KALE [END]

SiskaWdr10 द्वारा

47.7K 3.1K 365

[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka ter... अधिक

01.Tersayang
02.Lingkungan Kale
03.Stempel pemilik
04.Kejadian silam
05.Si datar candu
06.Dua hama
07.Karangan Salsabila
08.The power of love
09.Kale keliru
10.Putri hujan
11.Bule peduli
12.Gugur
13.Pelukan hangat
14.Bundadari
15.Ancaman
16.Psycho
17.Sebuah rasa
18.Tersangka
19.Celah keuntungan
20.Duri manis
21.Momen
22.Cinta ke benci
23.Bekas luka
24.fired
25.Puncak masalah
26.Kacung
27.Tupperware
28.Wanke
29.Sekolah robot
30.Tumbuh
31.Pecah
32.Macan tidur
33.Bertahan
34.Sampah
35.first kiss
36.Air dan minyak
37.Jealous
38.Mabuk
39.Alasan
40.Over posesif
41.Marah besar
42.Badut
43.Omes
44.Hampa
45.Mainan
46.Roti dan susu
47.Jawaban
48.New thing
49.No LGBT
50.Story night
51.Program Gapara
52.Labil
53.Tugas
54.Taktik
55.Bertingkah again
56.Perangkap
57.Kesibukan
58.Permintaan
59.Tidak baik
60.Menjauh
61.Kado
62.Lolipop
63.Terbongkar
65.Berakhir
66.Terbiasa sepi
67.Selamat lulus
68.About Tapasya
69.Kebenaran
70.Pada akhirnya
71.Milik ku [END]
hiii

64.Double kill

531 39 1
SiskaWdr10 द्वारा

Kau bukan rumah-ku

                             ********

Karena Anya tak kunjung datang akhirnya Abigel menyusul takut ada hal-hal yang tak diinginkan terjadi.

"Lo Sonya, pacarnya Kale kan?" tanya Ray.

"Pacar?" tanya balik Anya seraya mengusap air matanya.

"Bukan," balas Anya.

Ray malah memperhatikan Anya, gadis di depannya ini benar-benar mirip dengan Tapasya. Yang ditatap merasa risih. "Aku permisi Kak."

"Gue mau ngomong sama lo!" ucap Ray dengan nada meninggi. Anya membalikan badannya.

"Kenapa?" tanya Anya.

Kemudian Ray membawa Anya duduk di tempat yang lumayan sepi. Sepertinya ada hal penting yang harus ia bicarakan pada Anya. "Kenapa Kak?" tanya Anya dengan suara parau. Ray sebenernya ragu untuk mengatakan ini karena melihat mata Anya yang memerah.

Tapi bila mengingat foto Mutiara dengan Dimas membuat tekadnya bulat untuk menghancurkan hati Galang. "To the point aja, Galang jadiin lo pelampiasan."

"Galang?" Tanya Anya. Mengapa semua ini terjadi diwaktu yang bersamaan hingga Anya merasa ini hanyalah mimpi buruknya.

"Iya, lo deket sama dia kan?" Anya mengangguk. "Nama ceweknya Tapsaya, dia mirip banget sama lo, selama ini Galang mati-matian move-on tapi nggak bisa sampai akhirnya ketemu cewek yang perwatakannya mirip banget sama Tapasya dan itu lo."

Lagi-lagi Anya tertawa hambar karena tak percaya. "Hah? nggak lah, Galang tulus sama Anya Kak."

"Lo ngerasa gitu karena nggak tahu semua tentang dia," balas Ray. "Gue ini mantan pacar Kakaknya dan Kakaknya lebih tahu dari lo, dia bilang semua ke gue tentang adiknya itu, jauhin Galang tetep sama Kale. Kale jauh lebih baik dari Galang."

Anya menunduk sambil kembali terisak, bisa-bisanya ia dijadikan boneka oleh kedua laki-laki yang ia sayang dan sangat ia cintai dengan tulus, sandiwara mereka membuat Anya terpukau hingga ingin memutuskan urat nadi mereka. "Apa bedanya?" tanya Anya.

"Yang harus lo tahu lo nggak akan jadi nomer satu di hati Galang, lo cuma pengobat lukanya," lanjut Ray membuat air mata Anya semakin deras.

"Kak Ray nggak bercanda kan?" tanya Anya.

