Starlit Night - [nomin]

By dazzlingyu

37.3K 3.3K 460

Sepenggal kisah tentang Lee Jeno dan dunianya, Na Jaemin. [nomin short story collection] dazzlingyu, 2020. f... More

1. sembilan belas
1.1. sembilan belas
1.2. sembilan belas
1.3. epilog
2. light my cigarette
2.1. always taste like you
2.2. hoping things would change
3. kamu yang paling bisa
4. my muffin, my pumpkin, na jaemin<3
5. roommate
6. pacaran by accident
7. overprotektif
8. classmate
8.1. soulmate
9. the broken leg and those lingering feelings
9.1. all i can do is say that these arms were made for holding you
9.2. i've loved you since we were 18, long before we both thought the same thing
10. si manis na jaemin
11. into your skin
12. merry kissmas
13. last chance
13.1. final chance
13.2. epilog
14. movies
15. nala
16.1. i like u
17. green eyes with malibu indigo

16. benefits

417 52 6
By dazzlingyu

tw⚠️//🔞

cw⚠️//daddy kink
boleh skip kalau bukan seleranya😖
tapi dicoba dulu yuk siapa tau suka🤡

nge-w⚠️//ehh??




🧶









Lee Jeno (21)


Na Jaemin (20)











🧶










Pertemuan pertama mereka terjadi di sebuah pesta kecil di pinggir kota Houston, dimana keluarga Lee sedang mengadakan penyambutan hari lahir anak sulung mereka yang ke-22.

Adalah disana Lee Jeno, duduk sendirian di tengah sofa yang dikelilingi banyak perempuan cantik—mayoritas adalah teman kakaknya yang datang dari kampus seberang kota.

"Jeno, kamu belum punya pacar?"

"Haha, belum minat," Jeno menjawab setengah malas, namun tetap harus memasang senyumnya tatkala merasakan gadis bernama Soojun yang duduk di kirinya ini menempel terlampau dekat. "Kakak-kakak sekalian bagaimana? Belum punya pacar?"

"Ah, soal lelaki..." yang Jeno ingat bernama Haneul menyahut sambil melambaikan tangan dari seberang sofa. "Soojun mungkin berminat dapat pacar malam ini."

Jeno melirik Soojun yang tiba-tiba memeluk lengannya dan menyandarkan kepalanya di bahunya. Jeno mengernyit kaget. Tak tahukah ia kalau Jeno sama-sama tidak tertarik dengan perempuan seperti kakaknya?

"Yoo! Soojun, Haneul, Yeseul, dan Yoomin! Kalian tidak mau ambil minum lagi?" Yang berulang tahun pun akhirnya datang, alias kakak lelaki dari Lee Jeno ini.

"Yo, Mark, ambilkan aku segelas lagi!" Haneul menyahut dengan akrab karena memang sudah berteman dengan Mark sedari SMA.

"Kamu ambil sendiri!" Mark menyahut iseng sebelum pandangannya teralih ke adiknya yang memasang wajah nelangsa meminta pertolongan.

Soda yang barusan masuk ke dalam mulut Mark langsung tersembur keluar lagi, membuat Haneul dan Yeseul yang duduk persis di depan Mark protes marah.

"Mark-jorok-Lee!"

"Yah! Mark Lee?! Kurang ajar! Aku baru mengambil baju ini dari binatu!"

Mark mengucap maaf sebelum menyeka bibir dengan punggung tangan, memajukan tubuhnya ke arah adiknya dan teman seangkatannya itu.

"Soojun, kamu tertarik dengan adikku?" Tanya Mark sambil tersenyum miring.

"Iya!" Soojun menyahut semangat, memeluk lengan Jeno semakin erat. "Bolehkah adikmu ini untukku, Mark? Ia sangatlah lucu."

"Biar kuberitahu kalian sesuatu," Mark melambaikan tangan, membuat empat gadis disana mendekat kepadanya, sementara Jeno mendengus malas memutar mata. "Adikku tidak suka perempuan."

