[✔️HYUCKREN] Fall For You

By dusk813

112K 11.7K 1.5K

[ COMPLETED ; March 2021 ] "Tentang rahasia dan kebohongan yang melahirkan ketulusan cinta dan pengorbanan ha... More

The Main Cast
Video Trailer (NEW VERSION)
01. Prolog: 看在眼里
02. Robin Hood
03. Day Dream
04. 낭만적 인 가을
05. About You
06. The Black Rose
07. Because of a Secret
08. Näher Kommen
09. Full of Revenge
10. Between Truth and Lie
11. Next, Stand By Me
13. 하얀 희망
14. Unreasonable Longing
15. Untold Stories
16. Dark & Light
17. Orange
18. Black Mist
19. 相信
20. Make a Wish
The Ending of Something
21. The Revealed
22. Love and Crime
23. Something Unexpected
24. The Monster's Inside
25. That's (Not) Me
26. Fall For You
27. Let Me In
28. Break The Fate
29. The Last Chance
30.1 The Barriers
30.2 Begin and End
Fall For You: Special Part (Epilog + Note)

12. 겨울비

2.6K 347 39
By dusk813

"Seperti hujan yang turun dimusim dingin tanpa alasan, seperti itulah aku mendambamu..."

ㅡLee Haechan






[겨울비 ;gyeoul bi = Hujan Musim Dingin]


WARNING!!! 18+

Renjun memilih menginap dirumah sakit daripada pulang ke apartemen-nya, meski Haechan terus menyuruhnya untuk pergi, bukan Huang Renjun namanya jika tidak menolak dan keras kepala.
Ia tidak tega jika harus meninggalkan Haechan sendirian disana, terlebih dia-lah yang menyebabkan pria tan itu harus dirawat dan segera dioperasi. Tanggung jawab, katanya.

Pria tan itu sudah tidur dengan lelap, sedangkan Renjun masih asyik menonton film lewat layar ponselnya dengan volume yang sangat kecil, ia takut membangunkan Haechan.

"Jangan..."

Renjun mendengar rancauan aneh. Ia kira berasal dari film yang sedang ia tonton, tapi setelah memastikannya, itu bukan suara dari ponselnya. Telinganya mencari sumber suara, rupanya Haechan tengah mengiggau dalam tidurnya. Ia pun bangkit, menyalakan lampu dan mendekati ranjangnya ㅡmenarik kursi serta mendudukinya.

"Aku mohon... Jangan..." Pria itu masih mengiggau hingga keringat membasahi keningnya, orangnya sedang bermimpi buruk?

Ia menepuk pelan pipi untuk membangunkannya, "Lee Haechan."
Haechan membuka matanya, sorotannya penuh kecemasan dan teramat takut, baru kali ini ia dapati pria itu dengan sorot mata seperti itu, "Kau bermimpi buruk?"

Haechan mengangguk, "Jangan pergi."

Renjun tidak tau arti sebenarnya kalimat tadi, tapi ia yakin, saat ini Haechan membutuhkan seseorang disampingnya agar terhindar dari mimpi buruk. Renjun pun tersenyum, "Tidurlah kembali, aku tidak akan pergi."

Lalu, jemarinya terulur mengusap rambut coklat milik pria itu, berusaha membawanya kembali kedalam alam bawah sadarnya. Lee Haechan begitu menggemaskan jika sedang seperti ini, ia tidak mendapati Haechan yang angkuh danㅡ sebagainya.
Hanya Lee Haechan yang lemah dan tidak berdaya, yang membutuhkan seseorang untuk membantunya.

Tangan Renjun yang lain meraih tangan Haechan, dirasanya begitu dingin dan sangat lemah. Disisi lain ia gemas pada Haechan, tapi disisi satunya ia juga merasa sngat bersalah. Ia mengenggam jemari dingin itu begitu lembut, menyalurkan kehangatan lewat sentuhan tangannya.






