MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓

By Titimois

874K 59.9K 2.6K

RAJA KU MUSUH KU "Jangan berharap lebih pada ku. Aku menjadikan mu permaisuri ku, karena aku ingin menyiksa m... More

1.Pria Misterius
2.Tawanan
3.Sang Raja
4.Pengkhianatan
5.Pernikahan
6.Malam Pertama
7.Dendam Murni
8.Penobatan
9.Trauma
10.Luka
11.Alasan
12.Peduli
13.Rasa
SPECIAL
14.Cemburu?
NUMPANG LEWAT
15.Sayembara
16.Hilang
17.Pertempuran
18.Pertempuran Lanjutan
19.Fakta kecil
20.Kematian
21.Sebuah kisah
22.Renggang
23.Rumit
24.Tak terarah
25.Lilia
26.Ikatan
27.Erat kembali
28.Tali hubungan
ANNOUNCEMENT
NEW COVER
29. Manis
30. Tak Terbayang
31. Sakit Yang Tertoreh
32. Rasa dan Resah
33. Air Mata
CASTING VERSI K-POPERS
35.Pertanyaan
36.Naff
37. Perjuangan
38. Akhir
DANDELION
NAFF

34. Athes dan Pilihan

17.3K 1.3K 216
By Titimois

Seharian Thanasa merenung dikamar. Tidak banyak yang dilakukan selain melihat alam yang berada diluar jendela. Lagi-lagi ia mengingat pengkhianatan Delano. Bagaimana lelaki itu menyembunyikan kehamilan Lilia serta menamparnya didepan semua orang. Sungguh Thanasa sangat terhina diperlakukan demikian.

Berusaha kabur beberapa bulan, berharap tak pernah bertemu lagi dengan Raja Altair. Tetapi takdir ternyata tak memihak, Delano berhasil menemukannya.

Apa yang harus Thanasa lakukan sekarang?

Tidak munafik bahwa Thanasa masih dan sangat mencintai Delano. Tetapi gadis itu juga membenci suaminya. Ini yang membuat Thanasa semakin sakit. Kronis memang.

Sebuah tangan kekar melingkari pinggang ramping Thanasa dari belakang. Tanpa menoleh, tentu saja Thanasa tahu orang itu.

"Kudengar kau belum sarapan." Delano menghirup dalam-dalam aroma rambut Thanasa yang sangat harum. Sudah lama tidak mencium wangi khas dari Thanasa. Lelaki itu memejamkan matanya. "Aku akan mengantarmu." Tidak ada jawaban. "Atau makanannya aku bawa kesini?"

Berbalik, tatapan dalam tertuju pada Delano. "Ku dengar selir mu telah melahirkan." Melengkung tipis nan sinis. "Dan kabarnya seorang Putra Mahkota." Tangan Delano seketika terlepas.

Pandangan Thanasa seketika menajam. "Apa kau tidak tertarik kembali ke Altair? Selir dan Putramu butuh Ayahnya."

Delano melihat sendu pada Thanasa. Arah penglihatan beralih pada balutan ditangan Thanasa. Berpikir dan berasumsi. Ia tahu bahwa berita ini pasti sangat menyakitkan untuk Thanasa. Delano bersalah dan tidak bisa berkutik apapun.

Lilia sudah melahirkan dan anaknya seorang Putra Mahkota, otomatis gadis itu akan segera naik tahta menjadi Ibu Suri.

Hati Thanasa mencelos dan terhenyak. Sungguh ia pun tidak mengerti kenapa Tuhan selalu membuat hidupnya menderita tiada henti. Jika memang jalannya seperti ini, kenapa ia tidak dimatikan saja?

Meraih pelan tangan Thanasa yang dililit kain, kemudian merangkul Thanasa dalam pelukkan, Delano menitikkan air mata. "Aku memang bersalah telah mengkhianati janjiku. Kau berhak benci padaku dan aku akan menerimanya."

Thanasa bergeming. Jika saja mereka disituasi yang berbeda, tidak seperti sekarang. Mungkin Thanasa akan luluh dan membalas pelukan Delano. Tapi ia sudah terlanjur sakit hati.

***

"Putri, Pangeran sangat mirip dengan Raja. Ia begitu tampan." Kalva tersenyum melihat Lilia yang sedang menyusui anaknya yang baru lahir beberapa hari. Ada seutas kebahagiaan karena ia bisa bertahan dan berhasil melahirkan sang putra walaupun Delano sudah minggat lebih dari sebulan ke Grassia.

Mengulum senyuman samar, Lilia bersyukur karena kehadiran putranya. Tidak ada yang ia miliki sekarang selain buah hati tercinta.