Keempat gadis tersebut terkesiap kaget begitu Mark menyudahi kalimatnya dengan tawa, sontak membuat Soojun angkat tangan dan bergeser mundur.

"Kamu suka laki-laki?!" Soojun melotot kaget menatap Jeno. "What the—"

"Ya, benar. Maka menjauhlah dariku. Sikap murahanmu itu percuma, takkan mempan padaku."

"Ew—seharusnya aku yang—"

"Yah, bicara saja pada dadamu yang kecil itu," Jeno balas meledek sembari bangkit berdiri. "Kak Mark, aku ke dapur."

"Ya, sana." Mark tertawa sembari menghabiskan soda kaleng miliknya sebelum ikut pergi untuk menghampiri kekasihnya yang sedang bermain kartu bersama beberapa teman angkatannya.

Beranjak ke dapur sambil misuh-misuh, Jeno tidak sadar ada seorang lelaki lain ketika ia sampai disana, sedang membuka kulkas dan menuang jus buah dari botol kaca yang Jeno ingat ia beli sebulan yang lalu.

"Oh, barangkali itu sudah kadaluarsa, coba cek dulu aromanya." Jeno memberitahu tanpa sadar, menarik perhatian seorang lelaki yang baru Jeno sadari memiliki rambut pink terang seperti gulali.

Di detik pertama mata mereka bertatapan, Jeno sukses dibuat bergeming di tempatnya berdiri. Lelaki bersurai gulali itupun mengangguk dan mengikuti saran Jeno, tersenyum senang ketika aroma dari jus buahnya tidak menyengat sama sekali.

"Masih segar!" serunya, lalu perhatiannya kembali lagi ke Jeno. "Um... maaf, kamu Jeno adiknya Kak Mark, 'kan? Boleh aku minum ini?"

Lima detik mencerna ucapannya, Jeno akhirnya mengangguk, menghasilkan senyum manis dari pemuda yang belum ia ketahui namanya itu.

"Oh, aku Na Jaemin, omong-omong," ia menyodorkan tangannya setelah meletakkan gelas jus yang telah ia habiskan di atas kitchen island. "Teman satu fakultasnya Haechan."

"Aku tidak pernah tahu si gembul itu punya teman semanis dirimu?" Mulut Jeno tanpa sadar mengucap jawaban sembari membalas jabatan tangan Jaemin.

Jeno hampir saja memukul mulutnya sendiri ketika sadar, sementara Jaemin tertawa malu sembari merapikan poni merah mudanya yang menutupi dahinya.

"Kenapa kamu disini? Tidak dengan Donghyuck dan yang lainnya?" Jeno bertanya sembari beralih cuci tangan, sejujurnya ia masih malu dengan apa yang ia katakan barusan.

"Aku haus dan yah—aku tidak mau makin mabuk dengan menegak alkohol lagi," Jaemin mengedikkan bahunya cuek. Jeno sadar wajahnya agak merah, tanda ia sedikit mabuk. "Aku tidak terlalu suka berada di pesta."

"Lalu kenapa kamu datang?"

"Haechan menyeretku kesini," Jaemin tersenyum sebelum bersender di pintu kulkas sembari memerhatikan Jeno menuang minum. "Tapi, beruntung aku tidak menolak ajakannya. Akan sayang sekali jika aku melewatkan sesuatu yang berharga."

Jeno yang menyadari maksud dari ucapan Jaemin menyeringai setelah menghabiskan segelas air. Ia langsung beranjak mendekati Jaemin, menghimpit tubuhnya di depan kulkas, membuat Jaemin menahan napasnya ketika sadar Jeno tengah menatapnya kelewat dekat.

