Eccedentesiast

By ArunikaRinjani__

8.1K 694 17

Orang yang menyembunyikan tentang banyak hal dengan senyumannya, entah itu rasa sedih, trumatis atau bahkan d... More

ASING
Beku
Tiga Sekawan
Hangat di Sisimu
Illusi
Akad
Attention !!!
Family Time
My Crazy Brother
Irisa Day
Siapa Kamu di Hatiku?
Benci Dengan Perasaan Ini
Seseorang Sepertimu
Matahariku
Broken Home Story
Ragu
Bestie
Pengumuman
Perasaan Yang Rumit
Jera
Terkapar
Koma
Cinta Pertama
Hampa
Pulang kemana lagi?
Ego
Benci
ATTENTION
Arti Rasa
Persamaan
Menolak Terjatuh
Luka Lama
Intermittent explosive disorder
Keindahan hatimu
Psikoterapi
De Javu
Kobaran api cemburu
Hal Kecil
Peresmian
Kembali lagi
Tugas akhir dan Kejutan
Keresahan
Pesan bunda
Melepaskan
Akankah pupus?
ATTENTION
Tragedi penculikan
Pencarian Hari Pertama
Pencarian Hari Kedua
Pencarian Hari Ketiga
ATTENTION !!!
Pencarian Hari keempat
Pencarian Hari kelima
Ledakan Amarah
Flashback
Rindu akan temu
Perubahan
Post Traumatic Stress Disorders
Tenang Tapi Sepi
Tongkrongan Baru & Konspirasi Dunia
Artis Dadakan
Pernyataan yang menyakitkan
Hampir kelewat Batas
Sengaja Menghilang
Masih Sama
Penantian
Sunset
Pagi Hari yang Cerah
Akhir dari Perjuangan
Rencana Kedepan
Impian bersama
LDR
Sunset Sanur Beach
H-4
Sosok Ayah
Hari Bahagia
Tak pantaskah untuk bahagia?
Inilah Hidupku yang Berantakan
Pergi
Akhir Rasa Sakit
ATTENTION

Penyesalan

89 7 0
By ArunikaRinjani__

Seperti halnya rasa bahagia, kita semua juga punya hak untuk merasakan rasa sedih. Namun jangan terlalu berlarut, ada masanya kita juga harus bangkit dan kembali tersenyum. Masih banyak kebahagiaan yang menanti, masih banyak skenario yang indah belum diperani.

Hari ini devina sudah diperbolehkan untuk pulang, karena kondisinya sudah membaik. Bundanya devina pun juga sudah sampai rumah sakit sejak subuh tadi.

"Bun, bang angga mana?. Kok dari tadi gak kelihatan?". Tanya devina yang duduk di kursi roda yang di dorong feby.

"Kuliah dev, gimana sih kamu".

"Lha terus rio mana?".

"Emm...kemana ya feb si rio tadi?". Tanga friska ke feby.

"E.. ke.. ke toilet keknya dev".

"Ke toilet masag lama banget sih feb".

"Yaudah gue susulin sebentar ya dev kalo gitu". Feby pun mencari rio yang sedari tadi tidak terlihat batang hidungnya.

"Halo ri, lo dimana sih. Dicariin devina geblek".  Ujar feby yang menelfon rio di sebuah bangku menuju kamar yang kemarin di tempati devina.

"Aduh bro, ini si bang angga mau tempur sama andrian".

"Ya terus gue mau omong apa sama devina".

"Ya serah lo cari aja alesan. Otak gue lagi butek".

"Ya masag gue bilang kalo lo ikut bang angga tempur sama andrian sih bego banget".

"Apa feb?". Ujar devina yang tiba - tiba menghampiri feby bersama bundanya lalu dia terkejut saat mendengar ucapan feby barusan.

"Halo, woii feb. Itu suara devina. Geblek banget sih lo. Kalo sampe dia ta...". Feby pun mematikan telfonnya dan terlihat sangat gugup.

"Feb, jawab. Bang angga sama rio sekarang dimana. Jujur feb".

"Emm.. gue.. gue bisa jelasin dev".

"Sekarang anterin gue ke kampus sekarang". Ujar devina dengan nada penuh penekanan.