"Ini bukan saat yang tepat buat bercanda, apa gue keliatan bercanda?" Ray mengehela nafas. "Galang bikin hubungan gue ancur sama Kakaknya itu lah sebabnya gue kasih tahu kebusukan Galang agar rasa sakit gue dan dia setimpal."

"Sayangnya Anya nggak akan benci Galang!" Jawab Anya dengan suara lantang.

"Nggak masalah, tetep aja di deketnya dan jadi kekasih bayangan dia, Sonya Galang akan selalu anggap lo gadis di masalalunya bukan lo bukan," kata Ray membuat Anya mengingatkan Galang terus saja berkata mirip padanya.

Dan, oh ya! Anya masih ingat jelas saat dirinya dan Galang berpelukan di bawah hujan laki-laki berkata 'sya' mungkin maksudnya Tapasya? terjawab sudah kecurigaan Anya ini.

"Siapa namanya?" tanya Anya.

"Tapasya, dia meninggal saat umurnya dua belas tahun, mungkin kalau dia masih hidup akan sama seperti lo," balas Ray.

Terjadi hening beberap detik, ternyata ucapan Ray berhasil membuat Anya sesedih itu, Ray tak tahu saja bahwa Anya tak hanya sedih perihal Galang tapi juga Kale. Anya bangkit dari duduknya. "Makasih ya Kak Ray, dari Galang Anya belajar perkataan Kale tentang tidak adanya orang di bumi yang sayang Anya itu bener adanya," balas Anya lalu berjalan sambil berkali-kali mengusap air mata.

Dibenak Anya yang ia pikirkan, sikap dari kedua laki-laki yang selalu menjadi sumber bahagianya, ternayata mereka juga sumber penyakit hati Anya. Hati Anya hancur berkeping-keping, dikhianati oleh kedua orang dalam waktu yang bersamaan membuat Anya takut untuk percaya kepada orang baru lagi nantinya. Kenapa semudah itu mereka mempermainkan hati Anya? apakah Anya terlalu bodoh atau mereka yang tak punya hati?

Sudah permainan yang mereka mainkan akan Anya hentikan sampai disini, cukup tahu dan belajar dewasa dengan menjauhi satu persatu. Niat Anya.

"Anya lo kenapa?" tanya Abigel panik saat Anya sudah masuk ke ruangan Ibu.

Anya memeluk Ibu dengan tangisannya. "Ibu makasih Anya izin pulang ya," kata Anya lalu melepaskan pelukan tersebut.

"Kamu kenapa Anya, dari mana kamu?" tanya Ibu yang juga khawatir. Ditanya seperti itu membuat air mata Anya kembali berlinang.

"Aku lagi ada di skenario pahit yang Tuhan tulis, tapi nggak papa besok juga sembuh Kok," balas Anya.

Sepanjang jalan Anya menangis sambil memeluk Abigel, kebetulan Abigel membawa motor. Sudah berulang kali Abigel tanya apa masalahnya tapi Anya enggan menjawab karena Anya hilang kepercayaan kepada siapapun termasuk dirinya sendiri. Padahal Abigel sangat peduli pada Anya, dari awal bertema hingga sekarang rasa peduli Abigel pada Anya bertambah.

"Teriak aja Anya supaya sedih lo sedikit berkurang," kata Abigel. Anya menggeleng.

"Nggak mau!" ucap Anya berteriak. Abigel terkekeh kecil, tak mau tapi menjawab dengan cara berteriak. Sesudahnya Anya terisak kembali, isakannya terdengar sangat sedih sekali.

"Makasih Bigel." Ucap Anya. Abigel mengangguk.

"Semoga sedihnya cepet hilang Anya." Balas Abigel membuat Anya tersenyum dengan mata sembabnya.

Ia melangkah masuk menuju rumah tuan-nya yang tak lain dan tak bukan adalah Kale. Otak Anya tengah kalang kabut, hatinya hancur, mimpinya pupus. Harapannya sudah diterkam oleh dua kenyataan pahit yang baru saja ia dengar secara bersamaan, Ingin meluapkan semua emosi tapi ia cukup payah untuk bisa mengeluarkannya. Ingin mengeluh tapi tidak punya tempat yang tepat, terkadang bercerita panjang lebar dengan orang lain hanya diperintah untuk bersabar, tidak menemukan titik terang. Kata penenang hanya lalu lalang dihati dan pikirannya, setiap langkahnya diiringi caci maki pada seseorang yang sangat ia percaya dan cintai sepenuh hati.