***fall for you***






Huang Renjun kembali menyusuri lorong yang sama, lorong yang menghubungkan lobby rumah sakit dan kamar rawat inap Lee Haechan. Dokter belum menentukan kapan operasi ligamen Haechan akan dilaksanakan, entah kenapa dirinya lah yang khawatir sedangkan yang akan dioperasi seperti tidak ambil pusing. Sudah dua hari setelah kecelakaan ia mengunjungi Haechan selepas kuliah, ia tidak ingin lari dari tanggung jawabnya, ia akan menemani Haechan hingga tiba waktu bekerja. Sekitar pukul 5 sore.

Renjun sampai di depan kamar rawat inap Haechan, membuka perlahan pintunya. Ia tercekat ditempat, saat ia dapati Haechan bersama seorang pria asing baginya tengah berbincang. Pria itu menatap Renjun begitu tajam dari tempat duduknya, hingga membuatnya merinding dan hampir tidak bisa bergerak.

Renjun akui berulangkali tatapan milik Haechan memang mengintimidasi dan menyeramkan tapi tatapan orang ini beribu kali lipat dari tatapan Haechan. Serasa ingin membunuhnya detik ini juga.

Pria itu berdiri dari duduknya, melipat kedua tangannya ke depan dada. Penampilan pria itu sungguh berwibawa dengan setelan tuxedo-nya, Renjun kira pria itu mungkin salah satu yang ikut ke restoran tempo lalu saat ia pertamakali masuk kerja paruh waktu. Pria itu pun mulai berjalan kearah Renjun.

"Kau membuatnya takut, hyung." Haechan bersuara.

Hyung? Pria ini kakak Lee Haechan?

Pria itu hanya tersenyum tipis, "Senang bertemu denganmu, lenganmu membaik?"
Renjun terus menunduk, ia tidak berani menatap wajah yang lebih tua darinya. Terlalu menakutkan.

"Ma- maaf." Renjun berusaha berucap, namun lirih dan parau. Hampir saja ia menangis. "Akulah... Penyebab Lee Haechan seperti ini..."

Jung Jaehyun, pria itu tiba-tiba memeluk erat tubuh Renjun. Ia dibuat terkejut setengah mati, "Teruslah bersama Lee Haechan."

Renjun lagi-lagi tidak mengerti dengan kalimat yang seseorang itu lontarkan padanya, apalagi mengenai Lee Haechan. Ia rasa seakan orang-orang disekitarnya  dan semesta pun menginginkan dirinya dan Haechan bersama untuk waktu yang lama.

Ia memandang Haechan yang juga tengah memandangnya dengan tatapan yang tidak biasa.

Jaehyun melepas pelukan tersebut setelah beberapa detik dan memandang Haechan. "Lee Haechan, aku pergi dulu, cepatlah sembuh." lalu ia mengusap pelan kedua lengan Renjun.

"Kau juga. Cepatlah sembuh." Kemudian Jaehyun mengambil mantel tebalnya yang tertinggal di kursi duduknya,lalu keluar meninggalkan keduanya dan Renjun yang masih diselimuti rasa takut dan cemas.

"Kau takut?" Renjun terperanjat saat Haechan tiba-tiba bertanya, pria itu mengibaskan tangannya agar Renjun mendekat kearahnya.

Renjun tidak sadar bahwa Haechan telah meraih dan menggenggam tangannya, ibu jarinya mengusap punggung tangan itu begitu halus dan lembut, seakan meyakinkannya bahwa semuanya baik-baik saja. "Tatapannya menyeramkan." Renjun berucap apa adanya.

Haechan melepas genggamannya diiringi Renjun yang mendudukkan diri di kursi yang terletak disamping ranjang. Ia juga meletakkan kantung berisi makanan, karena ia yakin makanan rumah sakit tidak seenak direstaurant atau buatannya. "Kau sudah makan?" Haechan menggeleng sebagai jawaban.

Lalu, Renjun mengeluarkan kotak makan dan memberinya pada Haechan, "Orang tadi, dia kakakmu?"

"Bukan." Jawabnya dengan menerima kotak makan tersebut, "Dia orang yang merawatku dari kecil."

Sebenarnya Renjun masih penasaran siapa orang tadi ia temui.

Brakkk!!!

"Lee Haechan!!" Keduanya berjingkat saat seseorang masuk ke dalam ruangan dengan cara yang tidak beretika dan terkesan gegabah.

