Starlit Night - [nomin]

Bởi dazzlingyu

34.9K 3.2K 447

Sepenggal kisah tentang Lee Jeno dan dunianya, Na Jaemin. [nomin short story collection] dazzlingyu, 2020. f... Xem Thêm

1. sembilan belas
1.1. sembilan belas
1.2. sembilan belas
1.3. epilog
2. light my cigarette
2.1. always taste like you
2.2. hoping things would change
3. kamu yang paling bisa
4. my muffin, my pumpkin, na jaemin<3
5. roommate
6. pacaran by accident
7. overprotektif
8. classmate
8.1. soulmate
9. the broken leg and those lingering feelings
9.1. all i can do is say that these arms were made for holding you
9.2. i've loved you since we were 18, long before we both thought the same thing
10. si manis na jaemin
11. into your skin
12. merry kissmas
13. last chance
13.1. final chance
13.2. epilog
14. movies
15. nala
16. benefits
17. green eyes with malibu indigo

16.1. i like u

386 46 2
Bởi dazzlingyu

tw⚠️//🔞
masih tw yang sama gais🌚🙏









🧶











Jeno hampir saja berteriak kesal siang ini ketika lagi-lagi ia bengong karena kepikiran dengan pemuda manis yang mendesah di bawahnya semalam. Mendengus frustasi, Jeno kembali mendorong trolinya yang hampir menabrak tumpukan kotak sereal menuju bagian dairy products di sisi barat supermarket.

"Kakak titip susu berapa kotak pula tadi?" Jeno menggaruk pipinya bingung sembari memperhatikan daftar belanjaan yang Mark kirimkan melalui ponselnya. "Low fat milk, skimmed milk, pasteurized milk, yogurt—hah?! Kok banyak?!"

Daripada terlihat aneh karena bicara sendiri, Jeno pun memilih untuk langsung mengambil semua barang pesanan kakaknya itu.

Ketika ia mengulurkan tangan bermaksud mengambil sekotak susu, tangannya tak sengaja bersentuhan dengan tangan seseorang, membuat Jeno langsung menarik diri dan berniat minta maaf. Namun semuanya urung ketika ia menyadari bahwa orang di hadapannya itu adalah Na Jaemin.

"Ja-Jaemin?!"

"O-oh?"

Jaemin sontak melangkah mundur, menatap Jeno dengan gugup sembari memainkan ujung lengan sweater turtle necknya.

Jika saja Jeno menyadari alasan Jaemin memakai turtle neck di tengah musim panas begini, seribu persen yakin Jaemin akan berakhir di kasur Jeno lagi malam ini.

"Hai, Jeno," Jaemin tersenyum malu, jelas-jelas menghindari tatapan Jeno padanya.

"Kamu baik-baik saja 'kan?"

Jaemin tertegun ketiga Jeno malah menghampirinya dan memegangi bahunya.

"Aku?"

Jeno mengangguk.

"A-aku—aku baik. Ya, aku baik," Jaemin mengangguk canggung kemudian setelah Jeno melepas pegangannya pada bahunya.

"Maksudku—kemana kamu pergi pagi ini, Jaemin? Kamu menghilang begitu aku bangun."

"Ah, maaf," Jaemin menyengir tipis. "Aku—"

"Mau ngobrol denganku?"

Jaemin terdiam menatap Jeno, dalam hati menimang-nimang tawaran dari teman tidurnya yang baru ia kenal kemarin malam itu.

"Tapi, kalau kamu sibuk atau sedang—"

"Ya, tentu saja," ia memotong malu-malu. "Ayo... mengobrol..."

"Baiklah," Jeno jadi ikutan tersipu malu. Duh, sial. Manis sekali Na Jaemin ini. "Aku akan bayar dulu dan kamu bayar belanjaanmu juga," tambahnya kemudian sembari menunjuk troli Jaemin menggunakan dagunya.

"Y-ya, akan kutunggu di pintu keluar."

Begitu punggung Jaemin menghilang, Jeno menutup wajahnya dengan sebelah tangan, keinginannya untuk berteriak malu mendadak meningkat tiga kali lipat.

"Sial, kenapa malah melibatkan diri lagi dengannya, hah?!"










🧶













Kini keduanya tengah duduk di kedai kopi dekat supermarket, dengan belanjaan Jeno memenuhi meja di samping, juga belanjaan Jaemin yang diletakkan di bawah meja.

