KALE [END]

By SiskaWdr10

47.7K 3.1K 365

[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka ter... More

01.Tersayang
02.Lingkungan Kale
03.Stempel pemilik
04.Kejadian silam
05.Si datar candu
06.Dua hama
07.Karangan Salsabila
08.The power of love
09.Kale keliru
10.Putri hujan
11.Bule peduli
12.Gugur
13.Pelukan hangat
14.Bundadari
15.Ancaman
16.Psycho
17.Sebuah rasa
18.Tersangka
19.Celah keuntungan
20.Duri manis
21.Momen
22.Cinta ke benci
23.Bekas luka
24.fired
25.Puncak masalah
26.Kacung
27.Tupperware
28.Wanke
29.Sekolah robot
30.Tumbuh
31.Pecah
32.Macan tidur
33.Bertahan
34.Sampah
35.first kiss
36.Air dan minyak
37.Jealous
38.Mabuk
39.Alasan
40.Over posesif
41.Marah besar
42.Badut
43.Omes
44.Hampa
45.Mainan
46.Roti dan susu
47.Jawaban
48.New thing
49.No LGBT
50.Story night
51.Program Gapara
52.Labil
53.Tugas
54.Taktik
55.Bertingkah again
56.Perangkap
57.Kesibukan
58.Permintaan
59.Tidak baik
60.Menjauh
61.Kado
62.Lolipop
63.Terbongkar
64.Double kill
66.Terbiasa sepi
67.Selamat lulus
68.About Tapasya
69.Kebenaran
70.Pada akhirnya
71.Milik ku [END]
hiii

65.Berakhir

759 44 0
By SiskaWdr10

Mari mengakhiri rasa sakit sama-sama. bye.
_______________________________________

"Bisa pergi kan Lang? Anya mohon Lang, lupain semua tentang kita," kata Anya memohon. Galang menatap lekat mata Anya lalu bangkit dan berlari menuju aula dengan air mata yang ia tahan.

Kehilangan mereka berdua adalah kesedihan terdalam bagi Anya, tapi dipermainkan oleh mereka lebih sedih dari itu. Di aula sudah penuh orang-orang yang telah mengganti pakaiannya.

"Galang kamu dipanggil kakak kamu ditunggu di ruangannya," ucap Pembina tampil. Galang hanya membalas dengan anggukan lalu pergi padahal Abigel ingin beertanya kemana perginya Anya.

Tiba Anya saat Galang pergi dengan mata sembabnya. "Sonya kamu tidak apa-apa?" tanya pembina tersebut. Anya menggeleng sebagai balasan, malang sekali nasib gadis itu.

"Saya bisa ganti baju sekarang Bu?" Tanya Anya. Ibu mengangguk lalu Anya pergi berganti baju.

Sekarang bagaimana bisa ia tampil dengan pikiran yang berantakan seperti ini.

"Ada apa Kak?" tanya Galang pada Mutiara yang duduk di bangkunya.

"Lho kamu belum ganti baju?" Galang mengangguk.

"Duduk dulu," kata Mutiara lalu Galang duduk. "Kakak perlu kamu buat debat gantiin Aqila anak kelas unggulan kubu dua, dia tiba-tiba ada acara keluarga jadi nggak masuk hari ini, bisa kan?" tanya Mutiara yang percaya bahwa adiknya ini paling hebat.

"Bisa, Galang ganti baju dulu," balas Galang.

"Kamu nggak papa Lang?" tanya Mutiara saat Galang tengah memegang knop pintu untuk keluar ruangan. Galang menoleh pada Kakaknya.

"Nggak papa," kilahnya. Tapi tetap saja seorang mutiara tak begitu mudah untuk ditipu.

"Ada apa?" tanya Mutiara pada dirinya sendiri saat Galang telah pergi.

Sambil berganti baju pikiran Galang bertanya-tanya siapa yang telah memberitahukan Tapsaya pada Anya, antara Sifa, Mutiara dan Fahri, hanya mereka yang tahu dan mereka tak mungkin mengatakannya lantas siapa?

Hari semakin siang, anak yang tampil diberikan sarapan sehat agar bertenga, pokonya hari ini yang terpilih tampil diperlakukan sangat spesial.