"Kau..." Renjun dan orang itu saling terkejut, tidak menyangka mereka akan bertemu lagi. Orang itu pun menghampiri keduanya, ia sadar akan tatapan Lee Haechan, "Aku pernah berpapasan dengannya dijalan." Ucapnya sambil menggaruk kepalanya kikuk.

"Aku juga membawa makanan untukmu." Sambung Hwang Hyunjin sambil mengangkat kantung kain berisi makanan.
"Letakkan saja disana, nanti akan aku makan." Haechan menunjuk lemari kecil disisi ranjangnya.

"Dia Huang Renjun, kan?"

Lee Haechan mengernyit sedangkan Huang Renjun menaikkan kedua alisnya dibarengi ekspresi bingung. "Tampaknya kau lupa siapa aku, ya? Hwang Hyun Jin." katanya dengan menekan seluruh bagian nama.

Kemudian ia mendekat ke telinga Haechan, berbisik. "Aku meretas keamanan rumah sakit, dan menemukanmu bersamanya disana."

Haechan melebarkan kedua matanya dan menatap sinis Hyunjin. "Dasar bajingan licik." Hyunjin hanya terkekeh, sedangkan Renjun ia masih memperhatikan interaksi keduanya dengan ekspresi bingung dan penasaran.

"Hwang Hyunjin." Ia berucap sembari mengulurkan tangannya pada Renjun, "Kau sudah tau namaku, bukan?" Renjun balas menjabat tangan tersebut.

"Ah, benar juga."

Setelah melepasnya, jemari kokohnya membuat gerakan menyelipkan rambut panjangnya kebelakang telinga, "Sebenarnya aku ingin berbicara dengan Haechan, tapi lain kali saja."

"Aku akan pergi." Renjun hendak meninggalkan keduanya, tetapi Hyunjin sudah mencegahnya terlebih dahulu, "Tidak, tidak, kau disini saja. Haechan lebih membutuhkanmu daripada aku dan aku bisa mengunjunginya lagi besok atau lusa."

"Pergilah dan kembali besok." Haechan berucap datar, Hyunjin mirip Jeno, orang ini seakan tahu betul perangai buruk temannya. Ia menepuk kepala Haechan beberapa kali, yang dibalas pandangan sinis olehnya.

"Baiklah, aku pergi saja, jangan lupa makanlah makanan yang aku bawa. Aku tidak menaruh apapun disana." Kekehnya. Haechan merotasikan kedua bola matanya jengah. Memangnya apa yang Hacker Hwang tahu soal racun-meracuni, bukankah dia hanya bisa meretas situs-situs komputer dan mengendalikan barang elektronik. Seharusnya dia tidak masuk The Black Rose, tetapi membuka Hwang Electronics.

"Semoga kita bertemu lagi, manis." Hyunjin berucap pada Renjun, yang malah ditatap horror dan tajam oleh Haechan, "Aku akan membunuhmu, Hwang." Ancamnya.

"Baiklah, baiklah."

Hwang Hyunjin tertawa kecil namun terkesan meledek, ia pun keluar dari ruangan dengan suara tawa yang malah semakin besar meskipun pintu telah tertutup rapat. Apa dia sungguhan gila?
Lee Haechan hanya menghela napas, ia tidak habis pikir bagaimana dia bisa bertemu dengan Hwang Hyunjin yang aneh dan random itu.

+++

"Lee Felix!!" Teriakkan tersebut mengalihkan atensi pemilik nama, ia segera membalikkan badan dan menukikkan kedua alisnya, "Kau-"

"Choi Hyunsuk."

Felix ber-oh, "Ada apa?"

"Aku tidak melihat Lee Haechan tiga hari ini, kau tau kemana dia?"

"Dia dan Huang Renjun kecelakaan dan rencananya akan dioperasi."

"Huang Renjun !? Operasi !?" Pria bermata sipit itu terkejut saat pria blasteran itu menyebut nama Huang Renjun, pria China itu juga akan dioperasi? Tapi tadi dia melihatnya di lorong dekat perpustakaan.

Felix menyambungkan, "Menurut dokter, ligamen kaki Haechan robek jadi dia harus ada operasi." Hyunsuk bernapas lega, rupanya ia salah memahami ucapan teman dekat Renjun. "Bisa kau tunjukkan rumah sakitnya dimana? aku ingin mengunjunginya."

