KALE [END]

By SiskaWdr10

47.5K 3.1K 365

[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka ter... More

01.Tersayang
02.Lingkungan Kale
03.Stempel pemilik
04.Kejadian silam
05.Si datar candu
06.Dua hama
07.Karangan Salsabila
08.The power of love
09.Kale keliru
10.Putri hujan
11.Bule peduli
12.Gugur
13.Pelukan hangat
14.Bundadari
15.Ancaman
16.Psycho
17.Sebuah rasa
18.Tersangka
19.Celah keuntungan
20.Duri manis
21.Momen
22.Cinta ke benci
23.Bekas luka
24.fired
25.Puncak masalah
26.Kacung
27.Tupperware
28.Wanke
29.Sekolah robot
30.Tumbuh
31.Pecah
32.Macan tidur
33.Bertahan
34.Sampah
35.first kiss
36.Air dan minyak
37.Jealous
38.Mabuk
39.Alasan
40.Over posesif
41.Marah besar
42.Badut
43.Omes
44.Hampa
45.Mainan
46.Roti dan susu
47.Jawaban
48.New thing
49.No LGBT
50.Story night
51.Program Gapara
53.Tugas
54.Taktik
55.Bertingkah again
56.Perangkap
57.Kesibukan
58.Permintaan
59.Tidak baik
60.Menjauh
61.Kado
62.Lolipop
63.Terbongkar
64.Double kill
65.Berakhir
66.Terbiasa sepi
67.Selamat lulus
68.About Tapasya
69.Kebenaran
70.Pada akhirnya
71.Milik ku [END]
hiii

52.Labil

304 31 1
By SiskaWdr10

Selain Kale termasuk dalam golongan lele, ia juga termasuk kedalam remaja labil.

                            ********

Mobil Kale meluncur menuju tempat rehab Kevin, ternyata Anya tak langsung pulang ia juga tengah menuju tempat rehab untuk melakukan Program Gapara peduli remaja.

Mata Anya melihat Kale dan Salsabila berjalan, ia mengendap-ngendap mengutitnya dari belakang.

Di tengah jalan Kale bertemu dengan Ray, "Eh Le," ucap Ray mereka ber-tos dengan gaya anak laki-laki.

"Ngobrol bentar yuk," ajak Ray. Kale menoleh pada Salsabila.

"Nanti gue nyusul lo, duluan aja," ucap Kale pada Salsabila. Salsabila mengangguk lalu berjalan menuju kamar Kevin.

"Aishhh, kenapa pada berpencar?!" kesal Anya sambil mendengus.

Anya pun segera lari menuju tepi trotoar karena takut Kale melihatnya, Anya tak tahu Kevin di rehab di tempat itu ia kesini hanya ingin berteman dekat dengan salah satu remaja yang kecanduan barang haram tersebut agar topiknya menarik.

Ada beberapa pesan dari Abigel.

Abigel:
Dimana lo, siap-siap gue jemput.

Senyum Anya terukir lebar dengan begini Anya jadi tak usah mengeluarkan ongkos untuk pulang, Anya pun memberikan lokasi ia berada. Ia mencari tempat duduk untuk menunggu Abigel.

Ray dan Kale duduk berdua, mereka jelas saling mengenal dari Bule.

"Anya ... masih cewek lo?" tanya Ray. Ia tahu itu dari Bule juga.

Dengan entengnya Kale mengangguk, ia menyuruh Anya untuk jangan mengklaimnya sedangkan ia mengkalim Anya, dasar!

"Kenapa?"

"Dia lagi deket sama adiknya Muti pacar gue," ucap Ray.

"Galang?" tanya Kale memastikan.

"Iya, muka Anya mirip sama cewek di masalalunya Galang mungkin itu alasan kenapa dia suka sama Anya, tapi gue nggak tahu pasti sih," ujar Ray.

"Lo tahu dari siapa?" tanya Kale.

"Muti kasih tahu gue semua, gue tahu anak itu benci gue karena beberapa kali liat gue di bar sama cewek, tapi you know lah itu kerjaan gue," balas Ray.

Kale mengangguk sambil tersenyum kiri. "Semirip apa?"

