itu termangu menatap kotak bekal gambar kucing. Ketika dibuka ada dua buah sandwich smoke beef. "Nona sendiri?"

"Ambillah, aku tidak apa-apa kok."

Sosok si misterius masih menatap lekat isi di dalam kotak bekal milik gadis tadi. Senyum tulus asisten dosen Sesshoumaru telah membuatnya tersadar sesuatu. Batinnya sedikit tergugah.

"Terima kasih."

"Sambil makan enggak apa-apa kok. Kita mulai ya."

Sementara Kagome sibuk menjelaskan karena ada mahasiswi tidak mengerti, perempuan cantik jelita itu mengawasi gerak geriknya. Apapun yang dia lakukan tak luput dari mata awas nya.

"Jadi gadis ini ya kekasih anakku?" Batinnya tersenyum. Hebat juga.

.
.
.
.

Matahari mulai pulang ke peraduan. Cahaya senja oranye menyinari wajah si gadis menuju kediamannya. Hari yang sangat melelahkan. Kagome membuka kunci pintu apartemennya. Begitu masuk dia melempar asal tas ranselnya. Namun cepat ditangkap lagi karena ada laptop di dalam tas nya.

Ketika menuangkan teh hangat, gadis itu teringat akan sosok perempuan sangat cantik di tempat dia mengajar. Rasa-rasanya pernah melihatnya tapi dimana ya? Wajah rupawan milik wanita itu sungguh sempurna. Matanya berwarna emas.

Emas ....

Eh, tunggu dulu! Dia mirip dengan Sesshoumaru. Mungkinkah-

Drrt drrt

Ponselnya berbunyi. Oh ada pesan masuk.

Aku ke sana.
Sesshoumaru.

Wah dia sudah pulang ternyata. Asyikk!! Kagome jingkrak-jingkrak. Sudah dua hari tidak bertemu. Rasanya lama sekali. Kalau begitu mandi dulu ah.

Sementara itu di luar, Sesshoumaru  membuka pintu pagar. Tangannya satu lagi memegang ponsel. Alisnya bertemu di tengah.

"Ck, tidak diangkat."

Mencari nama di kontak lalu memencet telpon warna hijau.

"Hallo, Tuan Sesshoumaru."

"Bibi Kaede, ibu di mana?"

"Dari pagi tadi sudah berangkat."

"Kemana?"

"Kurang tahu, Tuan."

Tidak ambil pusing, Sesshoumaru kembali melangkahkan kaki. Tujuannya ya kemana lagi kalau bukan apartemen Kagome. Di tangannya menenteng dua kantong tas besar. Tak membutuhkan waktu lama memencet bel, pintu pun terbuka.

Manik emasnya terpaku. Fokusnya menatap rambut hitam Kagome yang masih basah. Bau harum tubuh gadis yang sangat dia suka.

"Sesshoumaru. Silakan masuk."

Mengangguk, Sesahoumaru masuk ke dalam. Ketika Kagome berbalik, pria itu memeluknya dari belakang. Merasakan gadis manis itu terkesiap dia berucap, "Aku merindukanmu, Kagome."

Sebagai obat pelepas rindu, pucuk kepala Kagome dicium lama oleh Sesahoumaru. Gadis itu tertawa seraya berbalik menghadap pria yang dia sayangi.

"Sesshoumaru ...."

Pria itu takluk akan nada manis manja dari gadisnya. Sekali lagi dia mendekap erat tubuh mungil dan mengecup bibir Kagome penuh sayang.

Kagome yang hatinya berbunga- bunga merasa bahagia. Membalas ciuman hangat dari Sesshoumaru, gadis itu meraih tengkuk dan mengelus lembut.

Sesshoumaru memeluk lebih erat, sehingga dua gundukan menyentuh dada bidangnya. Ciuman makin panas, daripada nanti bablas lebih baik menarik diri dengan napas terengah-engah.

"Kau bawa apa?" Tanyanya masih dalam rengkuhan pria nya.

"Aku bawa oleh-oleh aneka mochi kesukaanmu," menyerahkan kantong tas agak besar kepada Kagome. "Satu lagi syal."

Mata Kagome membulat. "Asyik, terima kasih." Gadis itu kembali mengecup pipi Sesshoumaru. Dan pria itu menyambutnya dengan mencium bibir merah muda Kagome.

Setelah melepas rindu, Sesshoumaru memakan cream soup buatan Kagome. "Enak."

"Syukurlah, aku takut rasanya tidak enak," ucapnya lega. "Eh, Sesshoumaru, aku mau cerita."

"Aku mendengar."

"Tadi pagi ketika aku lagi ngajar di kelas, ada seorang wanita suangaaaaaat cantik jelita. Aku belum pernah melihatnya. Rasanya bertemu sama bidadari turun dari langit.

"Hn."

"Kau tahu? Rambutnya silver panjang, wajahnya cantik."

Sesshoumaru menatap tajam namun wajahnya tetap datar.

"Rasanya kok mirip denganmu. Warna matanya emas, sama dengan milikmu,  Sesshoumaru."

Rahangnya mengeras. 'Jangan-jangan ....'

TBC

NYAHAHAHA

Hayooo siapa diaaaa

Silakan tebak sendiri. Aakakakakak

Terima kasih yang sebesar-besarnya buat kalian yang sudah komen dan vote. Terima kasih banyaaakkk.

Mataku dah sepet ini, jadi nulisnya kadang suka salah-salah😂

Pokoknya semuanyahh makasih banyak //peloks satu-satu.

Oya, buat Gueast di ffn, surat undangan belum bikin. Ntr ya kl Sesshoumaru dah mau ngelamar. Eaaaaaaaakk

Continue Reading

You'll Also Like

439K 13.2K 96
Theresa Murphy, singer-songwriter and rising film star, best friends with Conan Gray and Olivia Rodrigo. Charles Leclerc, Formula 1 driver for Ferrar...
1M 39.5K 92
𝗟𝗼𝘃𝗶𝗻𝗴 𝗵𝗲𝗿 𝘄𝗮𝘀 𝗹𝗶𝗸𝗲 𝗽𝗹𝗮𝘆𝗶𝗻𝗴 𝘄𝗶𝘁𝗵 𝗳𝗶𝗿𝗲, 𝗹𝘂𝗰𝗸𝗶𝗹𝘆 𝗳𝗼𝗿 𝗵𝗲𝗿, 𝗔𝗻𝘁𝗮𝗿𝗲𝘀 𝗹𝗼𝘃𝗲 𝗽𝗹𝗮𝘆𝗶𝗻𝗴 𝘄𝗶𝘁𝗵 �...
1.2M 53.4K 99
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
428K 29.3K 44
♮Idol au ♮"I don't think I can do it." "Of course you can, I believe in you. Don't worry, okay? I'll be right here backstage fo...