Untuk yang keberkian kalinya Anya menghela nafas seraya duduk di ranjangnya. "Semangat Anya." Ucapnya kepada dirinya sendiri lalu bergegas membersihkan diri.

Air yang membahasi tubuhnya turun secara bersamaan dengan air matanya, sial ucapan Kevin dan Ray terus saja terngiang-ngiang, kalau begini Anya tak akan henti menangis. Kasih alasan kenapa Anya harus selalu berpikir positif sedangkan kedua laki-laki itu sikapnya membenarkan apa yang Ray dan Kevin katakan.

"Abang Anya kok nggak keliatan?" tanya Risa saat mereka ada di meja makan. Kale mengangkat bahu tanda tak tahu.

Tadinya memang Kale akan menginap di rumah sakit tapi sayangnya Ica tengah demam jadi Kale tak tega meninggalkannya. Sekarang yang berada di RS menjaga Bule yaitu Epot dan Jawa yang ingin malam mingguan bersama Sifa.

"Nanti gue balik lagi pot, sumpah," kata Jawa memohon.

Epot yang tengah bermain game di handphonenya menggeleng tanpa menoleh. Jawa berdecak kesal. "Nanti baliknya gue beliin makanan deh?" tawar Jawa, Epot melihat Jawa lalu tersenyum manis dan Jawa membalasnya, Jawa pikir idenya ini akan berhasil.

"Nah idenya sangat bagus, patut diacungi pistol!" ucap Epot yang langsung membuat senyum Jawa runtuh.

"Pot serius juga gue," kesal Jawa. Baru kali ini Jawa seperti ini.

"Sifa suruh kesini aja," saran Epot.

"Lo mau jadi nyamuk?" tanya Jawa.

Ini bukanlah Jawa yang kita kenal, Epot yang sudah muak acuh pada Jawa. "Iya udah, sana sama Sifa." Kata Epot.

"Serius lo?" tanya Jawa. Epot mengangguk tanpa menoleh.

Lihat Jawa langsung sangat bahagia, ia mengambil jaketnya. "Gue cabut ya, bye."

Setelah perginya Jawa Epot menoleh pada Bule. Akan sesedih apa Bule bila tahu Jawa berubah drastis.

Sepanjang jalan Sifa mengerutkan bibirnya, ia tak mau bila Jawa lebih mementingkan dirinya dibanding teman yang sudah lama menemaninya. "Aku kan udah bilang nggak usah wa," kata Sifa.

"Ya kita biasanya main kan kalau malam Minggu, kenapa lagian? salah kalau aku rindu kamu?" tanya Jawa.

"Kita bisa telpon atau videocall lan, aku nggak mau kamu nantinya berantem gara-gara aku," balas Sifa.

"Nggak akan kali, santai aja Faa." Ucap Jawa mencoba menenangkan.

Selesai makan Kale mencari Anya untuk bertanya soal Chika, ternyata Anya tengah duduk di dekat kolam berenang sendirian sambil menenggelamkan wajahnya di kaki yang ia jadikan sandaran.

"Ngapain tu anak?" tanya Kale lalu menghampiri Anya.

"Anya!" Panggil Kale, Anya menoleh lalu tersenyum manis saat tahu siapa yang memanggilnya.

"Duduk aja Kale." Balas Anya lalu merubah posisi duduknya menjadi menyilang. Kale duduk di sebelah Anya.

Dibenaknya Kale bertanya-tanya apa yang terjadi pada Anya sampai matanya begitu sembab dan suaranya parau. "Kenapa Kale?" Tanya Anya mencoba baik-baik saja, Anya tak mau terbawa emosi karena Kale pasti akan lebih marah dan mengusirnya.

Yang tadinya ingin membahas Chika jadi membahas hal lain. "Hutang lo mana, gue mau buahnya sekarang!"

"Yah Anya nggak punya uang Le." Balas Anya.

"Gue bilang usaha!" kata Kale.

"Usaha apa?" tanya Anya, Kale melirik Anya.

"Apa aja, asal jangan jual diri," balas Kale membuat Anya meneteskan air matanya.

Dengan cepat Anya mengusapnya. "Ya nggak akan lah, Anya bukan cewek rendahan."

"Terkecuali buat Kevin, iya kan?" tanya Kale. Anya mengangguk mantap, sontak Kale langsung menoleh pada Anya.