Ray kembali mengingat foto Tapasya dan wajah Anya, dulu Ray sempat melihat Anya dari dekat. "Hampir sembilan puluh derajat," balasnya.

"Feeling gue bener Anya cuma dijadiin pelampiasan," kata Kale.

"Gue nggak tahu pasti isi hati Galang, tapi yang gue tahu sampe sini itu alasan Galang suka sama Anya, lo nggak boleh bilang ke Anya karena mungkin aja pertemanan Anya dan Galang bakalan rusak, gue liat-liat Anya banyak berubah karena Galang, Galang bawa pengaruh baik buat cewek lo," ucap Ray.

"Sempet-sempetnya lo merhatiin hal semacam itu," balas Kale.

Ray tersenyum kecut. "Harus, karena Galang berpengaruh sama hubungan gue dan Kakaknya," balas Ray.

"Soal Haikal gimana? gue punya firasat nggak enak tentang itu, terlebih lagi Bule," kata Kale.

"Dia pasti punya rencana bales dendam, gue sama Bule bakalan nyoba buat hati-hati bantu do'a aja le, gue tau lo nggak pernah turun ke jalan tapi lo peduli sama temen-temen lo," balas Ray.

"Mereka juga keluarga gue," balas Kale.

"Ngapain lo kesini, Le?" tanya Ray.

"Nemenin cewek tadi ketemu Kevin," balas Kale.

Mata Ray langsung membulat. "Kevin Anggara Lakeswara?" tanya Ray. Kale mengangguk. "Gila, dia pake?"

"Iya, udah lama, tapi gue baru tau kemarin-kemarin," kata Kale.

Jelas Ray kenal Kevin mereka sering bertemu bila di jalan. "Lo sendiri ngapain?" tanya balik Kale.

"Nyokap gue ketergantungan obat-obatan itu juga," kata Ray jujur. "Biasanya Mutiara yang kesini tapi dia sekarang lagi sibuk ngurusin program di Gapara."

Kale terkagum-kagum pada pacar Ray, "Salut gue sama cewek lo," kata Kale membuat Ray tersenyum tipis.

"Itu yang bikin gue sayang banget sama dia, gue bejad dan keluarga gue lebih parah tapi dia nerimain semuanya bahkan dia selalu nyemangatin gue dan bikin gue ngerasa menjadi manusia pada umumnya, Mutiara emang lahir dari keluarga yang sempurna tapi dia nggak melulu mau yang sempurna," ucap Ray.

"Cewek kaya gitu nggak akan datang dua kali, perhatahin," kata Kale.

"Jelas nggak akan ada lagi, makannya walau gue sekalipun genek sama Galang tapi gue coba tahan karena mutiara aja bisa sayang sama keluarga gue, masa iya gue malah sebaliknya," kata Ray.

Sepulangnya dari tempat rehab Kale mandi dan berjalan menuju kamar Ica, semester dua tahun ini pasti Kale akan disibukan dengan berbagai rangkaian ujian karena ia sudah kelas tiga dan jarang sekali ada waktu luang untuk Ica.

"Abang kelas tiga mukanya ada perubahan nggak?" tanya Ica sambil memegang wajah Kale yang tengah menyuapinya.

"Makin ganteng," balas Kale membuat Ica tersenyum tipis.

"Abang kalau punya pacar, pacarnya malu nggak kenal Ica yang kaya gini?" tanya Ica membuat hati Kale sakit.

"Kalau dia malu Abang putusin," balas Kale, Ica tersenyum lebar.

"Abang sendiri malu nggak punya Ica?" tanya Ica.

"Apasi kamu Ca bilang gitu, nggak lah. Dimata Abang kamu sama dulu sama aja, rasa sayang Abang juga nggak kurang sedikitpun," balas Kale.

"Berlebihan!" kata Ica membuat Kale tersenyum tipis.

"Putri sekolah ya, bang?" tanya Ica.

"Iya, dia kan seusia mu," balas Kale berbohong.

Raut wajah Ica langsung datar. "Ica mau main lama sama putri, Ica kesepian," balas Ica.