Anak-anak kelas X dan XII sudah berkumpul di lapangan luas tersebut untuk melihat penampilan sekaligus menyimpulkan apa yang mereka jelaskan karena nanti yang mereka simpulkan akan masuk ke nilai pengetahuan, jadi semuanya harus fokus memperhatikan sampai akhir.

Dari peserta yang terpilih tampil ada yang gugup, demam panggung, membaca naskah berulang-ulang, santai, dan sedih seperti Anya. Wajahnya datar tanpa ekspresi.

"Dipasang ya nomer urutnya," kata pembina. Semua anak langsung memasangkannya kebetulan Anya urutan ke tiga jadi ia tak harus menunggu lama.

"Yang tampil pertama dimulai dari jam sembilan, untuk itu kita sekarang tunggu karena akan ada sedikit tampilan pembukaan dari anak-anak sanggar tari," lanjutnya memberikan informasi. Dengan mudah semua anak paham.

Sesekali mata Galang menatap keberadaan Anya, sumpah demi apapun ia ingin memeluk gadis itu dan berkata kalau ia tak sendirian, banyak orang yang sayang padanya termasuk Galang sendiri, penyembuh luka bukan berarti Galang akan mencampakkan Anya sesudahnya, kalau kemarin dengan Cindy hanya ada tujuan tertentu saja.

Jam telah menunjukkan angka sembilan pembukaan telah selesai, sekarang anak yang terpilih akan segera tampil di panggung.

"Dirga Aditama." Panggil MC-nya. Anak yang di panggil segera maju, jantung mereka berdetak lebih kencang dari biasanya. Sebab ini yang menyakisikan semua anak dan para Guru.

Takdir berjalan selalu tiba-tiba, kadang malah datangnya tak tepat lihat disaat seperti ini ia bergulir di takdir yang pahit, membuat senyum palsu itu harus Anya dan Galang tunjukan kepada semua orang. Membangun senyum disaat seperti ini rasanya lumayan sulit.

Penampilan Dirga cukup memukau hingga ia mendapatkan banyak tepuk tangan, selain penampilannya mungkin juga pesona wajah tampannya yang memukau dan menambah banyak tepuk tangan tersebut. "Rama Tadima." Peserta berikutnya terpanggil.

Anak yang dipanggil berjalan menuju panggung dengan tubuh yang bergetar cukup hebat sampai kita yang dari jauh saja bisa merasakannya dan benar saja dia gagal tampil karena demam panggung, alhasil dia dilewat dan selanjutnya. "Sonya Senja Afrita." Panggil MC membuat Abigel refleks langsung bertepuk tangan untuk memberikannya semangat sedangkan Anya sendiri melangkah dengan wajah tanpa ekspresi.

Ketika sudah berdiri di depan panggung mata Anya menyapu bersih orang-orang yang memperhatikannya, Anya juga tersenyum tipis agar wajahnya tidak begitu menyeramkan, polesan make-up tipis di wajahnya membuat Anya semakin cantik dan membuat terkagum-kagum orang-orang yang melihatnya. Anya menghela nafas lalu mulai berbicara dari mulai pembukaan sampai menyampaikan isinya, Anya terlihat tenang tak sedikitpun terlihat gugup, bahkan ia sangat menguasai panggung. "Banyak jalan lain untuk menutupi sedih mu, hindari dan bilang tidak pada narkoba, saya Sonya mengakhiri pembicaraan kali ini semoga bermanfaat untuk kalian semua. Terima kasih," ucapnya sebagai penutupan lalu Anya membungkukan badan. Ternyata lebih banyak tepuk tangan Anya dari pada Dirga hal itu membuat yang lain merasa iri padanya.

Galang semakin kagum pada Anya, disaat hati dan pikirannya kalang kabut Anya masih bisa profesional dengan tugasnya, Anya kembali menghela nafas saat dirinya sudah duduk di bangkunya. "Selamat penampilan mu bagus," puji anak yang duduk di samping Anya.

"Terima kasih," balas Anya dengan sedikit senyuman. Penampilan terus berjalanjut hingga nama Galang yang urutan ke tiga belas dipanggil.