"Dev... tapi.. tapi...".

"Gak ada tapi - tapian feb. Anter gue sekarang".

"Dev, kan kamu lagi sembuh pulang aja yuk". Ujar friska sambil merayu devina agar menuruti kata bundanya.

"Bunda tau kalo bang angga sama sio mau berantem sama kak ian?".

"Bunda gak tau dev, tadi bilangnya si angga mau kuliah terus rio katanya mau nyari makan. Bunda juga gak tau masalah kalian ini apa. Kan bunda juga baru pulang dari luar kota".

"Bun, anter aku ke kampus sekarang bun plisss". Ujar devina sambil memohon kepada friska agar mengantarnya ke kampus.

"Tapi kamu baru sembuh dev".

"Bun, ini itu masalah devina belum kelar. Dan sekarang bang angga sama rio yang mau kelarin. Devina gak mau mereka berantem bun".

"Tapi masalahnya apa sih dev".

"Aduh ntar devina jelasin bun, sekarang pokoknya anter devina ke kampus".

"Bentar dev, ada telfon dari kantor". Friska pun mengangkat panggilan masuk dari HP nya.

"Iya, pokoknya kamu urusin sebentar klien kita".
"Iya,tapi ini putri saya baru keluar dari rumah sakit. Masag kamu gak bisa handle sih".
"Yaudah yaudah ntar saya kesana 15 menit lagi".

"Urusan kantor lagi ya bun".

"Iya dev, maafin bunda ya. Bunda harus ke kantor untuk meeting sama ngerjain tugas yang kemarin belum selesai juga". Ujar friska sambil membelai rambut devina.

"Yaudah bunda urusan aja kerjaan bunda, biar devina dianter feby aja ke kampus".

"Kok kamu gitu sih dev".

"Gitu gimana bun? Yaudah yuk feb anter gue sekarang". Feby pun mendoring kursi roda devina dan berjalan meninggalkan friska yang masih mematung disana.

Mereka berdua memesan taxi dan segera menuju kampus. Padahal kondisi devina belum cukup membaik untuk melakukan aktivitas. Dia masih membutuhkan istirahat agar staminanya kembali pulih.

Sesampainya di kampus, devina mencari - cari keberadaan angga dan rio. Dia masih mengenakan baju tidur berwarna biru donker dan rambut yang diurai acak -  acakan.

"Dev, lo yakin mau masuk kampus pake pakaian kek gini. Gue yang malu lu dilihatin orang kek gini njir". Bisik feby yang sedari tadi melihat orang - orang yang memperhatikan mereka.

"Bodoamat. Lu telfon rio deh. Dimana tu orang. Jangan bilang gue sama elu. Bilangnya gue udah pulang. Dan lo nyusul dia kesini". Ujar devina sambil berjalan bersama feby menuju ke kelasnya.

"Ga diangkat dev".

"Coba terus sampe diangkat".

Sesampainya di depan kelas devina, dia bertemu arsatya yang kebetulan papasan disana.

"Loh, dev. Lo... kok.". Ujar arsatya terkejut melihat devina dengan kondisi seperti itu.

"Kak ian mana?". Tanya devina tanpa basa - basi.

"Eh, dev lo ngapain kesini. Emang udah sembuh?". Tanya wikan yang baru saja keluar dari kelasnya.

"Tau bang angga sama rio gak kesini?".

"Oh iya tadi dia nanya ke gue kelasnya andrian dimana".

Tanpa basa - basi devina pun segera berjalan menuju ke kelasnya andrian. Sesampainya disana devina tak melihat keberadaan andrian maupun angga dan rio.

"Eh, devina. Lo...". Ujar irisa terkejut melihat devina berpenampilan seperti itu.

"Ngapain lo. Tunangan lo mana?". Ujar devina dengan ketus.

"Kok lo gitu sih dev.. gue..".

"Gak usah basa - basi. Mana si andrian!".

"Dev, lo sabar dulu napa. Kasihan anak orang lo bentak - bentak". Ujar feby dengan suara lirih.

"Dev, dev. Mending sekarang gue anter lo pulang yuk". Rayu arsatya yang tidak tega melihat kondisi devina saat ini.