Felix mengernyit, "Memangnya ada apa kau mencarinya?"

"Ah, sebenarnya tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berteman dengannya."

Felix pun berjanji akan mengirim nama dan alamat dimana Lee Haechan dirawat. Namun, Felix merasa ada yang janggal dengan pemuda ini, perlu diketahui tidak ada mahasiswa yang ingin berdekatan dengan seorang yang angkuh seperti Lee Haechan. Sekalipun dekat, mereka hanya sebatas rekan tugas atau rekan kelompok setelahnya mereka akan kembali layaknya tidak saling mengenal.

Pemuda itu terlalu berani untuk mendekati seorang Lee Haechan.




*****fall for you*****

Jam kuliah hari ini telah usai, tetapi tugas yang diberi dosen pada mahasiswanya tidak pernah usai. Lelah, penat dan pusing itulah yang dirasa Renjun setelah meninggalkan kelasnya. Seperti sebelumnya, kegiatan selanjutnya adalah mengunjungi dan menemani Lee Haechan dirumah sakit.

Ia merapatkan mantel tebalnya, semakin hari semakin dingin rasanya, menurut perkiraan cuaca salju akan turun tiga hari kedepan tapi ia rasa saljunya akan turun besok. Begitu dingin hingga ujung hidung dan pipi Renjun ikut memerah.

"Huang Renjun!!" Sontak ia menghentikan langkahnya saat suara yang tak asing memanggilnya dari kejauhan. Dilihatnya Choi Hyunsuk yang berlari kecil ke arahnya, ia tersenyum melihat bagaimana ia lari, pria yang bertinggi hampir 185cm itu lari layaknya bayi dengan kaki panjangnya. Sangat menggemaskan. "Kenapa berlari? aku tidak akan meninggalkanmu."

Choi Hyunsuk hanya terkekeh saat mendengar itu dan mengusap tengkuknya, "Kau mau mengunjungi Lee Haechan?" Renjun melebarkan kedua matanya, "Kau tau?"

Hyunsuk mengangguk, "Aku bertanya pada Felix. Bagaimana jika kita kesana bersama?"

Renjun lantas menyetujui tawaran Hyunsuk pergi kerumah sakit bersama. Seharusnya, ia dan Felix yang pergi bersama, namun karena Felix yang mendadak dipanggil oleh Dosen Kim, mau tak mau ia harus pergi sendiri. Tapi untung saja, Hyunsuk datang bagai mentari yang membuat hatinya cerah seketika.

Menurutnya, Choi Hyunsuk memiliki pribadi yang bertolak belakang dengan Lee Haechan. Dia orang yang easy going, mudah bergaul dengan banyak orang, gemar membuat lelucon.

Dia bisa bertingkah seperti bayi tapi juga bisa bersikap tegas seperti komandan militer. Tidak seperti Lee Haechan, dia tidak pernah melihatnya tersenyum sedikitpun dan entah kenapa, Huang Renjun malah jatuh hati pada pesona pria tan tersebut.

Keduanya tiba dirumah sakit 30 menit dari universitas mereka.

"Tidak ada? Kemana dia? Apa sudah dioperasi." Renjun berucap ketika membuka pintu kamar rawat Haechan. Orangnya tidak ada, tidak mungkin dia berjalan tanpa bantuan orang lain 'kan. Hyunsuk hanya melihat gerak gerik cemas Renjun, ia juga tidak tau kemana pria itu apalagi ini adalah kali pertamanya ia mengunjungi musuh masa lalu-nya.

Sebenarnya, ia enggan mengetahui keadaan Lee Haechan justru ia senang mendengar pembunuh tersebut terkapar dirumah sakit. Tapi, mau tidak mau dia harus menjalankan berbagai rencana agar sampai pada rencana utamanya.

Dengan inisiatifnya, ia bertanya pada perawat yang kebetulan melewati ruangan tersebut. Siapa tahu, perawat itu tahu dimana Haechan, ia muak dengan ekspresi yang Renjun tampilkan. "Permisi, apa kau tau dimana pasien kamar ini?"