"Abang denger dari Bunda temen-temenmu kemarin pagi pada kesini tapi kamu nggak mau ketemu, kenapa?" tanya Kale.

Mengingat hari itu membuat mata Ica memerah. "Ya ... malu lah Abang!" jawab Ica.

Kale menyimpan piring makanan Ica dan menggenggam erat tangan adiknya itu. "Mereka kan baik sama Ica," balas Kale lembut.

"Tetep aja kalau di belakang nanti ngomongin Ica, si buta dan lumpuh-"

"Sttt ah, nggak suka Abang kalau Ica kaya gitu," seka Kale.

Air mata Ica perlahan mulai turun, "Ica kangen main keluar juga Bang kaya anak-anak yang lain," ucapnya merengek.

Kale langsung merubah posisi duduknya dan memeluk Ica dengan erat. "Kan satu-satu, sekarang Ica jalannya lumayan lancar nanti tinggal cari donor mata," balas Kale.

"Sampai kapan? sampai masa muda Ica ini habis?" tanya Ica.

"Nanti ya," ucap Kale, seketika rasa benci pada Anya mulai berdatangan kembali.

Anya pulang malam sekali dan ia masih mengenakan seragam sekolah, Abigel sangat royal sekali pada Anya.

"Baru pulang?" tanya Kale yang sudah duduk di kasur Anya.

Anya sangat terkejut. "Heh ngapain?" ucap Anya pelan karena takut.

Kale bangkit dari duduknya dengan tangan yang ia lipat di depan dada. "Dari mana baru pulang jam segini? mending nggak usah pulang," kata Kale meniru kata-kata Risa.

Kaki Anya melangkah mendekati Kale dan menariknya kedekat pintu, Kale menepisnya. "Ini rumah gue," kata Kale.

"Tapi ini area Anya!" balas Anya.

"Dari mana lo?" tanya Kale dengan mata tajamnya.

"Main," balas Anya jujur.

Jari Kale langsung menyentil kening Anya. "Jadi babu aja belaga main, tugas lo banyak," ucap Kale.

Kenapa Kale mendadak berubah menjadi macan lagi?

"Sekali-kali," ucap Anya. "Kale keluar ya Anya mau mandi."

"Gue ikut."

"Hah?" tanya Anya sambil membulatkan matanya.

"Kalau lo main gue ikut," ralat Kale.

"Ishhh jangan kebiasaan bikin Anya kaget dong!" kesal Anya.

"Lah lo marah?" tanya Kale. "Kecewa karena gue ralat ucapan? dih omes lo," ledek Kale. Anya langsung menepak pelan pundak Kale.

"Berisik, sana-sana," usir Anya sambil mendorong tubuh Kale agar keluar dari kamarnya.

Karena sudah diusir Kale berjalan menuju kamarnya, ia akan bermain bersama ketiga temannya di rumah Jawa.

Di rumah Jawa sudah ramai karena ada kedua manusia yang selalu membuat kerusuhan siapa lagi kalau bukan Epot dan Bule.

"Le si Bule mau nikahin adik tirinya, gue udah ngerasa nggak betah ni tinggal di bumi," ucap Epot mengadu pada Kale.

Kale yang baru saja datang duduk di dekat Jawa yang tengah makan. "Berisik banget ya Le," ucap Jawa yang sedang pura-pura so kalem.

"Bumi juga ketombean lo tinggalin," balas Bule meledek Epot.

"Gue nggak pinter di sekolah tapi gue tahu bumi nggak punya ketombe," balas Epot yang diberikan tepuk tangan oleh Jawa.

"Satu percobaan yang bagus bung!" imbuh Jawa memihak Epot.

"Ngapain bahas nikah?" tanya Kale.

Epot menuangkan esnya pada gelas. "Tadi si Epot ceritain gebetannya sampe nikah, gue jadi mau," balas Bule.

"Mau mati?" tanya Jawa.

"Nikah setan!" umpat Bule.

"Nikah sama mati ada sangkutannya, roda kehidupan nggak tahu akan berhenti dimana, apa yang terjadi di hari esok nggak akan pernah ketebak, bisa aja besok nikah atau mati," balas Kale.

"Maka dari itu marilah teman-temanku sering-sering beribadah," kata Bule.

