Boom Boom Heart

By anothermissjo

4.1M 424K 41.5K

Sweety seorang mahasiswi, tidak sengaja pendekatan dengan dosennya, Anatomi, setelah salah kirim pesan dan ha... More

Bab Pengantar
Campus Series
Prolog
Boom - 1
Boom - 2
Boom - 3
Boom - 4
Boom - 5
Boom - 7
Boom - 8
Boom - 9
Boom - 10
Boom - 11
Boom - 12
Boom - 13
Boom - 14
Boom - 15
Boom - 16
Boom - 17
Boom - 18
Boom - 19
Boom - 20
Boom - 21
Boom - 22
Boom - 23
Boom - 24
Boom - 25
Boom - 26
Boom - 27
Boom - 28
Boom - 29
Boom - 30
Boom - 31
Boom - 32
Boom - 33
Boom - 34
Boom - 35
Boom - 36
Boom - 37 (TAMAT)
Epilog
Extra Part - 1
Extra Part - 2
Extra Part - 3
Extra Part - 4

Boom - 6

111K 14.8K 1.4K
By anothermissjo

Dari sekian banyak mata kuliah yang diambil Sweety, tidak ada satu pun yang dia suka. Semuanya sulit. Terlebih beberapa dosennya killer, termasuk Anatomi. Kepalanya ingin pecah. Setelah mata kuliah Metodologi Penelitian Hukum selesai, Sweety memeluk dinding seperti orang gila.

"Ya, Tuhan ... apa nggak bisa nikah aja?" Sweety bermonolog sendiri merasa pasrah.

"Mau nikah sama siapa? Siluman uler?" celetuk Mila.

"Tahu, deh. Semester ini tamat Riwayat gue. Mana nggak pinter bikin proposal. Denger Pak Hikmat ngomong soal proposal skripsi kepala gue langsung ngebul. Mau ambil tema apa, ya, buat proposal skripsi? Belum kepikiran." Sweety mengoceh kesal dengan nada merengek. Dia benci semester menjelang akhir begini. "Mau nikah aja. Gue rela nikah, nih, kalau ada yang mau nikahin gue."

"Aduh, Sweet. Cetek banget pemikiran lo. Jangan bahas nikah, deh. Lo aja masih salah target," ucap Mila sekenanya.

"Salah target gimana, Gengs?" celetuk Sani.

Sweety menjawab, dengan nada sewot tentunya, "Salah target gara-gara lo, Kutu!"

"Gue manusia kali, Sweet. Kutu mah di rambut," balas Sani santai sambil mengemut permen kaki.

"Tau, ah, gelap!" Sweety beranjak pergi, yang kemudian segera disusul Mila dan Sani di belakangnya.

"Gimana sama Pak Anatomi?" tanya Mila berbisik sesaat mereka berdiri di depan lift.

"Gue blokir," jawab Sweety santai.

"Kenapa lo blokir?" Mila geleng-geleng tak percaya. "Bukannya tadi lo bilang pengin nikah? Kalau mau nikah, tuh, ada Pak Anatomi. Beliau udah matang secara semua-semuanya. Kalau lo kejar Fakhtur, dia belum bisa menafkahi lo. Tapi kalau Pak Ana..." Mila menggantung kalimatnya begitu menyadari sosok laki-laki di belakang Sweety.

Posisi Sweety sedikit menyamping menghadap Mila sehingga ketika ada orang di sampingnya Sweety tidak sadar dan berfokus hanya mendengarkan Mila.

"Kok, lo diem? Lanjutin, dong," pinta Sweety tak sabar.

Mila memberi kode melalui kedipan mata sambil nyengir. Awalnya Sweety sempat bingung, tapi langsung mengerti begitu mendengar dehaman keras dari seorang laki-laki. Seketika pupil mata Sweety melebar.

Dalam hati Sweety mengumpat. Mampus, mampus! Kenapa gue harus ketemu Pak Anatom mulu, sih? Ya, Tuhan ... tolong sambar saja Pak Anatom sama gledek!

"Siang, Pak," sapa Mila sambil memaksakan senyum. Isi kepalanya berputar memikirkan ucapannya. Kedengaran tidak, ya? Kira-kira dia ditandai Anatomi tidak, ya, sudah mengatakan hal itu? Begitulah isi pikiran Mila sekarang.

"Siang," balas Anatomi seadanya.

Dalam hati Sweety menyuruh kepalanya diam. Jangan nengok, jangan nengok. Kalau nengok mata lo bintitan, Sweet! Namun, yang terjadi adalah dia menoleh ke belakang dan nyengir. "Selamat siang, Pak."

"Siang," balas Anatomi. "Oh, ya, Sweety."

Sweety yang tadinya sudah melihat ke arah Mila langsung menoleh ke samping. "Ya, Pak?"

"Saya mau kasih tugas Kriminologi."

"Tugasnya apa, Pak?"

"Buka blokirnya baru saya beritahu."