"Kalva, kau merawat Raja Delano dan Pangeran Dilan sewaktu kecil. Apa kau juga akan membantu ku merawat anakku?"

Pertanyaan Lilia membuat Kalva tercenung. Wanita paruh baya itu menggerakkan mata pada wajah Pangeran kecil. Seandainya Thanasa tidak keguguran, mungkin gadis tersebut juga akan merasakan bagaimana menjadi seorang Ibu.

Bibir membentuk lengkungan, Kalva mengangkat suara. "Jika harus, maka aku akan membantumu."

***

Sebuah rombongan berkuda dipadukan orang-orang dengan pakaian zirah meluncur memasuki Grassia. Aura yang begitu kuat dan dingin. Rakyat yang tadinya bergumul, segera membentuk belahan untuk mereka lewati. Semuanya melongok dan penasaran siapa orang-orang itu.

Yang paling menarik perhatian adalah seorang pria dengan kepala bertatahkan hiasan emas berbalut permata merah dilengkapi ukiran burung phoenix. Hanya satu Kerajaan yang memakai lambang tersebut. Ia adalah Kerajaan Karstan yang dipimpin oleh Athes Marksient.

Nama Athes saja bisa membuat bulu kuduk merinding bagi orang yang mendengarnya. Lelaki itu menguasai banyak Kerajaan di Utara, bahkan ribuan nyawa telah ia binasakan hingga bisa memegang teguh Kerajaan Karstan menjadi satu-satunya di Utara. Athes dikenal kejam dan tak kenal ampun. Ia yang bisa menjadi Raja seperti sekarang juga tak luput dari dosa karena telah membunuh Ayah dan 6 saudara tirinya.

Bayangan mereka semakin menjauh dan kecil, tetapi tetap meninggalkan kesan gelap nan dingin.

Tiba di Istana Grassia, pengawal disana langsung menyambut kedatangan Athes. Seorang prajurit bergegas cepat untuk mengabari kedatangan Athes pada Raja mereka. Sedangkan yang lain langsung mengawal pemimpin Karstan itu untuk masuk.

***

"Yang Mulia, Raja Athes sudah sampai."

Obrolan Lander dan Delano harus terpotong karena kabar tentang seorang Athes. Tangan kekar itu mengepal kuat menahan amarah. Lander melihatnya sekilas lalu beralih pada mata onix Delano.

"Kau mau bertemu dengannya?"

***

"Raja Athes kesini? Untuk apa?"

"Hamba tidak tau Ratu, informasinya Raja Athes ingin menjalin diplomatik perekonomian dengan Grassia."

Alis Thanasa terangkat sebelah, "Bukankah Karstan sudah dipenuhi ladang ekonomi mereka sendiri?"

"Ya Ratu, aku juga berpikir begitu."

Apa tujuan Athes sebenarnya? Gerangan apa yang membuat Raja Karstan itu tertarik dengan Grassia secara mendadak? Thanasa berusaha mencari jawaban dari kaca rias didepannya.

***

Seperti api dan air, begitulah gambaran Delano dan Athes. Tidak ada yang menyapa sejak bertemu.

Atmosfer yang begitu kelam mengusik kedamaian Lander. Raja dari Grassia tersebut membisikkan kepada prajuritnya untuk membawa penari-penari terbaik Grassia kedalam ruangan.

Tidak lama kemudian, muncullah beberapa wanita dengan pakaian minim dan bercadar. Lekukkan tubuh para wanita didepan sana tersuguh sempurna nyaris tanpa cacat. Gerakan yang begitu lembut dan memukau. Hanya saja, cuma Lander yang menikmati pertunjukkan itu.

"Ratu Thanasa memasuki ruangan."

Sempat hening tapi Thanasa memberi isyarat kepada pemusik dan penari untuk melanjutkan aksi mereka. Suasana kembali diiringi alunan melodi.

Menunduk sedikit, Thanasa menyapa Athes hormat. "Selamat datang, Raja Athes." Sedetik kemudian Thanasa mengangkat kepala kembali. Ia bertatapan langsung dengan Athes dan memberi senyuman manis nan tulus. Athes yang disambut sedemikian langsung membalas ramah dan tersenyum. Sedangkan disebrang bangku, pandangan mematikan sudah tertuju jelas pada lelaki disana yang sangat berani melihat wajah istrinya.

"Terima kasih, Ratu Thanasa. Aku tidak tahu kalau kau masih berada di Grassia."

Bibir kanan Thanasa terangkat. "Benarkah? Tidak mungkin kan seorang Raja seperti dirimu tidak tahu informasi ini?"