"Lo gak usah ikut campur napa sih kak!".
Baru kali ini arsatya dan wikan melihat devina benar - benar tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik.

"Eh, bryan lo mau kemana?". Arsatya menarik tangan bryan yang terlihat buru - buru sekali.

"Andrian mau gelud bro. Loh... devina. Lo ngapain kesini". Bryan pun terkejut melihat devina disana.

"Andrian mau berantem sama bang angga? Iya? Dimana dia sekarang. Jawab!!"

Semua yang ada disana hening. Tak ada yang melontarkan sepatah kata pun melihat devina yang nampak sangat emosi.

"Kok pada diem. Kak bryan jawab dimana bang angga sekarang!!".

"Ikut gue sekarang". Bryan pun pasrah dan akhirnya merekapun mengikuti bryan dari belakang.

Sesampainya di rooftop kampus ternyata mereka sudah babak belur dan ada marsel, arsen, william juga iskak yang melerai mereka namun angga masih tetap memukuli andrian seperti orang kesetanan.

"Bang angga cukup!!!!". Teriak devina membuat mereka menoleh ke sumber suara dan angga pun berhenti memukuli andrian yang sudah tak berdaya dan tergeletak disana.

"Devina". Ujar angga lirih dan terkejut melihat dia ada disini.

"Udah bang cukup. Lo kenapa sih mukulin dia. Gak guna juga bang lo ngelakuin ini semua". Ujar devina sambil menarik tangan angga.

"Dia udah brengsek dev nyakitin elo sampe lo masuk rumah sakit gara - gara siapa. Gara - gara dia kan".

"Ya tapi lo gak perlu mukulin dia sampe kek gitu. Lo mau bikin dia mati!".

"Kalo iya emang napa dev. Dia udah..".

"Plakkkkk". Tangan devina mendarat dengan keras ke pipi kanan angga yang terlihat sudah memar.

"Gue gak pernah lihat lo kek gini bang. Bang angga yang gue kenal gak pernah jahat sama orang, gak pernah emosian kek gini. Gak pernah punya dendam sama siapapun. Tapi kenapa lo malah..".

"Lo gak tau dev! Dia yang udah memperkosa pacar gue. Sampai pacar gue hamil dan bunuh diri dari jatuh dari gedung. Apa lo tau betapa sakitnya liat orang yang kita cintai dibikin sakit dan hidupnya hancur gara - gara orang kek anjing macam dia".

Devina pun terdiam, dan orang - orang yang ada disana pun juga terdiam dan menyaksikan amarah kedua adik kakak ini.

"Itu sebabnya dari awal gue larang lo deket sama dia. Harusnya lo ngerti tanpa gue kasih tau. Setiap larangan gue selalu lo turutin tapi kenapa ini enggak. Soalnya lo udah jatuh cinta sama cowok brengsek ini kan!".

"Ya mana gue tau bang tau kalo dari awal abang gak jelasin semua ke gue. Abang dulu juga bilangnya pacar abang bunuh diri dari gedung tapi abang gak jelasin konflik masalahnya apa".

"Aghhhhhhh...!!!!". Angga pun teriak muak dengan situasi dan kondisi saat ini hingga membuat devina takut.

"Dev, lo mimisan". Ujar angga panik melihat devina tiba - tiba mimisan. Devina pun baru sadar dan kepalanya pun terasa pusing.

"Dev, lo gak papa kan". Rio pun mendekat dan brukkkkk  devina pun pingsan di pelukan rio.

"Dev, devina. Bangun woi". Teriakan dari teman - temannya tak membuat devina sadar. Akhirnya merekapun membawa devina kembali ke rumah sakit.

Sesampainya disana angga masih tak bisa meredam emosinya. Dia memukuli tembok rumah sakit hingga tangannya ikut memar.

"Bang, udah lo kontrol dulu emosi lu. Ini di rumah sakit. Sekarang lo pikirin dulu kondisi devina. Lo jangan mikirin ulang masa lalu lo yang dulu. Udah lupain bang". Rio mencoba menenangkan angga.

"Ya gimana gue gak emosi sih ri. Kalo ketemu andrian gue selalu inget indri. Emang bangsat tu orang. Nyakitin 2 orang yang paling gue cintai dalam hidup gue".