"Kenapa kamu pergi begitu saja, Jaemin?" Jeno memulai percakapan karena sedari tadi Jaemin hanya bermain-main dengan gelas kopinya.

Pemuda Na itu sontak mendongak menatap Jeno kaget mendengar pertanyaannya yang tiba-tiba.

"Itu—eum..." Jaemin menggaruk tengkuknya canggung. "Aku—tidak tahu..."

"Kenapa bisa tidak tahu?!" Jeno tak sengaja menaikkan nada bicaranya, membuat Jaemin sedikit terlonjak kaget dan menatap Jeno takut.

Jeno perlahan menghela napas. Emosinya jadi gonjang-ganjing tidak stabil sejak pagi karena memikirkan pemuda Na yang menghilang tiba-tiba pagi ini.

Sumpah, Jaemin pakai obat manjur apa sih sampai-sampai mampu membuat Jeno jatuh cinta hanya dalam sekali temu tatap?

"Aku pikir sesuatu yang buruk terjadi padamu, Jaemin. Kamu bahkan hampir pingsan semalam dan—"

"Maaf," Jaemin memotong dengan nada penuh sesal. "Aku-aku hanya tidak siap jika kamu bangun nanti dan menemukanku di sampingmu."

"Lalu kenapa?" Jeno kembali bertanya. "Jaemin, aku melakukannya secara sadar semalam. Aku tidak minum dan aku tidak mabuk. Tapi, kenapa kamu pergi begitu saja?"

"Dan kenapa kamu peduli?"

"Aku—" Jeno mendadak bungkam. Dadanya mulai berdebar melihat netra bening itu tengah menatapnya penuh harap. "Aku khawatir, Jaemin. Aku baru saja tidur denganmu semalam, untuk yang pertama kali pula. Wajar jika aku khawatir. Dari cara dudukmu saja bisa kulihat kalau kamu tidak sedang baik-baik saja."

Jaemin mendadak tersipu malu, langsung mengipasi wajahnya yang memerah panas dengan brosur cicilan panci dari supermarket.

"Panas ya?" Jeno bertanya begitu menyadari Jaemin sedikit berkeringat. "Lagian, kenapa kamu pakai turtle neck di musim panas begini sih? Texas panasnya tidak main-main."

Jaemin melotot tidak percaya. Bisa-bisanya Jeno bertanya setelah apa yang telah ia perbuat semalam? Dan apa maksudnya kaus tanpa lengan yang ia pakai itu?

"Kamu masih bertanya, Jen?" Jaemin balik bertanya tidak percaya.

Jeno menatapnya dengan kerjapan polos yang membuatnya mendengus hampir tertawa. Pemuda Na itu lalu menarik ujung sweaternya hingga atas kepala, menyisakan kaus lengan pendek berkerah lebar, membuat Jeno panik karena-kenapa Jaemin buka baju di tempat umum begini?!

Begitu Jaemin melepaskan sweaternya, Jeno tertegun menatapi semua noda merah-keunguan yang tercetak di leher, tulang selangka, serta dada pemuda Na; jelas merupakan tanda ciptaannya semalam pada tubuh indah milik Na Jaemin itu.

"Oh, shit—"

Memori kemarin malam mendadak berputar di benak Jeno bagai kaset rusak. Na Jaemin yang mendesah keras di bawahnya, cengkeraman pada bahu dan sensasi nikmat di pusat tubuhnya—sialan, Jeno bisa keras dengan spontan kalau begini ceritanya.

"Na, kamu kesini naik apa?" Jeno bertanya sambil buru-buru menghabiskan kopinya.

"Bus," jawab Jaemin, setengah bingung. "Kenapa?"

"Pulang denganku," tanpa basa-basi, Jeno segera menenteng tas belanjanya juga tas belanja Jaemin dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menarik pemuda itu ke lift menuju basement.

"Je-jeno, tapi—"

"Sssst, diam," Jeno memotong tak sabar, menunggu lift selama satu menit yang terasa agak menyiksa karena celananya yang mulai terasa sesak di bawah sana.

Begitu pintu lift terbuka, Jeno segera menarik Jaemin masuk. Beruntung tidak ada siapapun selain mereka di dalam lift, jadi setelah menekan tombol B pada panel lift, Jeno langsung memojokkan Jaemin di dinding lift, mencumbu bibirnya penuh nafsu.