Athes menatap Thanasa penuh minat. Tidak ada yang berani bicara frontal tanpa basa-basi seperti gadis didepannya ini. Terbilang sangat muda untuk Thanasa yang tidak takut menghadapi seorang Athes. Dimata Athes, Thanasa seorang gadis yang energik, pintar, berani, dan menarik. Sangat langka.

Bukankah sangat disayangkan jika Athes melepaskannya?

"Bagaimana jika aku bilang kesini karena ingin membawa mu?"

Tertawa sarkas, Thanasa memandang Athes dengan menantang. "Apa kau tidak takut dengan omongan tentang Raja yang menikahi istri orang lain?"

"Memangnya siapa yang berani mengatakan hal tersebut?"

Thanasa menggeser pandangan ke pedang Athes. "Bagaimana jika ku ubah pertanyaannya?"

"Silahkan."

Atensi gadis itu kembali pada safir hijau didepannya. "Apa kau tidak takut membawa istri dari Raja Altair?"

Tersenyum tipis, Athes melirik kebelakang dimana Delano sedang berada. Rupanya lelaki itu masih setia mengawasi dirinya dan Thanasa.

"Memangnya sehebat apa Raja Altair?" Selesai dengan kalimat terakhir. Kaki Athes langsung mengarah kepada seorang pria dengan tampang dingin yang tengah duduk siap memegang sarung pedang.

Delano bangkit dari tempat duduk, menatap Athes. Semua hiburan terhenti tatkala kedua Raja yang terkenal kejam dan dingin saling berhadapan.

Semuanya bergeming, tidak ada yang ingin mengambil resiko. Kehadiran Delano sebulan ini saja sudah membuat orang-orang was-was, apalagi ditambah sosok seorang Athes.

Mengulum senyuman iblis lalu menatap sombong kearah Delano. Thanasa memulai pembicaraan dan hampir semua penghuni disana dapat mendengarnya. "Raja Athes ingin membawa ku sebagai Ratunya di Karstan. Apa kau setuju?"

Mata Delano mendelik seolah-olah bertanya apa yang barusan Thanasa bicarakan? Apa gadis itu tidak waras?

"Ratu mu bertanya padaku tadi." Netra hijau hutan saling bertumbuk dengan netra hitam. "Ia bertanya apakah aku tidak takut membawa istri dari seorang Raja Altair?"

"Apa tujuan mu membawa Ratuku?"

Keadaan semakin pelik, mereka yang ada disana rasanya ingin segera lari dan berharap tidak melihat apapun hari ini. Termasuk Lander selaku tuan rumah juga mulai merasa tidak kondusif. Ia melihat bagaimana Athes dan Delano saling memberi kesan gelap dan menakutkan diruangan ini.

"Aku menyukainya."

Segera saja Delano menarik pedang dan menujukkan benda tajam itu tepat dikening Athes. Sebagian wanita disana teriak histeris lantaran kaget. Sedangkan beberapa diantaranya ada prajurit dari Altair dan Karstan yang reflek menodongkan senjata untuk melindungi Raja mereka masing-masing.

"Aku tidak peduli Kerajaanmu sebesar apa. Tapi jika kau berani membawa Ratuku, aku tidak akan ragu menyatakan perang dengan Karstan."

Sudut bibir Athes tertarik, ia menoleh pada Thanasa. "Ratu Thanasa, kau akan memilih siapa?"

Mata Delano bergerak ke Istrinya. Orang-orang juga menunggu jawaban  dari Ratu Thanasa yang berhasil mengacaukan suasana hati kedua Raja terhebat.

Berjalan dengan langkah pasti tanpa gugup. Thanasa mendekat ke Delano. Menatap lumayan lama, kemudian mengangkat suara.

"Aku akan kembali ke Altair jika kau sanggup memenuhi syaratku. Pertama, asingkan Lilia beserta anaknya diluar wilayah Altair. Kedua, cabut status Kerajaan Lilia dan anaknya. Ketiga, anak Lilia tidak akan pernah naik tahta menjadi seorang Raja." Permintaan Thanasa membuat banyak orang tercengang dan kaget.

Menatap tajam, Thanasa kembali berbicara. "Apa kau sanggup Yang Mulia?"

Cerita ini akan happy ending.

Thanasa akan punya anak.

Enaknya cowok atau cewek anaknya Thanasa?

Continue Reading

You'll Also Like

275K 10.3K 8
Kumpulan tips-tips yang cukup menarik untuk dipelajari oleh semua penulis Wattpad
920K 88.5K 30
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
612K 38.2K 64
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...
14.9K 1K 9
Seorang anak berumur 14thn yang hidup sebatang kara. Hidupnya berubah 180° ketika dirinya bertemu dengan seseorang dirumah temannya lalu mengangkat n...