"Lo aja males segala ngajak," ucap Jawa sambil menguyah makanannya.

"Maka dari itu wa gue ngajak," balas Bule.

"Gue rajin kok," ucap Epot.

"Maka dari itu pot jangan bohong," ucap Bule. Kale terkekeh mendengar bule yang selalu mengatakan 'maka dari itu'.

"Bacot lo A Enjep," kesal Jawa pada Bule. Bule langsung menoleh pada Jawa dan mendekatinya.

"Dari mana si itu awal-awal manggil A Enjep, cringe banget," kesal Bule sambil mengambil batu es dan mengusapkan ke wajah Bule.

Jawa terdiam saja menikmati siksaan Bule. "Minggir AA enja mau glow up," ucap Epot.

Mereka mengobrol sampai larut malam, membahas hal-hal seputar kehidupan yang mereka jalani sekarang.

"Gue ahli waris Ray dapet yang enak-enak di areanya," ucap Bule.

"Apa aja?" tanya Jawa penasran. Bule menceritkannya tentang ruangan itu, tapi ia tak menceritakan secara detail nya.

"Gile nggak nanggung-nanggung," ucap Epot terheran-heran.

"Bahaya kalau sampai ketahuan, jaga-jaga Le," kata Jawa.

"Gue sering was-was juga sih, terlebih lagi akhir-akhir ini gue sering ngerasa di perhatiin." Bule merasakan hal itu.

Ah kenapa perasaan Kale jadi tidak karuan mendengarnya. "Haikal udah mulai pencet tombol start?" tanya Kale.

"Gue nggak mau terlibat permainannya, sumpah gue udah beberapa kali bikin nenek gue kecewa," balas Bule.

Epot menepak bahu Bule pelan, "Kalau kau merasa lelah ingat ... aku bukan tukang urutmu," ucap Epot mendrama.

"Babi gue baru mau minta pijitin," kesal Bule.

Jawa mencuci tangannya dan kembali dengan membawa banyak cemilan. "Setan dari mana nih tumbenan," kata Epot.

"Siapa bilang mau ngasih lo?" kata Jawa membuat Bule tersenyum puas.

"Ayo kalau malu pulang aja," usir Bule.

Epot memasang wajah datar, "Tapi serius gue juga takut lo kenapa-kenapa soal Haikal Le," kata Epot.

"Iya, gimana kalau gue mati?" ucap Bule dengan tatapan kosongnya, ia tiba-tiba saja mengatakan hal itu.

"Ngaco lo!" ucap Kale membuayarkan lamunan Bule.

Malam ini Galang berinisiatif untuk menghubungi nomer Cindy kemarin Galang memang sempat bertukar nomer dengan gadis itu, demi apapun tubuh Galang terasa akan remuk ia berlatih sangat ekstra sekali tadi.

Galang:
Dy ini gue Galang, gue kayanya bakalan sering-sering ke bar buat nugas.

Cindy yang tengah memijat kepala Ray hanya membaca pesan itu, "Dia bakalan sering-sering kesini bos, hati-hati," ucap Cindy pada Ray.

Ray tersenyum kiri mendengar itu. "Nugas atau mantau gue?" tanya Ray dalam hati.

Tangan Mutiara terluka akibat memasak makanan yang Ray suka, agak sulit tapi Mutiara harus bisa. Selesai masak ia ke kamar Galang agar Galang dapat mencicipinya.

"Lang," panggil Kak Mutiara.

"Masuk aja," balas Galang yang merebahkan dirinya di kasur, di sebelahnya sudah ada tumpukan koran-koran berisi beberapa artikel tentang alkohol.

"Kamu sejak kapan suka baca berita?" tanya Mutiara.

"Sejak Kakak buat program baru," balas Galang lalu meletakan handpoenya.

Mutiara tersenyum tipis, ia memang yang mengusulkan program itu, dia belajar dari Ray yang punya sedikit motivasi untuk semangat hidup, mutiara tak ingin kejadian Ray terulang untuk anak yang lainnya.

"Cobain dulu," ucap Mutiara sambil menyuapkan satu sendok masakannya.