Rasanya Jaemin mau pingsan saja ketika mata kelam milik Jeno tengah menelusuri tiap lekukan wajahnya, dan Jaemin pun paham juga sadar betul bahwa Jeno tengah memandangi bibirnya yang sedang ia gigiti dengan sedikit seduktif.

"Kamu menarik," Jeno berbisik sembari tangannya mulai merambati paha Jaemin. "You're pretty, Na Jaemin."

"Hngg..." Jaemin menggigit bibirnya semakin keras ketika tangan Jeno makin naik hingga pinggulnya, meremas bokongnya dari balik celana jeans putihnya sambil ditampar pelan.

Detik berikutnya, Jeno menahan pipi Jaemin dengan satu tangan sebelum meraup bibir merekahnya itu, mencicipi rasa pahit alkohol bercampur dengan asam jeruk yang tersisa di bibir si manis. Jaemin langsung mengalungkan tangannya di leher Jeno, menaikkan kakinya melingkari pinggang Jeno ketika pemuda pirang itu menepuk pantatnya beberapa kali.

Jeno pun memutar posisi, mendudukkan Jaemin di atas island dan mengerjai bibirnya semakin gencar disana.

"Mhhmm... Jeenhh—" Jaemin menarik pelan rambut Jeno ketika ciuman pemuda itu merambat turun ke lehernya. "Je-Jenoohh—"

"I want you," Jeno menarik diri menjauh, menatap mata Jaemin yang sudah gelap berkaca-kaca. "I want you, Na Jaemin."

"I'm yours tonight," Jaemin menjawab dengan senyum miring, memainkan telunjuknya di sepanjang garis rahang Jeno yang tegas. "Make me yours, Jeno."

Tanpa menunggu lama, Jeno langsung melepaskan Jaemin dan menariknya menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. Pintu kamar ia kunci rapat sebelum mendorong Jaemin ke atas kasurnya dan mengukungnya sambil menahan kedua tangannya di atas kepala.

"Wanna mark you, sweetie," Jeno berbisik rendah, membuat Jaemin menggeliat nafsu di bawahnya. "Wanna mark you as mine."

Jeno memperhatikan wajah Jaemin yang memerah. Matanya berkaca-kaca dan berkilat nafsu, bibirnya berkali-kali ia gigiti sampai makin memerah warnanya, dan sesuatu di bawah sana terasa mengenai paha dalamnya.

Jaemin keras, Man.

Jeno menyeringai melihat wajah memerah Jaemin, ia sengaja merendahkan tubuhnya, membuat miliknya bersentuhan dengan milik Jaemin meskipun terhalang celana. Jaemin bergerak gelisah, mencoba melepaskan cengkraman tangan Jeno pada lengannya.

"I'm yours, Jeno. I'm totally yours," air mata mulai menggenang di pelupuknya, menatap Jeno penuh permohonan. "Please, please..."

"Beg for it, Sweetheart," Jeno kembali berbisik. "Good boy always beg nicely."

Jaemin mendadak makin panas mendengar kalimat Jeno barusan. Ia meneguk ludah sebelum menatap Jeno tepat di mata kelamnya.

"Jeno, please—"

"Mmhm, no," Jeno menggeleng, masih setia dengan seringaiannya. "Wrong name, Baby."

Jaemin menenguk ludah lagi ketika melihat Jeno tengah membuka kemeja yang ia kenakan dengan satu tangan sementara tangan lainnya masih menahan kedua tangan Jaemin dengan kuat di atas kepalanya.

It's—fucking hot.

Jaemin panas, Man.

"Jeno—"

Pemuda Lee kembali menggeleng.

"Wrong name."

Jaemin menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan dengan debaran yang kentara. Ia memejamkan mata sebelum membiarkan kata itu meluncur melalui bibirnya.

"Daddy, please?"