"Nih bang minum dulu". Ujar feby sambil memberikan air mineral ke angga dan juga rio.

"Oh iya. Bunda mana ri?".

"Lah, mana gue tau. Bunda kemana feb?".

"Tadi katanya ke kantor ngurusin kerjaan sama meeting".

"Bunda emang selalu sibuk kek gini bang? Sampai gak ngurusin devina?". Tanya rio.

"Ya emang kek gitu kali ri dari dulu".

"Eh bang mending itu luka lo diobatin dulu deh. Bonyok semua tuh muka". Ujar feby sambil mengamati muka angga yang memar.

"Bener lu feb. Sono minta P3K sama suster". Ujar rio menyuruh feby.

"Yaudah ntar ya bang gue ambilin". Feby pun beranjak pergi mengambil P3K milik rumah sakit. Tak lama kemudian dia mengobati luka di muka angga yang mulai keungu - unguan.

"Lu pada laper gak?". Tanya rio.

"Laper sih ri tapi gak minat buat makan". Ujar angga sambil meringis kesakitan saat diobati feby.

"Yaudah gue cari makan dulua ya. Lo mau apa feb?".

"Tumben baik. Gue apa aja dah yang penting enak".

"Yaudah gue keluar dulu ya".

"Aduh feb pelan - pelan napa sakit tau".

"Ini juga pelan - pelan bang".
"Kapan lagi gue mandang wajah bang angga sedeket ini". Batin feby sambil menatap tajam mata angga.

"Woii, bengong lagi. Ngapain lu feb mandangan gue kek gitu".

"Eh, udah selesai bang".

"Makasih ya feb".

"Bang, mau nanya".

"Nanya apa?".

"Emang sekarang bang angga gak punya cewek?".

"Enggak". Jawab angga sambil menyunggingkan senyum di bibirnya.

"Kenapa?".

"Belum ada yang bisa gantiin indri di hati gue feb".

"Segitu cintanya ya bang lu sama almarhum pacar lu?".

"Lu bayangin aja feb 8 taun gue sama dia, banyak banget kenangannya. Udah ngerencanain mau ngelamar dia waktu dia wisuda nanti. Eh, gak taunya alurnya bakal kek gini".

"Percaya deh bang. Lu bakal nemuin lagi yang bisa bikin lo jatuh cinta lagi".

"Kalo gue udah nemu gue janji bakal jagain dia. Bener - bener gue jagain feb".

Selang beberapa menit rio datang dengan membawa beberapa kantong plastik berisi makanan.

"Lama banget lu ri". Ujar feby.

"Lha katanya lu minta yang enak. Ya gue cariin yang enak lah".

"Baik banget sih". Ujar feby sambil tersenyum kearah rio.

"Yaudah bang lo makan dulu deh. Jaga kesehatan lo  juga".

"Iya iya ri". Angga pun terpaksa makan meski sedari tadi dia tidak minat untuk makan.

Tak terasa waktu sudah menjelang malam. Mereka masih setia menemani devina yang belum kunjung sadarkan diri. Wikan, arsen, arsatya, bryan, marsell pun datang untuk menjenguk keadaan devina yang masih terkapar di kasur rumah sakit.

"Dev, bangun dong. Gue gak bisa liat lo kek gini". Ujar angga sambil memegang tangan devina.

"Ngga, gimana kondisi devina". Ujar friska yang baru saja datang dari kantor.

"Bunda dari mana aja sih. Ngerti devina kek gini malah sibuk mulu sama kerjaan. Kasih waktu sedikit aja bun buat devina. Sekarang masa - masa kek gini devina juga butuh kasih sayang dari seorang ibunya. Gakpapa bunda gak punya waktu buat angga tapi tolong. Kasih waktu untuk lebih lama sama devina. Selama ini bunda gak tau apa yang devina rasain, apa yang devina pendam sendiri". Ujar angga penuh penekanan dan sambil menahan emosi".

"Maafin bunda ngga, bunda gak tau. Bunda berasa gagal menjadi seorang ibu. Bunda..".

"Udah cukup bun, sekarang kita berdo'a aja semoga devina segera sadar".