Sejenak perawat wanita itu mengingat pasien yang berada dalam kamar tersebut, kemudian matanya menunjukkan binar cerah, "Aku rasa melihatnya ditaman bersama perawat lain."

"Terimakasih." Ucap Hyunsuk lalu membungkuk pada perawat tersebut. "Renjㅡ" ia menghentikan panggilannya, orang yang dipanggil nyatanya sudah melangkah menuju taman.

Disana, disepanjang jalan setapak di taman Renjun melihat Haechan dengan kursi rodanya sedang di dorong oleh perawat wanita sekitar berusia 40-an tahun. Ia lantas mendekati mereka dengan hati yang lega, perawat itu tersenyum melihat Renjun yang perlahan sudah dekat, "Anda temannya? Pasien bosan berada di dalam kamar, jadi aku membawanya berkeliling taman."

Perawat itu pun membungkuk, berpamitan dengan keduanya, seolah wanita itu tau bahwa pasien ini akan ditemani oleh seseorang. "Segeralah masuk, hujan akan turun."

Renjun mengambil alih kursi roda tersebut lalu mendorongnya ke bangku taman yang tidak jauh dari tempat mereka sekarang.

Renjun membantu Haechan pindah ke bangku tersebut.

"Kau mencariku?" Ucap Haechan setelah menyamankan posisi duduknya.

"Aku pikir kau sudah dioperasi." Renjun mengeratkan mantel yang ia pakai dan menengadah keatas, "Apakah hujan seriusan turun, padahal ini musim dingin 'kan."

Tidak menjawab jawaban, Renjun pun menolehkan wajahnya ke Haechan. Ia sedang termenung sambil memerhatikan laki-laki dan wanita yang tampak sedang menghibur anaknya yang terbalut pakaian yang sama dengan dirinya, anak itu tertawa lepas saat ayahnya menunjukkan sulap tetapi digagalkan oleh sang ibu.

"Kau rindu orangtuamu?"

Haechan mendesah berat, "Rindu."

"Aku tidak punya orangtua." Ucapnya yang masih memandangi keluarga yang tampak harmonis meski salah satu anggota keluarga tersebut sedang sakit. Jujur, Haechan ingin sekali merasakan kehangatan keluarga yang seperti itu bukan kehangatan keluarga yang The Black Rose berikan padanya. Ia rasa organisasi itu melewati batas kehangatan.

"Kau pasti sangat merindukan orangtuamu di China, ya." Renjun hanya tersenyum mendengar kalimat tersebut. Ia tidak bisa berbohong, bahwa ia memang benar-benar merindukan keluarganya di China, terlebih pada neneknya.

Mereka tidak berbicara satu sama lain saat ini. Suara gemuruh yang menggelegar dan langit yang perlahan menjadi abu membuat Renjun bersiap hendak berdiri, "Hujan akan turun, sebaiknya kita masuk."

"Aku tidak suka hujan." Haechan berucap.

Tangannya menggenggam jemari Renjun, mencegahnya berdiri, "Jika begitu, ayo! cepatlah masuk." Tetapi pria China itu tetap berdiri dengan genggaman Haechan yang semakin mengerat.

"Hujan itu berisik, basah dan dingin. Bagaimana denganmu?" Bisa-bisanya orang ini tampak tenang sedang sebentar lagi mungkin hujan deras akan mengguyur keduanya dan bumi. "Kau bicara apa? Ayo masuk." Renjun mengernyit, ia hendak menarik lengan Haechan untuk membantunya pindah ke kursi roda.

"Jawab dulu."

Lee Haechan bersikukuh tentang pembahasannya tentang hujan. Ia enggan bergerak sedikitpun dari tempatnya, ia menarik pelan tangannya agar Renjun kembali duduk disampingnya. Ia hanya merotasikan mata, membuang napas berat dan berakhir duduk kembali. "Baiklah."

"Hujan adalah hal biasa namun indah dari Tuhan. Aku suka karena arona tanah yang basah itu menyejukkan, Aku juga tidak suka hujan, seperti katamu dingin dan berisik." Mau tak mau Renjun mengutarakan ketertarikannya pada hujan yang membasahi tanah dan bumi.