"Iya, tapi Kevin malah nuduh Kale yang ngelakuin hal rendahan semacam itu ke Anya, padahal dia kan yang ngelakuin Le?" tanya Anya, mata Kale membulat.

Kale merubah posisi duduknya. "Kevin bilang apa sama lo?" tanya Kale dengan penuh penekanan.

Air mata Anya turun seketika, terlihat jelas pertanyaan yang Kale katakan kalau laki-laki itu sangat terkejut. "Dimana lo ketemu Kevin?" Tanya Kale karena Anya malah menatapnya sambil menangis.

"Anya ketemu Kevin di tempat rehab buat tugas, terus Kevin bicara omong kosong dan selalu jelek-jelek kin Kale depan Anya, dia bilang ini semua rencana Kale." Balas Anya membuat Kale langsung terdiam membeku seketika.

Tangan Anya mengusap air matanya lalu tersenyum manis. "Tapi tenang aja le, Anya nggak percaya sama Kevin, Kale nggak mungkin gitu kan?" tanya Anya penuh harapan. "Anya yakin banget Kevin bohong, dia kurang ajar banget tuduh Kale, Anya yakin Kale sayang banget sama Anya jadi Anya nggak percaya deh."

Kale menelan saliva di mulutnya, ia merasa sangat bodoh telah mempermainkan wanita yang sangat mempercayainya ini. "Kale jangan takut Anya percaya Kevin, Anya ... Anya lebih percaya Kale kok, karena rasa sayang Anya ke Kale sebesar ini." Anya melebarkan tangannya, sungguh Kale tak bisa berkata apa-apa. "Terus dia marah sama  Anya gara-gara nggak percaya ya udah Anya marahin balik deh, Anya bilang kalau Kale nggak akan tega ngelakuin rencana jahat itu Ke Anya nggak akan!" balas Anya dengan nada meninggi lalu tersenyum pada Kale.

Kale tahu Anya ini tengah mencoba mengubur amarahnya. Kale menunduk saat Anya terdiam sambil terisak, dengan lembut Anya mengusap puncuk kepala Kale. "Kale tulus sayang sama Anya lalu buat apa rencana itu terjadi, iya kan?" tanya Anya dengan isakannya.

"Tahu nggak tadi Anya semarah apa sama Kevin?" tanya Anya, Kale mengangkat kepalanya dan melihat wajah Anya. "Semarah ini," ucap Anya sambil menunjukan wajahnya yang memerah. "Kevin jahat sama Kale, kenapa dia nuduh Kale!" Ucap Anya lalu terisak kembali.

Sekuat-kuatnya Anya tersenyum ia tetap kalah dengan keadaan ia kembali menangis sedih apa lagi saat melihat Kale terdiam seperti merasa bersalah. "Dulu Kale pernah bilang sama Anya kalau Kale cinta sama Anya sampai matahari berhenti terbenam dan dengan bodohnya Anya menjawab memangnya matahari karyawannya Bumi?" Anya tertawa hambar sambil mengusap air matanya. "Anya baru inget kalau matahari Kale itu Ica, kalau Ica sekarang berhenti terang artinya kasih sayang Kale ke Anya pun hilang, itu nggak benar terjadi kan Le?"

Ya Kale masih ingat dulu Kale pernah mengatakan itu pada Anya, tapi sebelum semuanya sehancur ini, dulu mereka sangat manis sekali. "Anya percaya sama Kale, percaya banget Le ... Anya nggak paham tapi Anya ngerasa sedih banget Anya minta maaf Le." Balas Anya dengan wajah yang benar-benar kacau, air matanya tak henti turun. "Kale mau buah? Anya janji bakalan dapetin itu, apapun akan Anya dapetin buat Kale yang Anya cinta, nanti ya jangan hari ini. Hari ini Anya lagi bener-bener ngerasa sedih padahal nggak seharusnya Anya ngerasa sedih, kevin dari dulu emang ngeselin."

