𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐆𝐈�...

By honeymenu

33.1K 7.6K 1.3K

[A NON FICTION BOOK: COMPLETED] Kenali caraku mengatasi hidup, mengelola emosi, dan caraku menulis novel lewa... More

Pembuka
1. Tujuan Menulis
2. Views
3. Vote dan Komentar
4. Iri Hati
5. Benci Idol
6. Feedback
7. Minder
8. Kritik atau Hinaan?
9. Perfeksionis
10. Menikmati Proses
11. Mainstream is Bad
12. Antikritik
13. Cerita Halu
14. Takut Diplagiat
15. Percaya Diri
16. Sederhana Juga Bagus!
17. Berhenti Menulis
18. Cerita Kentang
19. Pembaca Setia
20. Ekspektasi
21. Standar Kebahagiaan
23. (Julid) Unpopular Opinion
24. Dari Berat Menjadi Ringan
25. Harapan Pembaca
26. Mengekspresikan Ide
27. Genre yang Laku
28. Cemas Berlebihan
29. Keuntungan Wattpad
30. Jujurlah Pada Dirimu
31. Alur Bertele-tele
33. Meniru Gaya Tulisan
35. [RB #1] NOVEMBER 2020
36. Awalan Cerita
37. PENGHARGAAN WATTYS
38. Menjadi Lebih Baik
39. Supaya Tidak Kaku
40. Narasi Panjang VS Pendek
41. Menyusun Konflik
42. Manfaat Menulis
44. Dialog yang Hidup
45. Kesalahan Menulis
46. Kesalahan PUEBI dan KBBI
47. Tokoh Sempurna
48. Mencari atau Menciptakan Pasar
49. Promosi Itu Wajib
50. Karakter yang Dibenci
51: Karakter yang Kuat
52. Karakter yang Kuat 2
53. Cerita Masuk Akal
54. Mengontrol Hidup
55. Lubang Cerita
56. Mental Sukses
57. Resep Menulis Fantasi
58. [RB #2] DESEMBER 2020
59. Zona Nyaman
60. Menulis dan Membaca
61. Alasan Bosan Menulis
62. Sumber Penghasilan (Part 1)
63. Sumber Penghasilan (Part 2)
64. Tulisan itu Aset
65. Jadi Penulis Aktif
66. Teman Menulis
67. Fake Productivity
68. Melawan Fake Productivity
69. Waktunya Berpisah

22. Perbandingan

266 84 5
By honeymenu

"Kenapa ya aku enggak bisa sesukses teman-temanku?"

Dulu aku juga sering merasakannya, terutama saat aku sudah lulus kuliah dan mulai berpisah dengan para sahabat. 

Aku menyebutnya titik jenuh, atau di beberapa artikel, orang mungkin menyebutnya quarter life crisis. Keadaan dimana kamu merasa dirimu tak cukup apa-apa dan selalu merasa gelisah tentang masa depan. 

Kamu merasa malu dan tertinggal ketika melihat pencapaian teman-temanmu, mempertanyakan apa yang akan kamu dapatkan di masa depan nanti, mempertanyakan kehidupanmu sepuluh tahun mendatang. Terkadang juga berpikir pahit, betapa semua hidup ini tampak tak adil buatmu. Padahal sekolahnya di jenjang yang sama, ujian di waktu yang sama, lulus juga sama... tapi mengapa kamu tetap tertinggal? 

Tenang, semua ini pasti dilalui oleh kita. 

Terkadang, cara yang terbaik untuk keluar dari lubang depresi ini adalah dengan menerima segalanya terlebih dahulu. 

Aku sudah pernah memberitahu di salah satu Bab yang berjudul Standar Kebahagiaan; ketika kita mengurangi ekspektasi untuk mendapatkan apa pun, beban hidup kita menjadi lebih mudah. 

Namun, terkadang, kita tidak bisa mengontrol keinginan yang datang, bukan? Apalagi dengan kemajuan teknologi seperti ini. Kamu melihat Twitter, Instagram, Facebook... orang-orang di sana tampak bahagia menjalani hidupnya. 

Ada sahabatmu yang dulu bocah bengal dan nakal, kini sudah menjadi angkatan militer yang tampak gagah dan tangguh. Ada teman yang dulu pendiam dan pemurung, sekarang menjadi karyawan perusahaan dan sering membagi foto bahagia bersama kekasihnya. Ada teman yang dulu sering bolos, sekarang sudah memiliki usaha rumah makan. Bahkan ada orang-orang yang tak kamu kenal, yang mungkin usianya lebih muda darimu, kini sudah menjabat sebagai CEO bertalenta dan pelaku UMKM yang cukup sukses. 

Sedangkan kamu ....

Ah, tidak, jangan bersedih dulu. 

Hidup manusia itu hanya satu kali. Kalau hanya kamu mengisinya dengan kesedihan, kemarahan pada dirimu sendiri, rasa tidak puas dan iri hati, kamu hanya akan menggali liang lahatmu lebih cepat. 

Oleh sebab itulah, untuk apa membandingkan diri dengan orang-orang, bila kamu hanya mendapatkan rasa sakit?

Kita semua dilahirkan berbeda. 

Maksudnya, semua orang di dunia ini. Kamu dan aku tumbuh di keluarga yang berbeda, status ekonomi yang berbeda, lingkungan yang berbeda, latar belakang pendidikan yang berbeda, pengalaman traumatis yang berbeda, bahkan gen yang berbeda. Apakah masih pantas bila aku berusaha menyamakan nasib denganmu? Apakah masih pantas bila kamu masih membandingkan nasib dengan mereka? 

Satu-satunya orang yang pantas untuk menjadi perbandingan adalah diri kita sendiri di masa lalu.

Pertanyaannya bukanlah, "Kapan aku bisa menjadi seperti mereka?" 

Melainkan, "Apakah aku sudah menjadi lebih baik dari kemarin?"

Kalau kamu tidak menjadi lebih baik dari kemarin, pantaslah kamu merasa sedih dan kecewa. Sebab apa yang kamu lakukan sekarang akan berakibat pada masa depanmu. 

Sebab itulah, sekarang, berdirilah di hadapan cermin dan minta maaflah pada refleksimu di sana. 

Minta maaflah karena selama ini kamu telah menyakiti dan tidak menerima dirimu sendiri apa adanya. 

Minta maaflah karena selama ini kamu tidak benar-benar memikirkan kebutuhanmu. 

Minta maaflah karena kamu belum bisa menjadi versi terbaik dirimu. 

Continue Reading

You'll Also Like

190K 18.5K 22
[HIATUS] [Content warning!] Kemungkinan akan ada beberapa chapter yang membuat kalian para pembaca tidak nyaman. Jadi saya harap kalian benar-benar m...
8.4K 1.2K 15
Setiap sudut punya kepingan cerita: di bawah lampu jalan, tiang gantung, dan kepompong pecah yang meneteskan luka.
6.4K 1.8K 24
[Pembuka dari seri mata-mata remaja] Tahun pertamanya di SMA menjadi awal petualangan baru bagi Adira. Demi memotong jalurnya pulang sekolah, gadis 1...
1.1M 114K 54
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...