Mati gue! Batinnya panik. Berpura-pura seperti tidak berbuat salah, Sweety mengangguk. "Baik, Pak."

"Sekarang. Jangan sampai nilai kamu langsung saya kasih E."

Bertepatan dengan itu, pintu lift terbuka. Anatomi langsung masuk. Keberuntungan selalu menyertai Anatomi karena lift sudah penuh. Sementara Sweety sedang mati-matian meredam emosinya supaya tidak kelepasan mengumpat.

Seiring pintu yang tertutup, Anatomi memasang wajah datar tanpa dosa. Ada senyum miring yang turut menghiasi sebelum akhirnya pintu lift tertutup.

"Wah ... bener-bener." Sweety mengibas rambutnya ke belakang, yang menyebabkan Sani terkena kibasan itu sampai matanya kecolok.

"Duh, rambut lo tajem banget kayak sapu lidi!" protes Sani kesal.

Sweety mengabaikan. Dia masih terngiang-ngiang soal nilai. "Gila! Dasar gilaaaa! Belum pernah gue guyur kemenyan kali, ya? Bikin kesel! Seenaknya mau kasih gue nilai E? Ah, sumpah. Awas aja nilai gue nggak A, gue demo sampai tujuh turunan!"

"Sabar, Sweet, sabar." Mila mencoba menenangkan. "Lebih baik lo buka dulu blokirnya. Ini tugas buat kita bersama, lho! Jangan sampai lo kena amukan masa gara-gara blokir Pak Anatom."

Sweety mengambil ponsel segera setelah bujukan Mila. Dia memilih kontak Anatomi dan membuka blokirnya. Dia tidak mau mengabari Anatomi sudah membuka blokir, tapi Mila dengan seenaknya merebut ponselnya.

"Gue chat Pak Anatom, ah," kata Mila.

"Heh! Serigala berbulu domba! Balikin nggak!"

Sweety kalah tinggi dari Mila sehingga kesulitan merebut ponsel. Pasalnya tinggi badan Mila seperti supermodel dunia. Hasilnya mustahil untuk merebut merebut kembali ponsel. Sementara itu, Sani di belakang mereka hanya sibuk makan permen.

"Mila! Gue tabok lo, ya!"

Mila menaikkan ponsel Sweety lebih tinggi, kemudian dia mengetik sesuatu. Setelah itu, Mila mengembalikan ponsel kepada Sweety. Dengan cepat Sweety menatap layar ponselnya dan mencari pesan yang dikirimkan Mila melalui WhatsApp.

"Perasaan lo ketik sesuatu. Lo kirim apaan? Kok, nggak ada di WhatsApp?" tanya Sweety.

"Nggak ada soalnya gue kirim lewat sms. Kalau kirim lewat WhatsApp udah pasti bisa lo tarik. So yeah ... pintar, kan, gue?"

Sweety panik. Dia buru-buru membuka pesan singkat dan ... ketemu! Matanya terbelalak saat membaca isi pesan yang dikirimkan Mila untuk Anatomi. Namun, dia lebih kaget lagi membaca balasan Anatomi padanya.

"Milaaaaa! Gila lo! Gilaaaaaa!"

💘💘💘

Sweety tidak mau membalas lagi pesan Anatomi. Biarkan saja dosennya berpikir dia tenggelam atau dimakan dinosaurus setelah mengirimkan pesan seperti itu. Dia memilih datang ke kedai kopi belakang kampus. Di belakang kampusnya ada beragam restoran dimulai dari yang paling murah, murah, sampai paling mahal. Dia datang ke kedai kopi sendirian karena Mila dan Sani ada mata kuliah lain. Kebetulan dia mengambil mata kuliah yang diambil Mila dan Sani pada jam malam, gabung dengan mahasiswa kelas eksekutif.

"Mau apa, ya..." Sweety menimbang-nimbang saat membaca menu di atas kepala sang kasir. "Mbak, saya mau matcha latte frappuccino."

"Baik, Mbak. Ada tambahan lain?"

"Itu aja."

"Totalnya empat puluh ribu rupiah. Bayarnya pakai debit, kredit, tunai, atau pembayaran lainnya, Kak?"

"Saya pakai Moneyyuk, Mbak."

Sweety melakukan pembayaran sesuai yang dia minta supaya dapat cashback berupa poin. Walau uang jajan Sweety untuk sebulan terbilang banyak—ini pun di luar uang saku lainnya—sebisa mungkin dia menabung uang dari orang tua. Sweety tidak mau menghambur-hamburkan uang. Bahkan dia sengaja membantu temannya mengerjakan tugas yang mudah untuk menambah uang jajan.

Setelah membayar, Sweety menunggu dua sampai empat menit sebelum akhirnya mengambil pesanan. Dia mengedarkan pandangan mencari tempat terbaik untuk menyendiri dan ketemu. Namun, dia tidak jadi menyendiri. Dia memicingkan mata mengamati dua orang yang duduk di dekat jendela.