Detik berikutnya, bibirnya sudah disambar kembali oleh bibir Jeno. Tangannya otomatis ia kalungkan di leher Jeno sementara tangan dominan itu beralih membuka kancing kemeja Jaemin satu per satu, menampilkan torso mulus seputih susu tanpa noda apapun. Pucuk dadanya yang mungil benar-benar menarik perhatian Jeno, membuatnya sengaja menggeseknya dengan telapak tangan yang sontak membuat Jaemin mengeluarkan desahan memalukan.

"Lepas saja, tidak akan ada yang dengar," Jeno berbisik lagi sembari menaikkan tubuh bawah sang submisif, melepas resleting celananya dan melucutinya dari kaki jenjang Jaemin.

"Mmhh~" Jaemin hampir meronta ketika Jeno meremas-remas dadanya, ada sensasi aneh yang tidak bisa Jaemin jelaskan, "Please."

"Please what, baby? Beg nicely."

"Do something... down there..." Jaemin merintih malu. "It hurts."

"Mmhm, as you wish, princess." Jeno tersenyum jahil sembari bermain-main dengan karet celananya, menariknya turun dengan sekali sentak sebelum kain itu teronggok mengenaskan di lantai kamarnya, menampilkan milik Jaemin yang sudah setengah tegang dan mengeluarkan sedikit cairan precum.

"Mmm... daddyaahh!!"

Jaemin otomatis mengejang ketika Jeno menggenggam miliknya dan mulai menaik-turunkan tangannya, membuat Jaemin bergerak tidak nyaman di tempatnya.

"A-ah—haaa..." Jaemin melengkungkan tubuh ke atas ketika Jeno menekan ibu jarinya di titiknya yang paling sensitif.

"Shit, you're too hot to handle, baby." Jeno segera menanggalkan kemejanya dan membuka ikat pinggangnya buru-buru.

Entah sudah yang ke berapa kali Jaemin meneguk ludah, ia meneguk ludah lagi ketika melihat milik Jeno yang juga telah mengacung tegak, dalam hati tiba-tiba merasa takut, apakah benda sebesar itu bakal muat di lubangnya yang masih perawan?

"Have you prep yourself, baby?" Jeno bertanya sembari menindih tubuh Jaemin kembali, dibalas dengan gelengan malu oleh si submisif. "Kamu masih... virgin?"

Jaemin mengangguk malu, menutupi wajahnya dengan kedua tangan, membuat Jeno mendengus gemas seraya menarik tangan Jaemin menjauhi wajahnya, tersenyum menenangkannya yang hampir menangis karena malu.

"Don't cry, baby. Promise you I'll be gentle," Jeno mengusap rambut gulali itu sebelum mengecup bibirnya lagi. "It's not just you. You're my first too."

Ketika Jaemin menangis, Jeno memeluknya yang meringkuk di bawahnya sembari sebelah tangannya merogoh laci nakas, mencari botol pelumas yang ia curi diam-diam dari kamar kakaknya.

"Damn, aku lupa aku tidak punya kondom," Jeno menepuk dahinya. "Biar aku ambil dulu dari—"

"It's okay," Jaemin menahan tangannya ketika Jeno hendak bangkit dari kasur dan memakai celananya kembali. "I'll take it raw."

"That's hot." Jeno menyeringai semangat begitu melihat Jaemin tersenyum miring padanya sambil membuka lebar-lebar kedua kakinya, menampilkan lubang rapatnya yang berkedut pelan.

Jeno semakin terbakar nafsu. Segera ia melumuri dua jarinya dengan gel pelumas setelah menaruh bantal di bawah pinggang Jaemin, memperlakukannya begitu lembut sebelum ia meminta izin untuk memasukkan jarinya.

Hati Jaemin mendadak melunak begitu melihat Jeno tengah memandangnya dengan tatapan khawatir. Sungguh, setahun ia habiskan dengan diam-diam menyukai adik dari pacar temannya itu, kini ia berada di kamar lelaki itu, terbaring pasrah di atas kasurnya, mengangkang lebar hanya untuknya.