Ah kalau Galang jangan ditanya mau dalam keadaan apapun ia tetap saja hebat dan tak ada yang menandinginya, tak heran bila si wanke itu paling banyak mendapatkan tepuk tangan. Anya tak memperdulikan siapa yang paling bagus, ia hanya ingin acara ini cepat selesai agar dirinya bisa pergi dan kembali menumpahkan air mata yang ia tahan-tahan tersebut. Selesai penampilan terakhir akan ditutup oleh sesi perdebatan, anak-anak yang terpilih dan pemotretan untuk dokumentasi.

Semua anak menyaksikan perdebatan itu apa lagi ternyata ada Galang yang merupakan peserta debat, anak-anak yakin semua akan tersekak oleh jawaban Galang, nyatanya mari kita lihat. Pertama dibacakan peraturannya terlabih dulu, lalu mulailah.

"Peredebtan kita mulai sekarang, di jam pertama ini ada Sisilia dan Gita silakan menapakan wujudnya," ucap MC sedikit bergurau agar tak terlalu tegang.

Sarah mengambil acak tema yang di perdebtankan. "Temanya tontonan romantis di televisi," ucapnya.

"Baik saya jelaskan lebih detail tema ini," itu suara Mutiara yang ikut turun dalam acaranya sendiri. "Tadi sudah dijelaskan ada pro dan kontra Sisilia dan Gita pilih dari sekarang kalian mau apa, hijau pro mereah kontra ya, pencet tombolnya dari sekarang satu dua tiga!"

Tet....

Gita memilih hijau dan Sisilia memilih merah, baik artinya perdebtan akan dimulai, Galang duduk santai sambil mendengarkan. "Apa pendapat kalian tentang tontonan genre romance yang ditangkan di televisi Indonesia?"

Tet!

Tombol merah berbunyi dan Sisilia mulai mengeluarkan pendapatnya, pendukungnya bersorak memberi semangat. "Tidak baik sebab itu bisa ditiru oleh anak-anak."

Tet!

Gita menyelanya. "Baik sekarang Gita." Ucap Mutiara.

"Saya setuju sebab seharusnya anak menonton televisi dengan pengawasan orang tua, jadi tak akan terjadi hal seperti yang Silsila katakan," balasnya.

Tet!

"Memang seharusnya dengan pengawasan orang tua tapi apa semua orang tua bisa melakukannya? ada yang sangat sibuk dan acuh, jadi itu resiko dan salah sendiri, bukan tv Indonesinya?" tanya Silsilia. Perdebatan mulai panas.

"Betul sekali, memang terkadang ada yang sangat sibuk, bila seperti itu ini caranya, sebagai orang tua wajib memberi tahu anaknya bahwa terdapat simbol dalam setiap acaranya televisi yang memiliki arti, misalnya, SU2+ untuk semua umur, BO bimbingan orang tua, R13+ remaja, A7+ untuk anak-anak dan lain sebagainya nah si anak itu diberitahu jika dia hanya boleh menonton siaran TV yang memiliki logo A7+ atau SU2+, seperti itulah kira-kira solusinya," jawab Gita.

Tet!

Sisilia mulai kembali membuka suara. "Pendapat Gita sangat memberi wawasan, tapi bagaimana jika anak tersebut belum bisa membaca?" tanya balik Sisilia membuat penonton bertepuk tangan.

Gita mencoba tenang untuk bisa menjawabnya. "Apakah Gita mulai menyerah?" tanya Mutia. Gita menggeleng dengan senyum manisnya.

"Lagi pula apa yang ditayangkan dalam televisi harus lulus sensor terlebih dulu bukan? adegan yang terlalu berbahaya atau vulgar ditidak ada akan," jawabnya. Kini orang-orang bertepuk tangan untuk Gita.

"Tapi tetap saja gandengan tangan atau duduk berdua masih di tayangkan bukan? itu bisa saja ditiru anak-anak," balas Silsila.

Tet!

Tombol Gita kembali berbunyi. "Yaps benar, tapi saya pernah coba meriset bahwa kebanyakan anak tak berminat menonton hal semacam itu karna mereka merasa itu tak asik, mereka lebih  memilih menonton kartun atau dangdut academy," jawab Gita membuat juri dan yang mendengarnya tertawa puas. Itu jawaban yang berhasil menampar Sisilia.