"Hujan juga kadang datang tidak terduga."

"Benar."

"Dan kau seperti hujan." Renjun menoleh dan terkejut. Apa maksudnya?

"Kau datang tidak terduga dihidupku. Aku yang sudah nyaman dengan caraku hidup seperti ini lalu seketika berubah saat melihatmu..." Tatapan mata itu begitu sangat tenang seperti air danau. Hati Renjun perlahan membeku, ia tidak menduga sama sekali bahwa Lee Haechan yang ia kenal akan mengatakan hal demikian.

Masih mengenggam jemari Renjun dan menatap mata beririskan coklat muda tersebut penuh kekaguman, "Perasaan yang asing dan rumit ini menjadi semakin jelas ketika aku bersamamu..."

Kalimat selanjutnya seakan menghentikan seluruh fungsi pada tubuh Renjun. Ia tak bisa berpikir sejenak, bahkan tubuhnya sendiri tak bergerak sama sekali, "...Apakah Tuhan mengizinkanku jatuh cinta dan suka padamu?"

Tanpa diminta, rintik-rintik air hujan perlahan membasahi keduanya, perlahan juga Lee Haechan memajukan wajahnya pada wajah Huang Renjun, hingga keduanya bisa merasakan deru napas yang saling menerpa wajah masing-masing.

Detik berikutnya, bibir penuh milik pria tan itu mengecup lama bibir si mungil, menyalurkan semua rasa yang ada dalam hati dan pikirannya. Renjun hanya menutup mata, tidak membalas kecupan tersebut tetapi berusaha menghargainya. Menerima perasaan yang juga ia rasakan selama ini.

Rintik berubah menjadi guyuran. Dibawah dinginnya air hujan, dua hati saling memberi dan menerima ungkapan yang tak pernah sebelumnya mereka sampaikan.

Tanpa sadar, airmata Renjun turun bersamaan dengan air hujan yang menyamarkannya, air mata bahagia yang turun dari nayanika kanannya.

Sedangkan...

Diseberang sana, di lorong luar rumah sakit, Choi Hyunsuk dengan dua payung yang ia bawa, diam-diam mengencangkan tulang rahangnya menahan api amarah yang perlahan membakar hatinya dan diterpa angin kecemburuan.

Namun adegan selanjutnya adalah bibir kirinya terangkat melukis sebuah seringaian penuh benci dan dengki, ia mendesah berat, "Aku baru saja melihat sebuah adegan drama rupanya. Mari kita lihat, apakah drama ini akan berakhir happy ending atau sebaliknya."

Lee Haechan menjauhkan wajahnya dari Renjun yang masih menutup matanya, ia tidak bisa menahan semuanya terlalu lama.
Kekaguman pada sosok itu, bayangnya selalu menyiksa dan pesonanya. Pelan-pelan, Renjun membuka matanya, didapatinya wajah tan yang tersapu air hujan masih menatapnya penuh kekaguman.

"Apa yang kalian lakukan?! Cepatlah masuk! Hujannya semakin deras!" Seruan tiba-tiba datang dari Hyunsuk yang memakai payung dan memegang satu payung lainnya yang masih terlipat. Ia memberinya pada Renjun, lalu membantu Haechan pindah kursi rodanya lalu mendorongnya dan menaunginya dengan payung ia pakai ㅡmembawanya kembali kedalam rumah sakit. Hyunsuk tidak peduli dirinya kehujanan yang terpenting adalah Haechan dan Renjun, sekarang.

Ketiganya telah berganti pakaian dan tengah meminum teh hangat yang dibuat perawat rumah sakit ini, kecuali Haechan, Ia tengah tertidur karena rangsangan obat yang diberi perawat yang memeriksanya.

Choi Hyunsuk sedang melihat-lihat galeri instagram-nya sebelum sebuah pesan kakaotalk menyapa notifikasi ponselnya, "Huang Renjun." Renjun menoleh sesaat setelah menyeruput tehnya, "Aku ada urusan mendadak, aku pergi lebih dahulu, tidak apa?"

Renjun berdiri, "Ya. Akan aku antar."

"Tidak perlu. Aku paham lorong menuju parkiran. Titipkan salamku padanya, jika dia bangun." Hyunsuk menolaknya.