Sesusah mengatakan itu Anya kembali menenggelamkan wajahnya di kaki, terjadi hening di antara keduanya. Akibat Kale Anya sekacau ini sekarang, Kale menunduk baru merasakan menyesal, sebab ini adalah salah Ayah Anya bukan gadis kecil yang tak tahu apa-apa ini. "Terus juga Galang, Kak Ray bilang dia cuma jadiin Anya pelampiasan, Anya salah apa sih? Kalau nggak bisa dicintai seengganya Anya jangan juga dipermainkan, Kale bener nggak ada yang sayang sama Anya, bahkan kayanya Anya aja bakaln benci sama diri Anya sendiri," Anya berucap dengan air matanya yang ikut turun, Kale semakin menunduk mendengarnya. "Seasik itu ya hidup Anya sampai kalian betah main-mainya, Kale tahu nggak rasanya di tusuk dua panah dalam waktu yang bersamaan? mati Le, mati. Sama siapa lagi Anya harus nyimpen kepercayaan sama siapa lagi Anya harus jatuh cinta, aku takut Anya mati rasa karna kalian."

Tiba-tiba saja Anya langsung memeluk Kale dengan erat. "Maafin Anya Kale maafin Anya udah bikin Kale seberubah ini, Anya mau nangis dipelukan Kale buat yang terakhir kalinya karena nanti kedepannya Anya bakalan coba bener-bener buat lupain Kale, Galang dan orang-orang yang Anya sayang, Inggris bukan lah kota yang menyeramkan mungkin disana ada hal menyenangkan menunggu Anya, Anya juga mau main kaya kalian, bebas dan bisa seneng-seneng tanpa mikirin perasaan seseorang."

Ucapan Anya membuat satu tetes air mata Kale jatuh, detik ini Kale benar-benar sadar jika ia adalah bajingan yang membuat gadisnya menangis sesedih sekarang. Baju Kale mulai terasa basah terkena air mata Anya. "Anya mau marah sama Kale tapi rasa cinta Anya ini lebih besar dari pada kebencian yang Anya punya," balas Anya lalu melepaskan pelukan tersebut.

"Jawab Anya sekarang Le, Kale tahu nggak seberapa senengnya Anya bisa pacararan sama manusia kaya Kale?" Tanya Anya.

"Nggak," balas Kale yang menatap lekat mata Anya.

"Lima puluh persen sisanya sedih harus berakhir seperti ini, berjalan tanpa cintai Kale bukanlah hal mudah tapi Anya bakalan coba, makasih Kale makasih," selesai mengucapkan itu Anya bangkit dan berjalan menuju kamarnya untuk tidur dan berharap esok sedih ini akan hilang, kenyataanya esok ia akan dipertemukan dengan luka kedua yaitu Galang.

"Maafin Gue nya." Kata Kale yang masih duduk diam di kolam tersebut, ia mengusap bekas air mata tersebut. Seketika masa-masa indah bersama Anya terputar dibenaknya, bisa-bisanya Kale menyakiti gadis yang selalu membuatnya hidupnya lebih berwarna, ini salahnya dan semua keegoisan yang dibaluti oleh dendam setan.

Kepala Anya sampai pening karena terlalu banyak menangis, mudah sekali membuat hati Anya kalang kabut, kadang dibuat terbang dan dengan sangat mudah dihempaskan. Muncul pertanyaan aneh dibenak Anya, apakah Galang bersekongkol juga dengan Kale dan Kevin untuk membuat dirinya menderita?

Bodohnya Anya masih kurang yakin yang Kevin katakan tentang Kale itu benar atau tidak, manusia memang kadang seperti itu logikatnya mati akibat terlalu cinta. Anya mematikan lampu kamarnya, menutup wajah menggunkan bantal dan mencoba untuk menutup mata.

Kesedihan Anya membuat Kale ikut sedih padahal itu ulahnya, mengapa baru sadar sekarang? ia duduk di balkon kamar sambil memperhatikan langit malam yang terasa tenang.

"Bokap lo yang salah Nya, gue selalu tutup mata buat dengerin kenyataan itu," ucap Kale lalu tertawa hambar. Ya kale menertawkan hidupnya sendiri.

Dari hari Minggu sampai malam Senin Kale diam di rumah sakit menemani Bule, ia takut Anya semakin sedih akan hadirnya di rumah, Epot dan Jawa bertanya-tanya pada Kale, tapi Kale enggan bercerita takut menambah beban pikiran mereka, ini salahnya biarlah dia yang menanggung segalanya sendiri.

                              🐟🐟🐟

Senin pagi ini Anya awali dengan tangisan yang masih turun begitu deras, ia bahkan sempat berpikir membenturkan kepalanya ke dinding agar apa yang ia ingat bisa secepatnya lupa tapi Anya tidak sebodoh itu untuk melakukannya. Masa depannya harus di jaga untuk Ica.