"Haduh-haduh anak kecil mana itu ya?" tanya Mutiara dengan kekehannya. "Apa masih ada jawaban dari saudari Sisilia?"

"Tidak," balasnya yang kalah debat. Alhasil debat babak pertama di menangkan oleh Gita, pendukungnya bersorak gembira.

Saat nama Galang disebut Anya bangkit dari duduknya untuk membeli minum, ia mungkin sedih bila dengan sengaja melihat Galang. Sarah kembali mengambil kertas tema perdebtan.

"Manusia purba," ucapnya lalu memberikan kertas pada Mutiara.

"Apa saudara Galang dan saudari Desi sudah siap?" tanya Mutiara.

"Siap Kak!" Jawab keduanya kompak.

"Dalam hitungan ketiga kalian pilih pro dan kontra dengan memencet tombolnya, satu dua tiga...."

Tet!

Desi memencet pro sedangkan Galang kontra, mungkin Desi terinspirasi dari Gita yang tadi memenangkan debat.

"Pertanyaannya adalah ... setuju atau tidak bahwasannya nenek moyang kita berasal dari kera?" tanya Mutiara.

Tet!

Itu suara tombol Desi. "Ya, alasannya adalah saya pernah membaca artikel dari Kompasiana yang isinya adalah pendukung teori Darwin beranggapan bahwa semua makhluk berasal dari nenek moyang yang sama. Secara kasar, teori ini menyebutkan bahwa nenek moyang manusia adalah kera. Pada awalnya kesimpulan itu adalah berdasarkan penemuan penemuan tulang belulang hewan dan manusia purba termasuk kera purba. Kera tersebut secara bertahap mengalami ‘perbaikan biologis’ selama jutaan tahun sehingga menjadi manusia."

Tet!

"Apa itu cukup membuktikan bahwa manusia berevolusi dari kera berubah menjadi manusia? lantas kenapa sekarang masih ada kera, mereka belum berubah jadi manusia atau bagaimana?" tanya Galang tak yakin. Desi mengangguk deangan mantap.

Hal itu membuat anak-anak terkekeh kecil. "Pembuktian dari Charles Darwin adalah dilihat dari, Genetika, hereditas struktur DNA, pengertian dari spesies pada taksonomi Mutasi Genetik dan konsep seleksi alam," balas Desi membuat pendukung Galang mulai takut kalah.

"Saya juga pernah membaca artikel dari Kompasiana di dalamnya menegaskan suatu hal yang sangat mungkin bila manusia dapat berubah menjadi binatang bila Tuhan telah berkehendak, jadi teori Charles Darwin itu tidak benar karena kita ditakdirkan dari awal lahir ya sebagai manusia, bisa berubah kalau di kutuk atau jika ada persembahan misalnya pernah mendengarkan manusia harimau? atau yang lumrah di telinga kita yaitu babi ngepet, pernah ya?" tanya Galang membuat semuanya semakin mendukung Galang.

Tet!

"Tapi itu kan menurut keyakinan anda bukan menurut penemu atau Ilmuan," balasnya.

"Kenapa saya harus percaya sama Ilmuan kalau Tuhan saya lebih tahu dari mereka?" tanya Galang membuat semuanya bersorak. Ternyata benar bila sains didebatkan dengan ajaran agama akan serumit ini.

"Menyerah?" tanya Mutiara pada Desi yang belum membuka suara.

"Tidak! karena keyakinan saya dan Galang berbeda," balas Desi membuat suasana hati Galang sedikit kacau.

"Iya deh nyonya kera," balas Galang lalu orang-orang tertawa renyah.

Mutiara menoleh pada Galang. "Disini untuk berdebat bukan untuk saling memaki!" ucap Desi tegas.

"Lho bukannya itu keyakinan dari Charles Darwin yang anda percayai? menganggap manusia berasal dari kera, berarti anda awalnya kera dong? ada salahnya?" tanya Galang dengan senyum kirinya.

Wajah Desi mulai memerah karena kesal. "Lang!" ucap Mutiara mengisyarakaan agar Galang tak semakin menyebalkan. Anya menonton itu dan tersenyum sedih laki-laki yang ia cintai itu begitu banyak bicara dan sangat pintar.