"Terimakasih, Choi Hyunsuk."

"Sama-sama, semoga lenganmu juga cepat sembuh." Renjun mengangguk dan membiarkan Hyunsuk pergi melenggang meninggalkannya.

"Komandan sialan." Hyunsuk bergumam setelah menutup pintu kamar rawat tersebut.

Huang Renjun mendekati Lee Haechan yang masih tenang dan tidak bergerak dalam tidurnya. Ia memikirkan kejadian tadi, apakah dirinya sedang bermimpi atau yang tadi hanya halusinasinya semata?

Sungguh tidak dipercaya, bahwa perasaan yang ia sembunyikan dengan rapat akhirnya terbalaskan dengan jelas. Tiba-tiba, wajah Renjun berubah merah saat membayangkan kembali bagaimana Haechan mengecup bibirnya penuh perasaan. Ah, rasanya ia ingin kembali ke waktu itu.



Malam kini menghiasi kota Seoul, rasanya malam ini lebih indah dari malam-malam sebelumnya. Lee Haechan melihat jendela kamar rawatnya yang tengah dimatikan lampunya, ia dapat melihat kerlipan bintang disana, bintang yang terkadang  menemaninya saat berubah menjadi monster pembunuh. Lalu ia menoleh ke sofa, disana sosok mungil sedang tidur terduduk. Ia berpikir, apakah dia itu tidak masuk kerja? Kenapa masih disini?

Sosok itu menggeliat dalam tidurnya dan membuka matanya, ia mencari ponselnya dan seketika terkejut. "Aku terlambat kerja?" ucapnya sambil mengusap tengkuk. Waktu menunjukkan pukul 9 malam, rupanya Renjun ketiduran hingga lupa waktu kerjanya.

"Kau ketiduran?" Suara itu mengejutkan Renjun. Ia tidak tau jika Haechan terbangun, "Kau bangun ?!"

Renjun dapat melihat Haechan dalam gelap. Cahaya malam masuk melalui jendela kamar dan menerpa wajahnya, wajah tan itu semakin mempesona saat ini.

"Kau dapat melihatku?" tanya Haechan, lalu ia mengibaskan tangannya memberi isyarat agar Renjun mendekat. Pria China itu lantas bangkit dan mendekati Haechan.
"Apa tidak sakit tidur duduk di sofa? Tidurlah bersamaku." Setelahnya, ia menggeser sedikit tubuhnya memberi ruang pada Renjun.

Ia hanya menurut, naik ke bangsal Haechan yang lumayan sempit tetapi muat untuk 2 orang dan menyamankan diri diatasnya. Renjun seketika tercekat saat lengan Haechan meraih pundaknya dan membuat dirinya berbaring menyamping berhadapan dengan pria itu. Jantungnya mulai bertalu tidak karuan, ia juga dapat merasakan degup jantung Haechan karena posisi Renjun yang lebih rendah.

"Tidurlah." Haechan berucap sambil mengusap punggung kecil tersebut, membawanya kedalam alam mimpi. Renjun terbuai dengan usapan tersebut, perlahan matanya menutup tenang dan tangannya mengingkar pada pinggang Haechan.

Keduanya berakhir kembali tidur dalam dekapan masing-masing, yang penuh kehangatan dan mengantarnya pada mimpi yang indah.





FALL FOR YOU
겨울비













Continue Reading

You'll Also Like

43.4K 5.7K 32
Nera adalah anak yang tumbuh di lingkungan kriminal pinggiran kota. Keputusannya menyelamatkan seorang pria tua yang terkena luka tembak membawanya m...
95.5K 10.1K 18
Hanya kisah tentang Haechan yang selalu berhasil membuat kupu-kupu berterbangan di perut Renjun. [Hyuckren] Warn! Bxb area Lil' bit mature🔞 Haechan...
4.8K 470 28
Karena memaafkan tak semudah meminta maaf. JANGAN READ DOANG!! AKU GA SUKA!!
100K 13.6K 41
[COMPLETED] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menemukan pria dari masa lalunya dengan wajah lebam tak karuan, Renjun terpaksa membawa pria itu ke apartemen...