Anya banyak melamun membuat orang-orang rumah bingung, ia harus menjauhi Galang mulai dari hari ini.

Di Gapara tentu sudah banyak orang karena sekarang adalah hari pelaksanaan program Gapara peduli remaja, orang-orang yang berlalu lalang hanyalah Anya anggap angin, dengan wajahnya yang datar dan mata yang sembab ia terus berjalan.

Abigel menghela nafas melihat Anya yang masih terasa sedih. "Anya kita disuruh kumpul di aula ayo," kata Abigel. Anya mengangguk lalu mengikuti Abigel tanpa membuka suara.

Senyum Galang sangat lebar sekali, laki-laki itu tengah membantu para anggota OSIS, ia tak mau jadi OSIS tapi selalu membantu para OSIS.

"Anak-anak kita harus ganti baju khusus buat yang tampil ada yang mau berjaga satu orang disini?" tanya Guru pembina tersebut.

Anya mengangkat tangannya. "Saya Bu." Balas Anya membuat semua anak bernafas lega.

"Oke Sonya yang lain ikut Ibu ya."

"Nya nggak papa lo sendiri?" tanya Abigel. Anya mengangguk dengan wajah malangnya. Abigel mengusap pelan pundak Anya. "Gue bakalan cepet-cepet supaya bisa gantian sama lo, tunggu ya."

Setelah semua orang keluar aula baru lah Anya bernafas lega, saat posisi sedih seperti ini memang di perlukan tempat yang sepi. Tak lama Galang yang terpilih tampil datang.  "Anya kok sendirian yang lain mana?"

"Ganti baju, Galang tunggu disini ya," balas Anya seraya bangkit dari duduknya. Galang memperhatikan Anya dengan intens.

"Ada masalah?" tanya Galang menahan tangan Anya. Anya menepisnya.

"Nggak!" balas Anya sedikit meninggi, ia sekarang akan marah bila dipegang oleh Kale maupun Galang.

"Nya cerita sama gue," ucap Galang.

Anya berdecih dan matanya kembali berkaca-kaca. "Anya nggak percaya siapa-siapa lagi," jawab Anya.

"Kenapa nya?"

"Kepercayaan itu akan hilang dalam beberapa detik jika Galang mempermainkannya! Paham kan?" tanya Anya membuat mata Galang membulat.

"Gue nggak pernah main-mainnya nya," balas Galang.

"Nggak pernah?" tanya Anya dengan nada meninggi. Galang mengatur nafasnya.

"Ya kapan?" tanya balik Galang.

Pertanyaan Galang membuat Anya tertawa hambar. "Hahaha nggak pernah ya?"

Galang memegang tangan Anya. "Kenapa nya?"

"Lepas!" ucap Anya tegas lalu pergi meninggalkan Galang dengan air mata yang lagi-lagi turun.

Tepat saat Anya pergi Abigel datang. "Jagain gue mau ngejar Anya!" Ucap Galang lalu berlari mengikuti Anya pergi ke belakang perpus, di tempat tersebut Anya menangis sejadi-jadinya.

"Anya lo kenapa?" tanya Galang khawatir. Anya menoleh pada Galang.

"Harusnya Anya yang nanya itu sama kalian, kalian kenapa? apa salah Anya?" Tanya Anya dengan mata tajamnya.

"Lo nggak pernah salah, lo baik, asik-"

"Iya asik banget kan sampai Galang betah mainin hati Anya?" Suara Anya terdengar sangat parau.

"Mainin?" tanya Galang dengan alis yang bertautan.

"Siapa yang bohong sebenernya, siapa yang ngambil ke untungan dari Anya, kebaikan kalian itu maksudnya ini?" tanya Anya.

"Kalian?"

Anya mengangguk lalu menunjuk Galang. "Galang dan Kale."

"Gue nggak paham Anya." Balas Galang jujur.

"Jangan pura-pura!" kesal Anya.

"Gue nggak pura-pura, apa yang lo maksud?!" tanya Galang terbawa emosi.

"Tapasya!" Balas Anya yang langsung membuat keduanya terdiam. Anya menutup mata menggukan tangannya dan kembali terisak.

"Anya capek, Anya pikir kalian tulus. Kevin bilang Kale salah sekarang Galang juga jadiin Anya penyembuh luka, seasik itu ya Anya jadi orang?" tanya Anya sambil menatap dalam mata Galang.

"Jadi lo udah tahu tentang Kale?" Tanya Galang.