"Pengecut bisanya seperti itu kalah bicara akan menghina," balas Desi membuat suasana semakin panas.

"Artikel itu juga menyimpulkan teori pendukung Darwin dapat musnah, jika menemukan the Missing Link, yang saya sangat yakin tak akan bisa ditemukan. Apa itu the missing link? cari lah oleh saudari Desi yang terhormat di internet dan baca ulang, kalau nenek moyang dan kita itu bukan lah kera," balas Galang dengan tatapan tajam pada Desi.

Desi memencet tombol dan Galang ikut memencet tombol.

Tet!

Suara itu terdengar secara bersamaan. "Oke saya mengaku kalah," balas Galang yang ingin melarikan diri karea ia sudah terbawa emosi dan ini tak akan baik untuk dirinya. "Sebelum saya tutup saya ingin menyampkain sesuatu tentang apa yang saya kira perlu saya sampaikan pada kalian dan masih menyangkut tema perdebatan ini," semua terdiam menyimak.

"Keyakinan saya dan Desi memanglah berbeda tapi yakinlah semua Tuhan baik, dan perwujudan yang disebut takdir itu dicipatakan oleh Tuhan, takdir selalu ada di tangan Tuhan entah itu perwujudan kita, rasa sakit, bahagia atau pun mati. Sama halnya dengan pertemuan dan perpisahan, itu termasuk takdir, kalian akan dipertemukan dengan orang baru secara tiba-tiba lalu dipisahkan secara tidak terduga-duga, itulah kenapa kita harus selalu ikhlas dan bersyukur dengan apapun yang Tuhan kasih walaupun yang dikasih rasa sakit, kita harus bisa menerima dan menikmatinya." Balas Galang yang mengingat tentang dirinya dan Anya.

Galang mengehala nafas lalu turun dari panggung membuat semua orang bertanya-tanya ada apa dengan Galang, terlebih Mutiara yang semakin yakin jika adiknya punya masalah. "Lupakan Galang dan pemenangnya adalah Desi!" Ucap Mutiara mencairkan ketegangan yang adiknya buat.

Selesai sudah acara tersebut, hasilnya sangat memuaskan sekali bagi para Guru, kepala sekolah dan Mutiara sendiri. Sesi foto dimulai, anak-anak yang tampil dipersilakan untuk berkumpul termasuk Galang dan Anya, mata Galang sesekali melihat kearah Anya.

Pulang dari sekolah Galang langsung meluncur menuju rumah Sifa, Galang bercerita perihal apa yang Anya katakan dan Sifa memberitahu Galang untuk membongkar identitas Tapasya, sayangnya anak itu masih enggan.

"Gue nggak mau, masih belum siap, apa yang harus gue lakuin?" tanya Galang dengan wajah putus asanya.

"Menjauh sampai lo siap buat kasih tahu siapa itu Tapasya, untuk sementara waktu biarin Anya sendiri dan lo kembali dalam peran figuran lo lagi," kata Sifa. Galang menunduk untuk memikirkan itu.

"Kayanya itu jalan terbaik," balas Galang karena Anya juga memintanya untuk menjauh.

                               🐟🐟🐟

Malam harinya Anya mendapatkan surat dari Bi Isma pengirimnya adalah Galang, Anya duduk di ranjangnya dan membaca surat tersebut.

Berisi:

Maaf paling serius, butuh waktu buat gue bilang ke lo, sesuai permintaan gue bakalan jauhin lo Anya supaya lo berhenti nangis....

#Tokoh figuran.

Air mata Anya lagi-lagi jatuh, Anya sebenarnya tak mau Galang menjauh tapi itu jalan terbaiknya. Bahkan Anya akan menjalani semuanya sendiri. Hari esok dan seterusnya Anya bakalan selalu mencoba untuk ikhlas dan terbiasa.

Kale juga bahkan menjauhi Anya karena terlalu malu untuk mengajak bicara atau menatap matanya. Sial! padahal Kale belum meminta maaf pada Anya.

"Kale Anya mau bicara," kata Anya pada Kale yang tengah duduk di kolam ikan.

Mata Kale mengisyaratkan Anya untuk duduk. "Anya mau donorin mata setelah wisuda, boleh kan?" pertanyaan Anya membuat Kale langsung terdiam.