"Sialan, Na. Aku keras lagi-lagi karenamu." Jeno berbisik setelah melepaskan ciumannya bersamaan dengan denting pintu lift yang terbuka.

Jaemin yang juga sudah terbakar nafsu pun langsung mengekori Jeno keluar lift. Begitu sampai mobil, seluruh tas belanja langsung mereka lempar ke bagasi sebelum keduanya masuk dan saling mencumbu lagi satu sama lain.

"Mhhnnn—Jeno..."

Jaemin menggigit bibir ketika Jeno mengecupi lehernya, kembali membuat satu tanda kepemilikan di tulang selangkanya.

"Bisa-bisanya kamu buka baju di tempat umum begitu, hm?"

"Aaah—daddy—"

"Anak nakal harus dihukum, 'kan?"

"Ye-yes, daddy!"

Jeno menyeringai begitu melihat wajah Jaemin berubah needy. Ia pun memundurkan kursi pengemudi sebelum menurunkan celananya, menampilkan miliknya yang hampir mengacung tegak, membuat Jaemin meneguk ludah padahal semalam sudah merasakannya memasuki lubangnya.

"Come here, baby," ujarnya sambil menepuk kedua pahanya.

Jaemin pun langsung menuruti perintah Jeno setelah menurunkan celananya dan melepas sepatunya. Kabut nafsu kembali menyelubungi Jeno ketika melihat lubang Jaemin yang masih longgar saat Jaemin sudah duduk di pangkuannya.

Pemuda Na itu memekik ketika Jeno menampar pipi pantatnya, menyisakan bekas merah yang terasa panas dan gatal, tetapi Jaemin suka.

"I have no lube. Can you take it dry?"

"N-no, don't," Jaemin menggeleng panik. "It still hurts."

"Then what should i do?" Jeno pura-pura memasang wajah simpatik. "Or... what should you do, baby?"

Jaemin menahan napas ketika Jeno menyeringai sebelum mengecup bibirnya dan dilumat pelan, ia lalu merangkak turun dari pangkuan Jeno sebelum meraih milik pemuda dominan itu dan diurut pelan.

"Ah... yes..." Jeno mendongak memejamkan mata ketika Jaemin memasukkannya ke dalam mulutnya. Sensasi hangat dan basah itu merambat memenuhi tubuhnya. Gelenyar nikmat membasuh dirinya dalam kabut nafsu yang makin menggulung pekat.

Jeno menunduk hanya untuk mendapati Jaemin yang tengah menatapnya dari bawah sana. Ia memang tidak mahir, Jeno akui. Namun melihat ekspresi tersakiti Jaemin yang dilengkapi dengan wajahnya yang memerah, bibir yang membengkak, dan mata berkaca-kaca mampu membuat Jeno menjemput pelepasannya yang pertama dalam lima menit.

"Spit it out," Jeno menadahkan tangan di bawah dagu Jaemin, membuat Jaemin mengeluarkan semua cairan putih itu dari dalam mulutnya yang kemudian Jeno gunakan sebagai pelumas. "Sit on my lap, baby. Ride me."

Jaemin kembali menuruti Jeno dengan patuh, sontak memeluk leher sang dominan ketika ujung milik Jeno terasa menyentuh pinggir lubangnya.

"Ready?"

"Ye-yes, daddy. Put it inside," Jaemin mengangguk sebelum mendorong masuk, memegangi pinggul Jaemin sebelum ia tarik turun perlahan-lahan. "A-aaah, so deep..."

"Enough?" Jeno bertanya lembut sembari mengecup pelipis Jaemin yang berkeringat.

Jaemin mengangguk sebelum menarik napas dalam karena di posisi ini, milik Jeno mampu tertanam begitu dalam di tubuhnya, bergerak sedikit saja akan terasa menyentuh titik sensitifnya di sana.

"Now move your hips, Sweetheart."

Jaemin naik perlahan sebelum turun, terus begitu berulang-ulang dengan gerakan lambat dan agak membuat Jeno tidak sabar. Setelah lima menit bertahan dengan permainan Jaemin yang lambat, Jeno pun mengubah alur permainan. Ia cengkram pinggang Jaemin sebelum menaikkan pinggulnya dengan tempo cepat, membuat Jaemin melepaskan desahan keras yang membuat telinga Jeno panas.