Friska menangis dan menyesal melihat kondisi devina saat ini. Dia duduk di sebuah kursi sambil menangis memegang tangan devina. Dia merasa bersalah selama ini tidak memiliki waktu untuk mendengarkan keluh kesah apa yang di rasakan devina.

"Mohon maaf, keluarga devina?". Tanya dokter yang baru saja masuk ke kamar inap devina.

"Saya dok. Ibunya".

"Bisa keruangan saya sebentar?". Friska pun menuju ke ruangan bersama dokter erik yang selama ini merawat devina.

"Bu, setalah tes dari labolatorium yang keluar. Ternyata devina memiliki cedera otak dikepalanya. Yang menyebabkan gangguan peredaran darahnya dan harus segera dioperasi. Apakah sebelumnya devina pernah jatuh mungkin atau kepalanya terbentur benda keras?".

"Saya gak tau dok. Selama ini saya sibuk kerja dan saya taunya kondisi devina baik - baik saja". Ujar friska sambil menahan tangis dan perasaan yang sudah campur aduk.

"Jadi gimana bu?. Kapan devina bisa dioperasi?".

"Secepatnya dok".

"Baiklah, saya akan melakukan operasinya besok pagi. Dan biaya administrasinya bisa ditanyakan di ruangan administrasi".

Friska pun keluar dari ruangan dan duduk di depan bangku dengan kondisi lemas mendengar devina harus dioperasi.  Padahal sebelumnya devina baik - baik saja.

"Gimana bun? Apa kata dokter?". Tanya angga yang baru saja menghampiri friska.

"Devina harus dioperasi ngga". Ujar friska yang sudah tak kuasa menahan air matanya sejak tadi. Angga pun memeluk ibunya dan mencoba untuk tetap tenang dan menahan air matanya agar tak terjatuh.

"Bagaimana bisa devina dioperasi?. Sejauh ini devina cuma kelelahan fisik, dan dia cuma sering ngeluh pusing bun. Dan keesokkannya pun dia kembali membaik".

"Kata dokter  ada cedera di otaknya devina yang mengganggu peredaran darahnya. Makanya untuk itu secepatnya devina harus segera dioperasi. Bunda gak mau kehilangan putri satu - satunya di keluarga kita ngga".

"Kita gak akan kehilangan devina bun. Angga bisa jamin devina akan baik - baik saja. Angga tau devina anaknya kuat bun".

Waktu menunjukkna pukul 22 : 00 WIB. Mereka masih di luar kamar devina.

"Kalian mending pulang aja deh, udah malem soalnya". Ujar angga kepada teman. - temannya devina.

"Yaudah bang kita pamit dulu ya. Besok kita kesini lagi kok mumpung libur". Ujar arsen.

"Makasih ya sen, kan, sat, yan dan lu sel udah nyempetin kesini jenguk adek gue".

"Santai aja deh ngga, kaya sama siapa aja". Ujar marsell sambil menepuk - nepuk pundak angga.

"Yaudah kita pulang dulu ya". Ujar marsell sambil berpamitan dengan yang lainnya.

"Lo gak pulang feb?".

"Jujur gue juga capek bang, gue ikut pulang ya".

"Yaudah sono pulang. Jaga kesehatan lo juga". Ujar rio.

"Iya feb. Makasih juga udah nemenin devina sejauh ini". Ujar angga saambil mengacak - acak rambut feby.

"Iya bang santai aja. Yaudah ya bang, ri, bunda. Feby pamit pulang dulu".

"Hati - hati ya feb". Ujar friska dengan lembut.

Continue Reading

You'll Also Like

37.4K 3K 41
Dia tersenyum untuk menutupi duka, tertawa untuk menutupi luka dan pura-pura terlihat bahagia di depan semua orang. Ini kisah dia Laut yang memiliki...
378 124 5
proses mencairnya es kutub utara
3.5M 253K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
Kanara'z By

Teen Fiction

806 77 7
___USAHAKAN FOLLOW DAN VOTEā­___ Ini kisah tentang Kanara zivana Arendra. Sosok perempuan yang selalu menyembunyikan lukanya. Kana yang selalu terseny...