"Kale." Panggil Anya.

"Iya," balas Kale singkat lalu Anya bangkit dan pergi meninggalkan laki-laki cuek itu, jujur keduanya sama-sama mau berbicara panjang lebar tapi gengsi, terlebih Anya masih sangat marah.

Mingu-minggu berlalu, di sekolah Anya kemana-mana sendiri bahkan ia meminta Abigel untuk menjauhinya, Anya juga lebih tertutup sekarang, menikmati segalanya sendiri tanpa orang lain, tak sadar Galang kadang memperhatikannya dari jauh seperti sekarang ini Anya tengah makan mie ayam di kursi pojok sendirian.

"Harus kuat Anya!" Ucap Anya memberi semangat pada dirinya sendiri, ia hilang percaya pada siapapun itu.

"Dia bahkan kelompok aja maunya sendiri," kata Abigel yang berada di samping Galang.

Galang memadang bingung pada Abigel. "Individu kalau sendiri bukan kelompok."

Sangking cintanya Galang pada Anya setiap pulang Galang memperhatikan Anya dari jauh sampai ia menaiki bus, ekspresi wajahnya tetap datar.

Sampai detik ini kasus ledakan itu masih diusut tapi sayang belum ada yang menemukan buktinya, Chika juga sangat sulit sekali ditemui oleh Galang.

Kalau begini Galang akan bertanya langsung pada Kale, siapa tahu ia tahu tentang kedekatan Bule dengan Chika.

Kale sendiri sepulang sekolah bersama teman-temannya langsung pergi menemui Bule. "Gue nganter Sifa dulu ya," ucap Jawa padahal Sifa tak memintanya.

"Baru aja nyampe," kata Kale, Jawa tak menghiraukan itu ia malah pergi mengantar Sifa latihan karate.

Bagaimana dengan Bule? sama sekali tak ada perubahan, ia begitu betah tertidur di rumah sakit, Intania selalu berdo'a pada Tuhan agar cucunya sembuh.

"Ayo makan dulu, lho Jawanya kemana?" tanya Intania yang baru selesai meleksanakan ibadah.

"Dipanggil calon," balas Epot lalu pergi ke meja dekat sofa untuk mengambil jatah makannya.

Keluarga Bule hanya sekali dua kali menjenguk sisanya ya ini teman-teman Kale, kadang keluarga bisa jadi orang asing begitupun sebaliknya.

Kale pulang malam hari, baru pulang sudah disuguhi pemandangan yang membuat senyumnya merekah sangat lebar yaitu Ica berjalan lancar ditemani oleh Anya. Kale berlari mendekati Ica mencium puncuk kepalanya dan mengambil alih tugas Anya, sungguh Kale tak paham pada Anya sudah dijahati tapi tetap bersikap baik.

"Putri kebelakang dulu ya," ucap Anya yang dijawab Anggunkan oleh Ica.

"Ayo jalan lagi," kata Kale setelah Anya pergi.

"Ganti baju dulu!" omel Ica pada Abangnya yang masih mengenakan seragam sekolah. Ica tahu karena memegang kerah baju Kale.

"Nanggung, ayo!" ucap Kale bersemangat.

Ica semakin membaik, tapi Anya semakin terpuruk. Kale dan Ica duduk saat dirasa sudah lelah. "Abang putri kasih aku gelang ini," ucap Ica sambil menunjukan Gelang yang ada di tangannya. Gelang tersebut Anya beli di sekolahnya bergambar kupu-kupu yang sayapnya berkilau.

"Bagus," balas Kale dengan suara lembut. "Gambarnya-"

"Tau! kupu-kupi indah kan?" tanya Ica. Kale mengangguk dengan senyumnya.

"Putri baik banget sama Ica, dia ngajarin Ica love yourself, Putri juga bilang kalau Ica ada masalah berat cerita aja sama kupu-kupu ini nanti dia bakalan bawa terbang masalah Ica." Lanjutnya dengan senyuman.

"Nanti masalahnya hilang?" tanya Kale yang dibalas anggukan oleh Ica.

"Yaudah Abang juga mau cerita sama kupu-kupu itu," ucap Kale.