"Ye-yes, there! Ah! Yes there, daddy!" Jaemin mendesah keras ketika Jeno menghentak dengan dalam, tubuhnya terlonjak ke atas hingga hampir menabrak langit-langit mobil.

"Hold on, baby. A little bit more..."

"A-aahhh—uhmmm... daddy..."

"Yes, baby, yes," Jeno menyahut terburu-buru, mempercepat tempo gerakannya. "I'll fill you to the brim!"

Jeno menghentak kencang di akhir, membuat Jaemin terlonjak ke belakang yang untungnya segera Jeno tahan pinggangnya. Rasa hangat kemudian memenuhi bagian bawah pemuda Na bersamaan dengan dirinya yang menjemput pelepasannya, mengotori kaus hitam Jeno.

Hening sesaat sebelum terdengar napas berat mereka yang bersahut-sahutan. Jeno memeluk pinggang dan punggung Jaemin erat, sementara pemuda Na itu kembali mengalungkan lengannya di leher sang dominan, menyambut ciuman lembutnya di bibirnya yang memerah bengkak.

"Jaemin..."

"Yes, daddy?"

Jeno menjauhkan wajah mereka, menangkup pipi Jaemin dengan sebelah tangan seraya tersenyum tampan yang membuat Jaemin makin tersipu.

"Great job, sweetie," Jeno mengecup pipi Jaemin penuh kelembutan, sekali lagi membuat Jaemin meleleh hatinya. "Tired?"

Jaemin mengangguk kecil mendengar pertanyaan Jeno sebelum menyamankan diri di pelukan si lelaki dominan, tak menghiraukan fakta bahwa tubuh mereka masih tertaut di bawah sana.

"I'll let you sleep, then," Jeno mengecup pucuk kepala Jaemin sembari diusap pelan rambutnya hingga turun ke punggungnya.

Jaemin sontak terlena, makin menyamankan diri, menghirup wangi maskulin Jeno yang bercampur dengan keringat di kausnya dalam-dalam.

"Kamu sudah tidur, Na?"

"Belum," Jaemin menyahut pelan seraya mendongak dengan mata sayunya. "Kenapa?"

Jeno mengecup bibirnya sebelum bicara, "Ada yang harus kita bicarakan."

"Tentang?"

"Tentang... kita?"

Jaemin terdiam setelahnya.

"Kita...?"

Jeno mengangguk kecil. "Kita."

Hening sejenak sebelum Jeno kembali membuka suara, "Setelah ini... kita itu apa, Na?"

"Aku... tidak tahu...?"

"I think I like you."

Mendengar pernyataan tiba-tiba Jeno barusan, Jaemin tidak sengaja bergerak kaget di pangkuannya, membuat Jeno menggeram rendah ketika miliknya tertanam makin dalam di dalam Jaemin.

"O-oh, maaf," Jaemin meminta maaf sebelum menatap Jeno lamat-lamat. "Kamu... menyukaiku?"

"Yah... sepertinya iya?"

"Kamu yakin itu suka, bukan nafsu?"

Kini gantian Jeno yang terdiam karenanya.

"Kalau soal suka, tentu saja aku menyukaimu juga, Jeno. Kemarin malam, kita sama-sama dibutakan oleh nafsu. Jadi, aku ragu untuk yakin bahwa kamu benar-benar menyukaiku—maksudku, yang tulus dari hatimu."

"Jadi kamu tidak menyukaiku?"

Jaemin ingin sekali berteriak bahwa ia telah menyukai Jeno sejak musim panas tahun lalu, namun Jaemin tidak bisa mengatakannya begitu saja dengan gamblang. Bagaimana jikalau memang iya Jeno menyukainya namun hanya karena euforia nafsu semata? Hubungan ini takkan terasa adil bagi Jaemin nantinya.

"Te-tentu saja aku menyukaimu! Tapi maksudku, in another way—I mean—you know, Jeno... it's—it's difficult..."

Diluar dugaan Jaemin, Jeno malah kembali memeluk pinggangnya erat, mendusalkan wajahnya di perpotongan lehernya.

"It's not just you. Why were we always ended up in the same page, Na?"

Jeno menarik diri sejenak sebelum menunduk menatap Jaemin yang tengah menatapnya polos dengan mata beningnya itu.