Galang memakannya dan coba merasakan rasanya, matanya bertemu dengan tangan mutiara yang terluka. "Kak Muti tangan Kaka-"

Secepat kilat mutiara mengalihkannya. "Gimana rasanya?"

"Enak, masak buat siapa? tumben daging-dagingan gini bisanya juga sayur," balas Galang mengomentari steak buatan kakaknya.

"Ada deh," ucap Mutiara sambil tersenyum manis, siapa lagi jika bukan Ray? Ah rasa kesal pada Ray ini semakin menjadi-jadi di hati Galang.

"Tiap hari aja masak gini, lukanya jangan lupa diobati," kata Galang. Mutiara mengangguk lalu keluar dari kamarnya untuk menelpon pacarnya.

Ray bangkit dari paha Cindy dan bergegas keluar bar mencari tempat sepi agar Mutiara percaya bahwa ia telah berubah, jujur saja Mutiara tahu Ray bermain gila di belakangnya dan Ray telah meminta maaf untuk tidak di ulang lagi, tapi Ray hanya jadikan permintaan maaf itu untuk penenang agar hubungannya tidak renggang.

"Hallo, Mut kenapa? kangen ya sehari nggak denger suara aku?" tanya Ray dengan suara lembutnya, Ray memang bersikap lembut pada Mutiara.

"Ray ... don't talk that sweet! geli tahu nggak," jawab Mutiara sambil tersenyum manis.

"Harusnya kamu udah terbiasa," balas Ray.

"Kamu ada dimana?" tanya Mutiara.

Ray melihat bar di belakangnya ia tak akan jujur untuk saat ini. "Home," jawab Ray.

"Cie udah nggak pakai kata house lagi," kata Mutiara mencoba menggoda, Ray disana terkekeh kecil.

"Iya lah aku kan anaknya pinter dan dengerin apa kata Bu Guru cantikku ini," jawab Ray.

Bercakapan hal seperti ini membuat Mutiara sangat senang, ia bisa saja mendapatkan yang sempurna tapi yang semenyenangkan ini mungkin agak sulit.

"Apa emang kataku?" tanya Mutiara.

Sebelum menjawab Ray bersender pada tiang di depan barnya dan mengingat kata Mutiara, Ray memang anak yang sulit mengingat tapi ketika mutiara yang mengucapkannya otaknya akan langsung mudah paham. "Katanya gini, home sama house itu arti katanya sama yaitu 'rumah' tapi berbeda makna, house itu hanya rumah yang dibangun oleh semen batu bata dan lain sebagainya sedangkan home tidak hanya di bangun oleh semen batu bata dan lainnya tapi di dalamnya juga terdapat cinta keluarga yang tinggal satu atap dengan kita," ucap Ray menjelaskan.

"Betul sekali Master," jawab Mutiara.

"Rumahku juga sebetulnya tidak ada cinta tapi kamu bilang bercakaplah yang baik-baik agar suatu saat tercapai," kata Ray.

"Ray?" panggil Mutiara karena suara Ray mulai berbeda.

"Hm...." balas Ray.

"I'm realy love you him," kata Mutiara dengan suara lembut hingga Ray percaya bahwa ada cinta untuknya.

"Me to ... soal tadi, aku udah ketemu Mamaku, dia bilang merasa baik saat Deket kamu, aku ... sayang sama kalian berdua, makasih selalu luangin waktu buat Mama dan mau ngerti aku," ucap Ray.

"Ah plis aku nggak mau ada sesi sedih-sedihan, semua itu udah kaya tugas aku Ray jangan bilang makasih terus," kata Mutiara.

Ray berdehem untuk meredakan sedihnya. "Okey deh Bu bos, ada yang mau diceritain?"

"Aku mulai nyoba buat jadi cewek yang nggak terlalu peminim-"

"Nggak usah mut aku kan udah-"

"Sttt! aku juga udah belajar masakan kesukaan kamu, kata Galang sih enak aku mau denger komentar kamu," ucap Mutiara cepat.

"Woah serius kah? kamu nggak perlu maksain mut," balas Ray jujur.