"Abang ada masalah berat?" tanya Ica membuat Kale melamun, bukan berat lagi tapi sangat kacau balau.

"Nggak," kilah Kale.

"Sebenernya nggak hilang tapi sedikit tenang ... Abang Ica mau lihat putri, kata Abang dia cantik nggak?" tanya Ica membuat Kale sedih, sebab nanti saat Ica bisa melihat Anya yang Ica kira putri akan pergi.

"Cantikan kamu," balas Kale sambil tersenyum sedih.

"Ya-ya-ya Ica tahu Abang bakalan bilang kaya gitu, tapi serius dulu deh menurut Abang dia cantik atau nggak?" tanya Ica penasaran.

Mau tak mau Kale harus menjawabnya. "Cantik, matanya indah. Setiap orang yang melihat pasti akan terpesona," balas Kale jujur.

Ica tersenyum manis mendengarnya. "Uuuuu Abang romantis banget mujinya, Ica jadi iri deh," balas Ica.

"Cantikan kamu," balas Kale agar Ica tak cemburu.

"Hahaha, bohong deh. Ica nggak cemburu, Abang Kak Anya apa kabarnya ya?" tanya Ica membuat Kale sedih.

"Baik, Abang liat instagramnya dia punya cowok baru," balas Kale mengingat Galang.

"Pasti ganteng-an Abang?" Tanya Ica membuat Kale tersenyum manis.

"Abangmu nggak ada tandingnya Ca." Imbuh Risa yang baru saja datang. Ica terkekeh kecil mendengarnya.

"Disuruh ke ruangan si Ayah, mandi dulu heh bau, omelin si Ayah nanti," kata Risa pada Putranya. Kale mencium puncuk kepala Ica lalu bangkit dan berjalan ke kamarnya.

Wajah Kale tak bisa berbohong sangat terlihat sekali dia mempunyai banyak masalah, begitupun pada Anya. "Semoga mereka baik-baik aja ya Ca." Kata Risa.

"Siapa Bun?" Tanya Ica karena tak tahu yang Bundanya katakan.

"Nggak sayang, ayo makan yuk," ajak Risa sambil menuntun Ica berjalan.

Selama menjauh dari Anya, Galang tetap memikirkan Anya ia mencoba melupakannya dengan banyak merangkum materi.

"Ini obat apa si?" tanya Galang pada obat yang rutin ia minum dari Kakaknya ini. Malas bertanya akhirnya Galang minum.

Ternyata Febrianto membicarakan perihal kuliah Kale. "Bareng Epot, Jawa sama Bule?" tanya Febrianto. Kale mengangguk sedih. "Tenang zil Bule nanti pasti sembuh," ucapnya memberi semangat pada putarnya.

"Nggak ada perubahan yah." Balas Kale dengan suara serak. Febrianto bangga memiliki anak yang solidaritasnya tinggi seperti ini.

"Yakin aja dulu," ucap Febrianto.

"Udah belum?" tanya Risa sambil membuka pintu. Kedua laki-laki kesayangannya itu menoleh.

"Udah kangen lagi sama aku?" tanya Febrianto membuat Kale memutar malas bola matanya, tak tahu tempat!

Risa terkekeh kecil melihat ekspresi Kale, ia pun masuk. "Yah kasian Kale nggak punya ayang-ayangan," ucap Risa coba menggoda.

"Lah belum move-on?" tanya Febrianto meledek. Kale bangkit dari duduknya.

"Abang besok antar Bunda kerumah Chika." Ucap Risa. Kale terdiam beberapa detik, ini artinya ada kesempatan untuk Kale mengetahui siapa sebenernya Chika.

"Iya," balas Kale lalu berjalan menuju kamarnya.

Darah di hidung Galang keluar sangat banyak sekali, dengan cepat Galang menyumpalnya, hari ini ia terlalu banyak memakai otaknya.

"Gue kangen nya." Ucap Galang dengan suara serak.

                             *********

Continue Reading

You'll Also Like

1M 16.9K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
908K 67K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
102K 8.5K 71
Spin Off TRAVMA Kesalahpahaman di masa lalu membuat Darma ingin membalaskan dendam atas kematian sang pacar. Darma pun membentuk geng motor demi memb...
595K 22.1K 68
Arka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi...