[Fin] 3676 Mdpl | tk

By moujeons

173K 25.2K 4.6K

Semeru; ketinggian 3676, Ranu Kumbolo, dan Taehyung Alfanio. Please read these tags carefully!! [Local fanfic... More

Mahameru -1
Mahameru-2
Mahameru -3
Mahameru - 4
Mahameru - 5
Mahameru - 6
Mahameru - 7
Mahameru - 8
Mahameru - 9
Seri Dokumentasi Mahameru
see you later!
[S2] Opening
Janji Mahameru - 1
Janji Mahameru - 2
Janji Mahameru - 4
Janji Mahameru - 5
Janji Mahameru - 6
Janji Mahameru - 7
3676 Mdpl
3676 - END.
side story - 1
Side story - 2

Janji Mahameru - 3

5.7K 1.1K 273
By moujeons

You tell me that i'm what you've always wanted. But lately love, if i'm being honest. I think your promise are built to break.
“So just let go if you can't say you'll stay.”

[Say you'll stay - James Smith]

___
••••

Jungkook itu keren.

Kata beberapa mahasiswa yang ditanyai perihal Jungkook. Posisinya menjadi ketua BEM benar-benar didukung penuh oleh sebagian besar mahasiswa di universitasnya. Terlebih ketika Jungkook orasi mati-matian saat demo tahun lalu. Kala itu masih masa-masa awal ia baru menjabat. Begitu pula akan kecakapannya ketika mengikuti rapat umum bersama rektor beserta jajarannya.

Selain itu, Jungkook juga berprestasi. Namanya semakin membumbung tinggi setelah video dokumenter pendakian Semeru tersebar luas. Terlebih dengan berbagai karya seni yang ia tampilkan di setiap kesempatan. Karyanya indah. Lukisan sederhana ataupun rumit yang memiliki banyak arti di dalamnya. Bahkan, saat itu ada dua dosen yang memesan lukisan secara khusus pada Jungkook. Tentunya dengan bayaran yang lumayan.

Puluhan sertifikat yang Jungkook punya juga jelas akan mempercantik curiculum vitae untuk melamar pekerjaan nanti. Meski sampai saat ini ia belum tau cita-citanya yang pasti.

Jungkook itu Boyfriend goals, katanya.

"Jung!"

Jungkook sontak terkejut saat Mingyu menepuk pundaknya secara tiba-tiba. "Kaget, anjing."

"Hahaha, sori," Mingyu tertawa. Jika Jungkook sampai mengumpat seperti itu berarti ia memang tidak main-main.

"Lo ngapain di departemen gue? Gedung lo kan jauh," Tanya Jungkook dengan kernyitan tipis di dahi.

"Nemenin Younghoon tuh. Mau bahas apaan tau sama si Sejun,"

"Oh,"

Mingyu memposisikan dirinya untuk duduk di sebelah Jungkook. Kini mereka tengah berada di kantin fakultas kehutanan.

"Gyu, lo nggak malu apa jalan-jalan dan numpang jajan di kantin fakultas orang?" Jungkook bertanya setelah melihat tangan Mingyu yang tidak kosong. Ada segelas es teh yang Jungkook yakini milik kantin fakultasnya.

"Yaelah ngapain malu? masih di univ yang sama juga. Kalo tiba-tiba gue jalan ke kampus Brawijaya baru malu-maluin,"

"Hn," Jungkook hanya bergumam pelan untuk menanggapi.

"Ngomong-ngomong tentang Brawijaya— gue mau tanya nih sama lo,"

Sedikit terkejut, tapi Jungkook segera membuang muka. "Apa?"

"Di Brawijaya ada kantin Mpok Nia nggak ya— GOBLOK!" Mingyu mengusap lengannya yang dicubit Jungkook dengan keras. Tau kan rasanya dicubit menggunakan kuku dan diputar 180 derajat?

"Tolol banget? Udah ah, sana balik aja ke habitat asli," Jungkook membuat gestur mengusir.

"Galak banget Pak Ketua. Serius nih gue anying,"

"Yang bercanda duluan siapa, dih?"

"Iya maap." Mingyu mendengus kasar sebelum menggerakan paksa kepala Jungkook agar menghadapnya.

"Apa sih!?"

"Liat gue dulu!"

"Udah. Banyak ketepnya,"

"Astaga.. Nggak jadi ah, lupa mau ngomong apa."

"Ih anjir, kasih tau nggak!?"

"Lo ada apa-apa ya sama Bang Taehyung?"

Jungkook menatap Mingyu dengan kedua mata yang terbuka lebar. Mengernyit dengan lidah yang sedikit tercekat. "Hah?"

Mingyu tertawa pelan. Tangan yang awalnya memegang gelas kaca, kini teralih untuk bertumpu pada meja. "Hah apanya?"

"Apaan sih lo," elak Jungkook sembari bersedekap. "Kenal aja nggak,"

"Halah— gue tau dalem hati lo lagi panik nggak karuan," Mingyu menebak yang sialnya memang benar adanya. Jungkook diam-diam menekuk semua jari kakinya untuk menghilangkan rasa panik. "Dibilang nggak kenal. Cuma tau nama doang, kayak biasanya kalo ketemu orang mendaki,"

"Jung, jangan bohong sama gue. Gue nggak bermaksud ikut campur, gue juga punya kesimpulan kayak gini tanpa dibantu siapapun. Serius, gue bahkan belum cerita ke Yugyeom dan yang lain."

"Nggak, Mingyu."

"Lo tau? Dulu saat rombongan Bang Taehyung mau balik, dia liatin lo lama banget pas masih tidur di basecamp. Dia bilang ke gue 'temen setenda dia emang nggak gemes ya?' dan gue cuma ketawa aja waktu itu,"

"Kok lo nggak bilang?"

"Buat apa? Tadi lo bilang katanya nggak kenal?" Ucap Mingyu. Dalam hati ia menggumam banyak hal atas persepsi yang ia buat. Lama saling terdiam, Mingyu akhirnya dihampiri oleh Younghoon. Urusan sudah kelar katanya. Mereka berniat untuk kembali ke fakultasnya.

"Jungkook? Gue sama Mingyu duluan," Pamit Younghoon. Mingyu sendiri tidak mengatakan apapun. Hanya menepuk bahu Jungkook dua kali dan lantas pergi menjauh.

Bingung.

Jika dipikir-pikir rasanya melelahkan juga harus menahannya seorang diri.

Apa mungkin ia memang harus berbagi cerita dengan Mingyu?

[Send a message to Mingyu]

___
••••


1 November 2022

Hujan turun dengan deras. Terdengar bunyi rintik hujan yang begitu gencar bersahutan di atap kontrakan Jimin. Sudah hampir seminggu ia tinggal sendiri. Taehyung sudah pindah ke Bogor setelah beberapa waktu mencari kontrakan baru. Kesepian jelas. Apalagi mereka memang sudah terbiasa selalu bersama. Rasanya aneh jika tidak lagi melihat entitas satu sama lain.

Akhir-akhir ini komunikasinya dengan Jeongyeon juga sangat berantakan. Keduanya sibuk. Jimin penuh ambisi saat bekerja untuk menaikkan pangkat, sedangkan Jeongyeon seringkali lembur karena perusahaan tempatnya bekerja tengah memperluas cabang.

Jimin benar-benar merasa sendirian di kota besar ini. Untuk membuka diri pada orang baru, Jimin belum mau. Selain karena ia tidak mudah akrab dan berbaur, rasa was-was juga menjadi faktor utama. Ia pernah mendengar pengalaman dari teman waktu SMA yang bekerja di kota. Temannya itu mengaku dekat dengan seseorang dan setelah percaya sepenuhnya, ia ditipu. Uangnya ludes tak bersisa. Oleh karena itu, Jimin takut karena ia adalah tipe orang yang overthinking.

Menghembuskan napas pelan, Jimin beranjak dari ruang tamu menuju kulkas. Niatnya ingin mengambil beberapa makanan ringan, tapi ternyata isi kulkas tidak sesuai dengan ekspektasi. Hanya ada dua butir telur, satu botol besar air mineral, sebungkus sosis di freezer, dan sebuah apel—pun sudah mulai membusuk.

Tak ada pilihan lain, Jimin memutuskan untuk menyeduh kopi hangat. Biar saja ia membeli makanan nanti malam, ketika hujan sudah reda.