"Itu Pak Cloud sama Bu Unique? Ngapain? Kencan kali?" tanyanya bermonolog sendiri.

Tidak ingin bertanya-tanya saja, Sweety menghampiri dua orang itu. Dengan jahilnya dia langsung to the point. "Pak Cloud sama Bu Unique lagi kencan, ya?"

Cloud terlonjak kaget mendapati Sweety cengar-cengir. Berbeda dari reaksi Cloud, reaksi Unique justru sebaliknya. Tenang dan santai.

"Nggak," sanggah Cloud.

"Iya," jawab Unique.

Sweety memandangi kedua dosennya secara bergantian. "Jadi yang bener mana, nih? Iya atau nggak?"

Cloud terkejut mendengar jawaban Unique. "Bentar, kenapa Bu Unique iyain?"

"Biar seru aja," jawab Unique santai.

Cloud melotot. Seru katanya? Gila! Jawaban semacam itu baru saja Cloud dengar dari mulut perempuan seunik Unique. Dia geleng-geleng kepala dan berakhir meneguk Americano gara-gara haus.

"Jadi nggak kencan, ya, Bu?" tanya Sweety lagi masih penasaran.

"Nggak. Kamu, kan, tahu tipe saya." Unique menggamit tangan Sweety dan menggeser posisinya. "Ayo, duduk bareng sini. Duduk bareng Pak Cloud berasa lagi ngobrol sama tembok. Hening."

Cloud terbatuk-batuk mendengarnya. Padahal dari tadi yang diam Unique, bukan dirinya. Dia sudah kelewat cerewet mirip burung beo menanyakan ini dan itu. "Bu Unique ini demen mutar balikin fakta sekali, ya. Saya udah saingan sama burung beo dibilang hening? Bu Unique yang kebanyakan diam seperti nahan sakit perut."

"Bu Unique emang gitu, Pak. Saya kenal sama Bu Unique dari lama. Beliau jarang ngomong kecuali seperti kemarin pas bela seseorang, Bu Unique bisa jadi bawel banget," serobot Sweety menjelaskan. Sebelum disela, Sweety melanjutkan, "Saya mau pamit aja, deh. Selamat berken—"

"Gue pikir lo sendirian." Suara tersebut menyela kalimat Sweety yang belum selesai.

Sweety menoleh, mendapati dosen super kece dari fakultas lain. Dia kenal. Setidaknya karena dosen itu gantengnya super sekali. Selain ganteng, namanya unik. Tebing Byakta Asm orojati. Siapa yang mengira ternyata wajahnya Tebing bikin kebanyakan anak gadis seperti habis lompat dari tebing? Mila paling suka sama dosen Fakultas Ilmu Komunikasi itu.

"Lo sendirian?" tanya Cloud.

"Nggak. Gue ngajak Ana," jawab Tebing.

"Wah ... kayaknya saya ganggu. Bapak dan ibu dosen sekalian pasti mau nge-date. Saya duluan, deh," pamit Sweety sembari bangkit dari duduknya.

"Siapa yang mau nge-date?" Tebing mengangkat sebelah alisnya.

"Itu katanya tadi Bapak ngajak Ana? Dosen juga, kan?" tebak Sweety.

"Iya, dosen. Tapi yang saya maksud itu Anatomi."

Sweety menganga menyadari Anatomi berjalan mendekat. Baru akan menghindar, matanya sudah berpapasan duluan. Niat hati ingin menghindar, dia malah dipertemukan dosen itu.

Ya, Tuhan ... kok, gini amat cobaan hidup, Barbie? Batin Sweety panik.

Sebelum ditanya banyak hal di depan dosen lain, Sweety memilih mundur dan mencari jalan lain sebelum akhirnya kabur meninggalkan kedai kopi. Dia bahkan sampai meninggalkan kopinya gara-gara panik dan buru-buru.

"Amit-amit. Jangan sampai gue ketemu lagi sama dosen itu. Sial amat hidup gue. Ini gara-gara Milalang, sih! Sebel!" gerutu Sweety emosi.

💘💘💘

Continue Reading

You'll Also Like

5.4M 535K 50
Awalnya Indira dan Fachri menolak dan menyangkal perasaan masing-masing saat dijodohkan oleh orang tua mereka, sampai akhirnya mereka setuju juga den...
150K 14.8K 35
Disclaimer: fanfiction | Brothership - Completed "Kau tahu, semua kata maafmu itu tak akan ada artinya di mata kami! Kau datang dan menghancurkan sem...
3.3M 105K 18
Karena satu kesalahan, Alaric dan Sandra harus membuat sebuah perjanjian. Mereka akan tinggal bersama sampai bayi yang dikandung Sandra lahir tanpa i...
408K 447 2
PEMBERITAHUAN CERITA INI TERSEDIA DI PAID STORIES SAMPAI TANGGAL 6 DESEMBER 2023 Raka Arjuna Putra, seorang pengusaha yang baru saja bercerai, diper...