Wow, impressive. Betapa sebuah pencapaian yang luar biasa.

"Aku akan masuk," Jeno melembut, tidak memedulikan betapa kinky dirinya diawal. "Tahan, ya. Tell me if I hurt you, baby."

"Okay."

Jaemin memejamkan mata ketika merasakan jemari Jeno melingkari pinggiran lubangnya sebelum menerobos masuk dengan pelan. Jaemin langsung merintih dan merapatkan kakinya.

"Did I hurt you, Babe?"

Jaemin menggeleng, "N-no, i'm just... surprised..."

Jeno tidak menyahut setelah memastikan Jaemin baik-baik saja, kembali mendorong jari tengahnya masuk sebelum menambah jari telunjuk, melebarkan lubangnya hingga Jaemin benar-benar siap untuk ia masuki.

"Enough, sweetheart?"

Jaemin mengangguk, meremat bahu Jeno yang menggenggam kembali miliknya, dikocok pelan sebelum ia masukkan ke dalam mulutnya, dikulum dan dijilati batangnya. Pemuda Na langsung itu mendesah keras ketika tubuhnya mengejang dan mengeluarkan pelepasannya yang pertama, menodai abdomennya dan sebagian menyembur di dalam mulut Jeno.

"A-ah, jangan ditelan—KENAPA KAMU TELAN?!"

Jeno mengusap bibirnya dengan senyum miring, membuat Jaemin memerah menyaksikan betapa panasnya Lee Jeno dengan rambut pirang dan aura dominan yang menguar pekat. Pemuda Lee itu tidak berkata apapun selain mendorong bahu Jaemin hingga tubuhnya kembali terlentang di atas kasur. Jeno kemudian melumuri miliknya dengan pelumas dan mengurutnya sebentar, membuat Jaemin makin memerah dan lubangnya pun berkedut tidak sabar.

"Ready, baby? I'll wreck you tonight."

Jaemin mengangguk ribut, tangannya ia ulurkan mencoba menggapai Jeno untuk mencari pegangan. Hati Jeno mencelos begitu melihat betapa indahnya wajah Jaemin di tengah temaram cahaya kamarnya yang remang-remang. Mata doe dan bibir merahnya itu benar-benar membuat Jeno salah fokus.

"I'll push it in," Jeno memberitahu sembari bersiap, sementara Jaemin sudah memeluk Jeno erat-erat.

"Gently, daddaddy!! Slower, please!!"















🧶























Pagi harinya, Jeno terbangun tanpa Jaemin di sisinya.

Tersentak bangun, Jeno meraba-raba sisi kosong kasurnya dengan setengah sadar. Beralih bangkit, Jeno buru-buru memakai boxernya dan berlari keluar kamar yang sudah tak terkunci.

"Jaemin?" Jeno mencari ke lantai satu, hanya untuk menemukan sisa-sisa pesta semalam yang seperti kapal pecah dan kakaknya yang sedang berkutat di dapur memasak sarapan.

"Jaemin sudah pulang subuh tadi," Mark memberitahu dengan nada iseng yang kentara. "Oh, sialan. Adikku sudah besar rupanya."

"Shut up, bitch. Kakak lebih bejat daripada aku," Jeno mendengus sembari mengambil gelas dari rak dapur.

"Bitch, yo? Seriously? Begitukah nada bicaramu pada kakakmu ini?"

"Absolutely, bitch," jawab Jeno cuek sembari menegak isi gelasnya hingga tandas.

"Kamu bahkan tidak menghormatiku?! As your brother?!"

"Katakan pada telurmu yang gosong itu, kak," Jeno mendengus lagi kali ini sambil berdecak malas. "Aku mau man—"

"It's a one night problem, then?" Mark menyela bertanya sembari tersenyum menggoda.

"What problem?"

"You, and Jaemin," Mark menjawab seraya melempar telur mata sapi yang ia gosongkan barusan ke tempat sampah. "You two having sex last night, right?"