Ia kembali melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Namun, saat akan duduk, ia mengurungkan niatnya dan lebih memilih untuk membuka pintu. Ada dua kursi kayu di depan rumah. Jimin memilih untuk duduk di sana. Biasanya ada Taehyung yang menemaninya, tapi kini ia sendiri. Mungkin, Taehyung juga tengah merasakan hal yang sama di Bogor.

"Jeongyeon," Gumam Jimin pelan. Dalam hatinya ia terkekeh. Dulu Jeongyeon itu tomboy sekali. Rambutnya tidak pernah panjang. Saat teman-temannya memakai gaun ke pesta, ia malah memakai celana jeans robek-robek. Saat temannya pergi ke salon atau membeli make up, ia malah pergi ke tempat bowling atau menonton futsal.

Tapi saat Jimin ajak main futsal, gadis itu menolak. Takut bola katanya.

"Tolol," Kata Jimin saat mengingat hal itu. Akhirnya ia memutuskan untuk mendial nomor Jeongyeon di ponselnya. Ia hampir menekan tombol panggilan sebelum ujung matanya menangkap bayangan manusia yang keluar dari rumah sebelah.

"Loh?"

Jimin melihat ada gadis memakai hoodie yang tengah berdiri di depan jendela rumah. Ia sedang mengikat rambut.

"Perasaan yang tinggal di situ tante-tante deh? Kok?" Jimin mengernyit. Pasalnya ia belum pernah melihat gadis itu di rumah sebelah. Mata Jimin menyipit guna memperhatikan wajah gadis itu lebih jelas lagi. Rintik hujan yang masih deras membuat penglihatannya juga buram.

"Eh? Bentar," ucap Jimin saat gadis itu menoleh dan tepat menatap ke arah matanya. "Seulgi?"

___
••••


Jungkook pusing. Ada banyak sekali berkas yang harus ia siapkan untuk mengakhiri masa jabatannya sebagai ketua BEM. Memerlukan berbagai laporan yang tentunya tidak sedikit untuk ia kumpulkan. Masalahnya, printer di kosan sedang tidak bisa diajak berkompromi. Rusak dan entah apa penyebabnya.

Mau tidak mau, malam ini ia harus pergi ke foto copy untuk numpang nge-print. Meski masa akhir jabatannya itu masih bulan depan, tapi Jungkook ingin mempersiapkan semuanya agar nanti bisa mengejar ketertinggalan materi kuliah.

Kebetulan malam ini free. Ia jadi leluasa meninggalkan kosan tanpa tanggungan tugas yang mengharuskan ia pulang dengan cepat.

Berbekal map cokelat, hoodie hitam kebesaran, dan motor hadiah dari Ayah, Jungkook berkendara di tepian kota. Memandangi gemerlap kota Bogor yang masih terlihat ramai meski matahari tak lagi tampak.

Jarak tempat foto copy tidak jauh dari universitasnya. Hanya membutuhkan waktu 5-10 menit untuk sampai di sana.

"He? Jungkook?"

Jungkook yang awalnya masih membenarkan rambut melalui kaca spion langsung mendongak. Mendapati Jisoo yang berdiri mematung di depan foto copy.

"Oi, Ji. Ngapain lo?"

Jisoo memutar bola matanya malas. "Ya lo pikir? Jualan kolor?"

"Santuy, dong. Biar keren kayak gue,"

"Dih? Nggak ada hubungannya ya, Saipul?" Kata Jisoo. "Gue tebak, printer lo rusak ya?"

"Tau aja. Udah sana minggir!"

"Eitsss—" Jisoo merentangkan tangan kanannya ketika Jungkook berusaha untuk masuk. Padahal Jungkook bisa dengan mudahnya menyingkirkan Jisoo, tapi ia malah terdiam tanpa ada usaha untuk mengelak. "Kenapa? Mau apa lo sama gue?"

"Hehehe, tau aja."

"Hihihi, tii iji,"

"Jungkook yang ganteng, anterin gue balik dong!? Gue ngegojek tadi,"

"Ya kenapa nggak minta dianter abang gojek lagi?"

"Tau sendiri gue mahasiswa tua yang haus duit? Lo sih mending ada kendaraan sendiri," Jisoo berucap sebal. Tangannya masih menghadang jalan Jungkook sebelum pemuda itu mau mengiyakan ajakannya.

"Ck. Nyusahin lo, ah. Gue nitipin ini dulu. Minggir!"

