Pragas ✔

By tatamaraa21

783 341 311

⚠️BAHASA NON-BAKU⚠️ ⚠️BANYAK KATA-KATA KASAR⚠️ "Aku cuman gak bisa nyakitin orang lain demi perasaan aku send... More

Prakata
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10

Part 11

26 1 0
By tatamaraa21

Setahan-tahan nya orang bertahan, ada saatnya dia harus memaksa melepaskan. Melepaskan apa yang menurutnya tidak bisa ia genggam—kamu contohnya.

****

Di sinilah Tamara sekarang, sebuah kedai yang letaknya tak cukup jauh dari sekolah. Ia tidak datang sendiri, ia datang dengan seorang lelaki yang kini menatapnya intens.

"Jadi, kenapa lo nangis tadi?" tanyanya dengan raut wajah serius.

"Gak apa-apa Kak, aku cuman–"

"Cuman gak bisa terima Pragas jalan sama cewek?" potong lelaki itu cepat.

"Bukan gitu," ujar Tamara.

"Terus kenapa lo nangis pas lihat mereka jalan berdua? Lo udah suka sama dia, kan?"

"Gak tahu, aku cuman ngerasa dibohongin aja Kak," ujar Tamara.

"Dibohongin kenapa? Emang dia pacar lo?" tanya lelaki itu, membuat Tamara terdiam.

Lelaki itu tak lain adalah Arga Rayfan Pratama. Ia tak sengaja melihat Tamara yang menangis di balik sebuah tembok sambil memperhatikan Pragas dan Alincya. Sebenarnya sewaktu di pesta, ia ingin sekali menolong gadis itu. Akan tetapi, penyakit yang dideritanya membuat lelaki itu tak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan Tamara.

"Pesanannya sudah siap Kak, selamat menikmati," ujar seorang pelayan yang baru saja datang dan menghidangkan makanan ke hadapan mereka berdua.

"Terimakasih," ujar Tamara kepada pelayan tersebut.

"Sama-sama Kak, saya permisi ya," izin pelayan itu.

Tamara mengangguk sambil tersenyum menanggapi perkataan pelayan itu. Ditatapnya Arga yang kini juga menatapnya. "Sekali lagi gue tanya, Pragas pacar lo?"

"Bukan," jawab Tamara pendek.

"Terus kenapa lo merasa tersakiti sama dia?" Pertanyaan Arga membuat Tamara bungkam.

Memang benar, Pragas bukan pacarnya. Bukan pula sahabatnya atau pun teman, mereka berdua tidak memiliki hubungan apa pun, tetapi mengapa ia bersikap seperti itu? Ia merasa aneh dengan dirinya sendiri.

"Gue mau bilang sesuatu sama lo," ujar Arga serius.

"Bilang apa, Kak?"

"Gue suka sama lo."

"Gimana bisa Kakak su–"

"Apa suka sama orang butuh alasan?"

"Ya ... mungkin?" Tamara berujar tak yakin.

"Gak semua hal harus ada alasannya, Ra. Karena ada beberapa hal yang lebih baik cuman dirasakan tanpa perlu alasan," tutur Arga.

Tamara hanya diam, tak tahu harus menjawab apa. "Gue bakal tunggu jawaban lo, pelan-pelan aja. Gue gak akan maksa lo buat jawab sekarang," sambung Arga.

"Iya Kak." Hanya kata itu yang terucap dari bibirnya. Sungguh, ia sangat canggung untuk bebicara dengan Arga sekarang. Dapat Tamara simpulkan, lelaki di depannya ini sangat jujur dan sepertinya tidak main-main tentang perasaannya.

"Gelang lo itu bagus," puji Arga.

Tamara langsung mengalihkan tatapan matanya pada pergelangan tangan. Sial, kenapa  ia lupa demgan benda satu ini? Dengan cepat ia melepas dan menaruhnya di tas.

"Kenapa gak tetap dipakai?" tanya Arga.

"Gak apa-apa, pengen aja."

"Pengen atau itu gelang yang lo kasih ke Pragas kemarin malam?"

"Kok Kakak bisa tahu?" tanya Tamara bingung.

"Coba tebak kenapa?"

"Karena Kakak mata-matain aku?"

"Gue cuman gak mau lo kenapa-napa."

"Jadi Kakak ngikutin aku?"

"Gue cuman mau jagain lo, sampai gue gak bisa lagi ada di sini."

****

Pragas kini sudah sampai di rumahnya. Atas permintaan ibunya, ia pun kembali masuk ke dalam rumah tersebut. Sudah ada ibunya, ayahnya dan seorang wanita yang sangat ia benci.

"Ada apa?" tanya Pragas tanpa basa-basi.

"Agas, duduk dulu sini Nak," ujar Ibunya lembut.

Pragas menghela napas panjang. Ia duduk di sebelah Ibunya dan mencoba mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh ibu dan ayahnya. "Agas, kamu kan sudah besar. Kamu juga tahu Mama dan Papa udah gak ada hubungan apa-apa lagi," ujar ibunya.