Jeno sontak diam tidak menjawab.

"I'm just asking, c'mon man," Mark menambahkan dengan tawa jenaka kemudian. "Of course that wasn't my problem—your sex and love life, I mean. You're a grown man."

Jeno berdehum kemudian, "Yeah, it's just a one-time-thing, there won't be the second or third."

"Aww, too bad you guys just stuck in one-time-thing relationship. Kupikir kamu akan terpikat dengan Jaemin dalam sekali tatap?"

Jeno menatap kakaknya penasaran. "Memangnya kenapa?"

"Memang kamu tidak suka dengan tipe seperti Jaemin? Maksudku—dia cantik, manis, pintar, dan menggoda. Jika saja aku tidak punya Haechan, aku akan memilih Jaemin."

Jeno tertawa seolah meremehkan setelahnya, "Tidak."

"You sure?" Mark menyeringai.

"Yeah, of course. Lagipula, malam kemarin tidak sehebat itu."

"Woah, kamu bisa menilainya hanya dalam sekali seks? Hebat!"

"Sialan, jangan mengejekku!" Jeno memerah malu, hampir melempar Mark dengan tempat garam di atas meja.

"Kamu bahkan mencarinya, Jeno. Jangan bohong padaku, semalam kamu menikmatinya, 'kan? Kamu pasti memikirkannya."

Mark benar. Jeno menikmatinya. Begitu menikmatinya sampai-sampai mereka baru selesai bercinta pukul sebelas malam, dengan Jaemin yang tergolek lemas akibat sudah tiga kali mencapai pelepasannya dan Jeno yang terus menghentaknya hingga puas batinnya.

Bohong jika Jeno bilang ia tidak menikmatinya. Semalam adalah kali pertama untuk mereka berdua, namun Jeno heran kenapa Jaemin bisa sehandal itu dalam mengimbangi permainannya di ranjang. Bohong jika Jeno bilang ia tidak mencari keberadaan Jaemin akibat telah memendam perasaan khawatir untuk si pemuda manis. Lelaki yang baru dikenalnya kurang dari dua puluh empat jam itu entah mengapa seolah menciptakan ikatan benang merah di antara mereka.

Bohong jika Jeno bilang ia tidak memikirkan Jaemin sedang apa dan bagaimana keadaannya saat ini. Namun Lee Jeno tetaplah Lee Jeno yang keras kepala; manusia seribu gengsi, menjunjung tinggi harga diri.

"Aku—aku akan mandi."

Jeno akhirnya sampai pada keputusan finalnya. Jikalau Jaemin memang menghendaki hal semalam sebagai one-time-thing, Jeno tidak akan masalah. Tapi yang penting, ia harus bertemu Jaemin dahulu untuk sekedar bertanya kabar.

"Well, it's your choice," Mark tertawa pelan. "Cepatlah mandi dan pergilah belanja. Bahan masakan sudah mulai habis."

























huft... akhirnya ngeluarin draft lama juga wkwk

Continue Reading

You'll Also Like

7.8K 526 33
Berawal dari perjodohan hingga kehidupan nomal jaemin berubah hanya dalam beberapa bulan Berlandasi cinta,dan keserakahan yang tak ada ujungnya,hingg...
8.8K 862 15
[END] Jeno selalu bermimpi tentang orang yang sama. Saking seringnya, membuat ia kebingungan mengapa pemuda itu selalu hadir ke dalam mimpinya. Perta...
17.1K 1.9K 8
Terpilih menjadi pasangan dari pewaris tunggal Lee menjadi salah satu tantangan besar dalam hidup Na Jaemin. Derajatnya tiba tiba saja naik dari seor...
122K 8.1K 34
"Gue..baik baik aja?"Jaemin tersenyum getir,berusaha menahan air matanya "Ya,gue baik baik aja"lirihnya seraya meremat kuat surat rumah sakit di tang...