"Ih nggak papa kali Ray, denger aku lagi ya." Mutiara banyak bercerita pada Ray hingga laki-laki itu merasa pegal karena berdiri di depan barnya, ia dengan sabar mendengar dan menjawab ucapan gadisnya.

Koran itu Galang hempaskan ke langit kamarnya, pikirannya kenapa berkeliaran kemana-mana ia tak fokus. "Gue harus belajar langsung dari sumbernya," ucap Galang.

Cindy:
Eh serius? kalau gue bisa bantu tugas lo, gue dengan senang hati bakalan bantu.

Notif dari Cindy segera Galang balas.

Galang:
Besok jam tiga an ada waktu luang nggak? kita ketemu di caffe buat bicara hal-hal dasar tentang alkohol.

Cindy:
Bisa kok, sherlock aja nanti.

Bibir Galang tersenyum mendapatkan balasan seperti itu.

Di rumah Anya duduk termenung di meja makan dapur dengan perut yang beberapa kali sempat berbunyi, kemana juga perginya Kale, Anya lapar dan ia ingin makan, tak lama Kale datang duduk di depan Anya sambil menyodorkan ramen.

"Aishh, nggak ada makanan lain?" tanya Anya.

"Nggak usah dimakan kalau nggak mau," kata Kale dingin.

Tak ada pilihan lain Anya pun mulai memakannya, wajah Anya memerah saat mulai memakannya Kale tersenyum kiri melihat itu, ia sengaja membeli ramen itu dengan kepedasan level tinggi agar Anya kepedasan.

Saat Anya tengah minum, Kale menatapnya karena teringat ucapan Ray yang berkata bahwa Galang suka Anya hanya karena Anya mirip dengan gadis di masalalu Galang.

"Anya ... lo boleh jadi orang jahat asal jangan bodoh nanti malah kena umpan balik, jangan berpikir semua orang baik karena sikapnya di depan lo, karena lo nggak akan tahu apa maksud tujuan dia yang sebenarnya," ucap Kale lalu pergi meninggalkan Anya.

"Hah?" Anya melongo dengan wajah polosnya mendengar ucapannya Kale. "Kenapa sih?" tanya Anya bingung, Ray benar jika Anya tahu Galang dekat dengan Anya hanya karena kemiripannya dengan Tapasya hati Anya akan sakit.

                             🐟🐟🐟

"Yakan filmnya kemarin seru? gue emang selalu bener si," kata Abigel bercerita hari kemarin pada Anya.

Anya yang duduk di sebelahnya mengangguk, Abigel selalu saja bersemangat kalau membahas hal yang ia sukai.

"Ya Anya juga suka sama semuanya," balas Anya.

"Udah riset ke tempat rehab?" tanya Abigel membahas soal PGPR.

"Belum nanti mungkin, sebenernya Anya masih ragu baut ngangkat kasus ini, soalnya pasti banyak yang ngangkat ini," ucap Anya sedikit pesimis.

Abigel memandang tak percaya pada Anya. "Masa pesmisimis?"

"Wajar kali, Anya kan manusia normal," balas Anya. Abigel terkejut mendengarnya.

"Ciah udah pinter ngomong ya sekarang karena deket Galang?" tanya Abigel menggoda.

Bule melihat kedekatan Abigel dan Anya dari luar jendela, semalam Kale bercerita perihal Galang, dan Kale minta agar Galang jauh-jauh dari Anya, untuk melaporkannya Bule mengirim pesan pada Kale yang ada di Jailen.

Bule:
Dia lagi sama temen sebangkunya, aman.

Kale membeca pesan itu dan bernafas lega, Kale tak ingin Anya patah hati tapi ia sering sekali mematahkan hati Anya. Kale termasuk dalam golongan remaja labil.

Galang berjalan menuju kelas Anya Bule melihatnya dan segera menghampiri Galang, seperti kemarin bersikap asik dan sok akrab pada Galang, bule bahkan merangkul Galang.

"Eh ketemu lagi, kemarin kita nggak sempet ngobrol banyak kan?" tanya Bule. Galang heran dengan sikap kakak kelasnya ini.

"Tapi gue ada uru-"

"Ngopi yuk ngopi, otak encer kalau ngopi pagi, gue yang bayarin deh," kata Bule lalu mengajak Galang ke kantin.