"Terus?" tanya Pragas.

"Kamu mau ikut siapa, Nak? Papa atau Mama?" tanya Ibunya—Nina.

"Mama."

"Gak bisa! Kamu harus ikut saya!" seru ayahnya—Pram.

"Mas, udah jangan emosi dulu," ujar seorang wanita yang tak lain adalah wanita simpanan ayahnya—Lia.

"Anda gak berhak tentuin hidup Saya," tutur Pragas.

"Kamu itu anak Saya! Harusnya kamu nurut sama Saya, Pragas!" geram Pram.

Pragas tersenyum smirk, ditatapnya seorang lelaki yang menyandang gelar sebagai ayahnya itu. Ia berdiri, membuat semua orang yang ada di ruangan itu ikut berdiri.

"Jadi Anda baru sadar kalau Anda memiliki seorang putra bernama Pragas? Dulu Anda kemana saat Saya meminta Anda untuk tetap bersama Mama?! Apakah Anda pernah memperdulikan keinginan Saya selama ini?!"

"Nak, sudah. Kendalikan emosi kamu," ujar Nina menenangkan.

"Cukup, Ma! Udah cukup aku diam selama ini, manusia kayak dia harusnya gak jadi Ayah aku!" tunjuk Pragas pada ayahnya.

"Anak kurang ajar!" seru Pram marah.

Bugh! Bugh!

Bogem mentah kini didapatkan oleh Pragas. Lelaki yang belum siap menerima pukulan tersebut pun terhuyung ke belakang, membuat Nina memekik kaget dan mencoba menjauhkan Pram dari Pragas. Namun sayang, lelaki itu terlalu kuat dan mendorong wanita itu sampai terjatuh.

Pragas yang tak terima Nina diperlakukan seperti itu pun menghajar balik rahang ayahnya, membuat lelaki itu menyingkir dari atasnya. Pragas segera berdiri dengan rasa sakit yang ia tahan di sekujur tubuhnya.

Dihampirinya sang ibu dan membantunya berdiri. Pragas menatap Pram tajam dan memeluk Nina yang kini menangis dalam pelukannya lalu berkata. "Seorang lelaki sejati harusnya menghargai perempuan di atas segalanya. Walau pun dia cuma 'mantan istri' Anda, gak seharusnya Anda bersikap seperti itu kepada dia."

"Itu bukan urusan kamu!" sentak ayahnya.

"Jelas itu urusan Saya, dia yang melahirkan Saya, merawat Saya dan menjaga Saya dari kecil. Sedangkan Anda? Hanya peduli pada jalang simpanan itu!" tunjuk Pragas pada Lia yang sedari tadi hanya diam menjadi penonton tanpa berniat melakukan apa-apa.

"Tutup mulut kamu Pragas!"

"Kenapa? Emang benar dia itu jalang! Perusak rumah tangga orang, Saya sangat jijik tinggal satu rumah dengan dia! Kalau bukan karena Mama, Saya gak akan pernah mau buat tinggal di sini!"

Lia mulai mengeluarkan air mata pura-puranya. Hal itu membuat Pram langsung berdiri dan menghampiri wanita itu lalu menatap putranya dengan tajam. "Minta maaf sama dia, cepat!"

"Gak akan pernah, karena saya gak salah apa pun," ujar Pragas santai.

Pram mengeram marah, ia menghampiri Pragas dan menampar lelaki itu. Pragas tersenyum kecil, lelaki itu menatap ayahnya dengan mata yang berkaca-kaca. "Inikah cara Anda mendidik anak? Apakah Anda tidak bisa melihat kebenarannya? Dia hanya orang jahat dan Saya adalah anak Anda! Tapi Anda malah membela dia? Anda sudah kehilangan hak Anda atas Saya. Permisi, Tuan Pram yang terhormat!"

Setelah berkata seperti itu, Pragas membawa ibunya untuk keluar dari rumah tersebut. Namun sayang, baru beberapa langkah ia berjalan, Pram melemparnya dengan sebuah botol dan mengenai kepalanya.

Duk! Prang!

Pragas memegangi kepalanya dan tumbang begitu saja membuat ibunya berteriak histeris.

"Pragas!"

****

Halo, apa kabar kalian? Maaf karena buat nunggu, ya. Jujur aja akhir-akhir ini aku lagi banyak masalah hehe, semoga kalian ga kecewa udah nunggu selama ini. Oh ya, salam sayang dari aku ❤

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.8M 94.2K 55
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
647K 55.4K 36
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.4M 208K 64
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
2.2M 138K 41
‼️ NEW VERSI ‼️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! "𝓚𝓪𝓶𝓾 𝓪𝓭𝓪𝓵𝓪𝓱 𝓽𝓲𝓽𝓲𝓴 𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓱𝓮𝓷𝓽𝓲, 𝓭𝓲𝓶𝓪𝓷𝓪 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓹𝓸𝓻...