"Apa? Galang tahu ini duluan dari Anya terus Galang seolah nggak tahu dan biarin Anya dibodohi oleh Kale, permainan apa ini, Galang ikutan juga sama mereka? ini trik kalian kan bikin Anya hancur dalam satu hari?" tanya Anya dengan air mata yang berlinang.

Galang ikut sedih melihat Anya. "Nggak nya, gue cuma nggak mau ikut campur aja sama urusan Kale."

"Tapi Galang tahu kan?" Galang mengangguk dan Anya langsung tersenyum kiri.

"Jahat!" ucap Anya lalu memandang lurus ke depan. "Anya selalu bertanya-tanya siapa yang bohong diantara kalian berdua dan sekarang terjawab, kejutan besar buat Anya."

"Gue minta maaf Nya," balas Galang menahan air matanya agar tak jatuh. Galang baru sadar jika gadis di sebelahnya ini bukan Tapasya.

"Maaf sya, aku sayang kamu sya, kamu kok berubah itu kata-kata yang Galang kasih ke Anya dengan mata Galang yang mandang kalau Anya adalah Tapasya, Anya sebodoh itu sampai terus berpikir positif." Anya mengusap air matanya, dadanya sudah sangat terasa sesak.

"Penyembuh luka bukan berarti main-main kan nya?" Tanya Galang.

"Tapi Anya mau dicintai sebagai Anya bukan gadis lain, Anya ya Anya nggak ada yang lain!" balas Anya.

Apa yang Sifa katakan benar, mungkin rasanya sangat sakit saat Anya sadar kalau Galang mencintai nya hanya karena kemiripan.

"Anya harus percaya sama siapa sekarang?" tanya Anya sambil menangis.

Galang terdiam seperti Kale semalam, ia tengah merasakan penyesalan. Keduanya saling terdiam untuk beberapa menit, lalu Anya kembali membuka suara  "Galang Jauhin Anya ya, bisa kan?" tanya Anya yang sudah memutuskan sehabis wisuda akan pergi ke Inggris dan melupakan segalanya yang ada di indoneia.

Seketika lidah Galang jadi kelu. "Nya apa itu-"

Anya mengangguk merasa mengerti jawaban galang. "Anya bakalan cari bahagia Anya sendiri tanpa bantuan orang lain."

"Kenapa nya?!" tanya Galang penuh penekanan.

"Jangan gantungkan kebahagiaanmu pada orang lain karena semuanya akan pergi satu persatu," balas Anya menatap mata Galang lekat.

Galang langsung membuang muka dari pandangan Anya dan menunduk. "Gue cuma mau jadi manusia sebagaimana mestinya, lo pikir mudah nya?"

"Anya juga mau jadi manusia biasa aja yang nggak di pandang orang lain, jauhin Anya Galang Jauhin Anya!" Balas Anya penuh penekanan.

"Apa susahnya kita coba saling jatuh cinta dulu?" tanya Galang masih tak terima untuk menjauh.

"Galang harusnya ajak diri Galang sendiri buat lupain masalalu, karena kalau tetep kaya gini salah satu orang akan jadi korban!" balas Anya.

"Lo nggak akan paham rasa sakitnya nya, gue janji bakalan nyoba buat cinta sama lo, kita mulai semuanya dari awal Anya, maafin gue," balas Galang sambil memegang kedua pundak Anya.

Anya tersenyum kiri mendengarnya, apa Galang pikir Anya tak sakit selama ini dibohongi?

"Anya lebih milih bunuh diri dan bermain dengan roh jahat dari pada harus cinta sama Galang, karena rasanya tak jauh berbeda," balas Anya membuat mata Galang memerah.

"Ini bukan Anya yang gue kenal."

                              ********

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

AKARA (Terbit) Nafisa Ahza Ayuning... द्वारा

किशोर उपन्यास

122K 6.4K 44
WARNING‼️‼️ Siapin mental dan stok sabar yang dobel pokoknya! Private acak follow sebelum baca! Sequel Trust Me Aretha Judul awal Realtas -> AKARA AK...
ALZELVIN Diazepam द्वारा

किशोर उपन्यास

6M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
[AHS#1] Arka Zahrotul Khayah द्वारा

किशोर उपन्यास

595K 22.1K 68
Arka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi...
HERIDA Siswanti Putri द्वारा

किशोर उपन्यास

625K 24.6K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...