Mereka duduk berhadapan dengan kopi hangat di tangan mereka masing-masing.

"Ada yang mau dibicarain?" tanya Galang pada Bule. Bule menggaruk tengkuknya ia juga tak tahu mau membahas apa sampai bel masuk berbunyi.

"Udah kenal gue kan ya?" tanya Bule. Galang mengangguk.

"Lo anggap gue nakal juga nggak?" tanya Bule. Alis Galang bertautan.

"Nggak, kenapa nanya itu? karena lo deket sama Ray, bang?" Galang tahu Bule dianggap nakal oleh semua orang karena hal itu.

Bule mengangguk sambil menyengir. "Yoi, itu pemikiran orang-orang yang ikut-ikutan aja, lo dari kelas pinter kan ya? ah bener nih Guru milihnya, lo emang pinter dalam hal apapun termasuk menilai orang," balas Bule.

"Gue tipe orang yang adil, harus memastikan sendiri dengan mata kepala gue kalau mau menyimpulkan segala hal, terlepas dari itu gue pernah jadi orang yang disimpulkan dengan gosip-gosip yang nyatanya itu nggak bener," kata Galang.

Laki-laki di hadapan Bule ini tak jauh berbeda dengan Kale, bisa berkata bijak dan membuat otak Bule bingung untuk menjawabnya. "Ah good boy sekali anda, pasti di didik dengan baik dan di kasih makan somay every day ya?" tanya Bule.

"No, kenapa juga harus somay?" tanya Galang terheran-heran.

Lagi-lagi Bule menyengir sambil memaikan jari tangannya. "Oh itu ... because somay adalah makanan empat sehat lima sempurna, ada ikan, telur, sayur dan lain-lainnya yang sangat sehat untuk perkembangan gizi tubuh dan otak," jawab Bule nyeleneh.

Galang tersenyum tipis, Bule tak salah karena di somay ada sayuran, telur, tahu dan ikan. "Tapi gue nggak suka sayur," balas Galang.

"Gapapa lang masih ada tahu nya? right kan?" tanya Bule mulai kehabisan topik.

"Udah kan? gue boleh pergi ni?" tanya Galang.

Bule menahannya dan melihat pada pergelangan tangannya dua menit lagi bel masuk berbunyi. "Kenapa?" tanya Galang lalu duduk kembali.

"Makasih udah liat gue dari dua sisi yang berbeda, gue nggak sebaik yang lo tahu tapi lo seriusan orang baik, gue seneng ada orang kaya lo, mungkin lo first human yang kasih komentar baik ke gue," kata Bule.

"Nyantai aja kali, sekalipun lo bukan orang baik nggak masalah buat gue Bang asal nggak nguruguiin gue aja, but karena kita sesama manusia harus saling mengingatkan kalau salah akan tetep salah," jawab Galang.

"Iya deh lain kali gue tobat kalau di kasih hidayah sama Tuhan," ucap Bule.

"Hidayah nggak dateng tapi dijemput, gue cabut ke kelas duluan, thanks for coffe," pamit Galang lalu berjalan menuju kelasnya.

Sesudah perginya Galang, Bule langsung paham bahwa Galang memang baik dari tatapannya saja berbeda.

Di tengah jalan ada yang memanggil nama si Wanke itu. "Galang bantuin gue!" ucap Caca sambil menarik tangan Galang.

"Ishh kenapa harus pake pegangan segala?!" kesal Anya yang melihat itu. "Eh tapi kenapa juga Anya harus marah? ucap Anya pada dirinya sendiri.

Cemburu hanya diperuntukan untuk orang yang memiliki perasan pada crush-nya. Dan Anya merasakan itu, artinya Anya mulai terpikat akan mantra cinta dari Galang.

"Aaaaah nggak!" ucap Anya sambil mendengus kesal.

                             ******

Continue Reading

You'll Also Like

6.7M 284K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
4M 312K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
145K 21.2K 21
"Mulai hari ini, lo jadi babu gue di Sekolah!" ucap Arga dengan sorot mata menajam kepada Raya.
1.3M 97K 43
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...