"Nah gitu, dong. Hehehe,"

Jungkook hanya mencibir. Ia berbincang sejenak pada pemilik foto copy jika pekerjaannya akan ditinggal sebentar. Dengan harapan saat kembali nanti berkasnya sudah diselesaikan.

"Ayam geprek satu porsi," Celetuk Jungkook sembari menyalakan mesin motor. Tangannya dengan lihai mengarahkan motornya agar berbalik arah. Untungnya kosan Jisoo tidak jauh dari sini.

"Yeee, sama aja bohong."

"Bercanda. Cepet naik!"

Di perjalanan keduanya tidak ada yang berniat membuka pembicaraan. Sibuk memandangi jalanan basah akibat sisa hujan tadi sore. Sebenarnya jika Jisoo perhatikan lebih jauh, Jungkook ini sedikit berubah. Namun, ia juga tidak bisa mendeskripsikan perubahan itu.

"Jung?"

"Apa?"

"Lo foto copy apaan?" Tanya Jisoo penasaran.

"Laporan kerja,"

"Loh? Cepet amat. Bukannya lo lepas jabatan bulan depan?"

"Ya iya, tapi apa salahnya?"

Jisoo mendengus pelan. "Nggak ada sih."

Tanpa sadar, Jungkook memelankan laju motornya. "Ini bentar lagi nyampe kan?"

Jisoo mengangguk. "Iya. Itu lurus sedikit,"

"Oke," Jungkook mengikuti intruksi Jisoo hingga keduanya tiba di depan kosan minimalis yang Jungkook tafsir, harganya tidak murah. "Udah, sampe. Besok traktir gue ayam geprek,"

"Buset. Yaudah lah, kapan-kapan," Jisoo turun dari atas motor Jungkook. "Thanks. Sana balik, hati-hati!"

Jungkook hanya mengangguk pelan. Mulutnya menggumam gue duluan sebelum ia memakai kembali helm.

Sepulang mengantar Jisoo, Jungkook jelas kembali lagi ke tempat foto copy. Untungnya semua sudah selesai, sehingga ia hanya perlu membayar dan mengambil pekerjaannya itu. Di atas meja ada 2 tumpuk kertas, Jungkook langsung saja mengambil yang sebelah kiri.

Sayangnya, keputusannya itu membuat Jungkook kesal setengah mati ketika sampai di kosan.

Bisa-bisanya salah ambil?! Laporan kerjanya seketika berubah menjadi desain bangunan dengan banyak bahasa-bahasa pekerja yang tidak Jungkook mengerti.

"Goblok banget gue." Jungkook mengumpat. Setumpuk kertas itu ia biarkan tergeletak di atas meja. "Masa iya gue balik lagi? Sumpah males banget,"

Tanpa pikir panjang, Jungkook kembali meraih benda tersebut dan membukanya. Berharap ia akan menemukan data diri dari si pemilik.

Oh ini dia.



Hasil cek mingguan tanggal 29 Oktober 2022. (Revisi)
Taehyung Alfanio


___
••••














Maunya Jimin sama siapa?
Jeongyeon/Seulgi/Yoongi/ aku?

Halooo, ga bosen2 pokoknya aku mau bilang makasih buat semuanya yang udah baca🖤
I love you guys so much hikss🖤🖤

Kalo ada 50 komen, up dobel di tanggal 13 huehehehe biar cepet kelar ini cerita. Oh iya, season 2 pendek yaa, paling sekitar 9 atau 10 chapter doang. Berarti sekitar 5 chapter lagi ending! Yeay..

See you!
Uts dulu beb..

(Spoiler: chap depan adek ketemu mamas)

Continue Reading

You'll Also Like

384K 46.2K 61
Tentang Taehyung yang tidak pernah jatuh cinta, bertemu dengan si lugu yang pulang tak pernah lewat dari jam 8 malam. Kisah klise antara Taehyung si...
814K 53.2K 39
[COMPLETED] Kim Taehyung seorang fuckboy yang biasa saja.. Mendapat kesempatan untuk bekerja dengan seseorang yang cukup berpengaruh di daerahnya, Je...
92.2K 8.1K 12
Akhir dari segalanya, kisah yang akhirnya terhenti. Ending dari alur yang dibuat tidak beraturan. Akan seperti apa jika benar-benar berada di akhir? ...
941K 45.2K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...