"It's difficult for me too, Na. Bisakah kamu berhenti berlarian di pikiranku? Kamu tahu betapa khawatirnya aku ketika kamu menghilang pagi ini? It's difficult—those feelings are difficult."

"Jeno—"

"Na, how if—how if I told you I love you?"

"Jeno, are you being serious right now?"

"I don't even know, Na. We should prove it."

"Prove what?"

"What kind of feeling is this—the one that I have for you, Na Jaemin."

"So in conclusion, we are?"

"Um, friends? I still like you, though."

Jaemin terdiam, mencoba menahan degupan dadanya yang mendadak bertambah liar.

"Jaemin?"

"Y-ya?"

"Are you alright?"

"U-uh, yes," Jaemin mengangguk. "If you want it to be like that, alright then."

"Kamu tidak keberatan atau semacamnya?"

"Tidak," kali ini Jaemin menggeleng. "Because i like you t—uh—no! I mean—"

Pemuda bermata kelam itu lantas tertawa setelah mendengar penuturan gugup si surai gulali yang masih betah menyamankan diri di pangkuannya itu.

"Na Jaemin," Jeno berbisik persis di samping telinganya. "Kamu menyukaiku, 'kan?"

"Ti-tidak, Jeno, aku—"

"Oh, you're not good at lying, baby. I know you do."

Jaemin hanya mampu menunduk sembari menggigiti pipi dalamnya dengan wajah merona sempurna, mengundang tatapan geli dari Jeno yang hampir mati gemas melihatnya.

"Be my boyfriend, then."

Si manis sontak mengangkat pandang dengan terkejut, sampai-sampai bibir mereka tidak sengaja bersentuhan selama beberapa detik sebelum Jaemin menarik dirinya mundur sejenak.

"Let's forget this one-time thing and begin a serious relationship with me."

"A-are you serious, Jen? Ma-maksudku—yeah, aku menyukaimu, tapi apakah aku... pantas untukmu?"

"Oh, persetan," Jeno tertawa remeh. "I want you and I want you to want me too, Na Jaemin. No excuses, you're my boyfriend now. Lagipula, aku tahu dari Mark kalau kamu sering curi-curi pandang ke arahku di kampus."

Pemuda Na itu otomatis tersipu sembari menyembunyikan wajahnya di dada sang dominan, sukses buat Jeno terkekeh kemudian dan setelahnya Jaemin pun kembali menyamankan dirinya di pelukan Jeno. Ia mengabaikan rasa sakit yang mulai terasa di bagian bawahnya.

"You don't wanna be cleaned, baby?"

"Hm?"

"Are we gonna be like this whole day or—"

"O-oh, i'm sorry. I thought you still let me sleep for a while."

"If you wanted to—"

"No, no. It's okay, we should go home right away," Jaemin tersenyum sembari mengangkat tubuhnya perlahan dari Jeno, menggigit bibirnya merasakan pelepasan tautan tubuh mereka, menyebabkan cairan putih kental mengalir menuruni paha dalam Jaemin sebelum menetes mengotori kursi. "It's dripping..."

Jaemin mendongak menatap Jeno takut kalau-kalau pemuda itu marah karena Jaemin telah mengotori mobilnya. Namun begitu melihat Jeno tengah menjilat bibirnya sambil menatap Jaemin penuh nafsu, pemuda Na itu tahu bahwa ia takkan bisa berjalan dengan benar mungkin hingga seminggu kedepan.

"Prepare yourself for the second round, baby."

"A-ah, gently—unghhh~ daddy!!"
























///3///

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

19.9K 1.9K 22
hubungan yang jenuh itu wajar.
46.5K 4.4K 18
Jaemin pikir, semua doa yang telah ia panjatkan akan mencegah dunianya runtuh. Namun pada akhirnya semua sia-sia. Mimpi Jaemin tetap semu. 🧶nomin...
10.7K 1.6K 5
Jaemin dengan segala ambisinya untuk membalas dendam atas kematian keluarganya, dengan cara bergabung pada Agen Special Neo. BXB AREA. 100% FIKSI. HO...
67.5K 8.3K 20
COMPLETED!! Judul lengkap : Only Love Can Hurt Like This. Jaemin terjebak pada sebuah pekerjaan gelap yang mempertemukan dia dengan seorang gangster...