Tacenda✔

By cheshiresan_

15.4K 3K 670

[SUDAH DIBUKUKAN] [VERSI E-BOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA.] More

blurb
bab 1
bab 2
bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 18
Bab 19
PO E-BOOK

Bab 17

416 98 4
By cheshiresan_

Jiyeon memilih membaur dengan pengendara lain yang memenuhi jalanan. Rasa sesaknya tak kunjung lepas, mengukung kuat, gadis itu bingung apa yang begitu menganggu hingga untuk bersuara pun enggan dirasa. Hanya hening dan klakson mobil yang memenuhi indera pendengar.

Matanya melirik cahaya dari ponselnya yang menyala sejenak sebelum kembali padam di atas dasbor mobil. Menandakan notifikasi sebuah pesan di sana. Menepikan mobilnya pada bahu jalan, Jiyeon membuka membuka pesan tersebut dan membacanya. Sebuah pesan singkat dari Eunwoo yang menanyakan Jiyeon bisa datang atau tidak nanti malam. Karena pria itu dan ketiga temannya sudah berada di cafe tempat Jaehyun akan menyumbangkan suara emasnya.

Tidak perlu bagi Jiyeon berpikir lagi untuk menerima ajakan Eunwoo, tentu ia akan segera ke sana. Sebab, pulang di saat suasana hatinya seperti bukanlah sebuah opsi terbaik. Karena Sinhye langsung bisa mencerca dengan tanya, Jiyeon pasti akan kesulitan untuk berbohong pada wanita itu. Biarkan kali ini ia menghindar, seperti seorang pengecut yang tidak berani menyentuh titik permasalahan untuk sebuah penyelesaian.

Entah sampai kapan Jiyeon bisa bertahan dengan keadaan seperti ini. Berharap saja jalannya masih lurus hingga tidak perlu berhenti dan melemahkan hati kembali. Untuk sebuah rasa asing yang menyusup tanpa permisi, yang kini membuat hati teriris nyeri.

Setelah mendapatkan lokasi cafe dari Eunwoo, Jiyeon kembali menjalankan mobilnya. Berharap bisa melupakan apa yang ia lihat dan berhasil memberi rasa sakit pada hatinya, tunas itu harus dipangkas habis sebelum benar-benar tumbuh dan berkembang menjadi sesuatu yang tidak Jiyeon inginkan.

•••

"Kau baik-baik saja?" Eunwoo mengulang tanya yang sama, dan untuk yang kesekian kalinya, Jiyeon mengangguk terpaksa. Pria itu tahu Jiyeon berbohong, tatapan gadis itu kosong dan ada seklias pancaran terluka saat pandangan mereka bertemu, sebelum Jiyeon dengan cepat memutuskan kontak mata.

Mingyu datang dan mengulurkan segelas jus strawberry untuk Jiyeon. Menyelamatkan Jiyeon dari tanya yang akan dilontarkan Eunwoo kembali. Sebab, pria itu belum puas dengan jawab yang terucap.

"Buatanku sendiri," ucap pria berkulit tan itu mengedipkan sebelah matanya.

Jiyeon sebisa mungkin membalas dengan senyum lega tanpa luka. "Terima kasih."

"Eunwoo bilang tidak perlu menambahkan gula, jadi aku lebihkan susunya," ujar Mingyu menarik kursi di hadapannya.

Jiyeon memasukan sedotan itu ke belah bibirnya, mencecap rasa segar dan manis yang langsung menyapa lidahnya. "Ini enak, sungguh!" ucapnya tulus. Membuat binar mata Mingyu terpancar jelas.

"Benarkan? Makanya lebih baik denganku saja. Perutmu akan termanjakan kalau denganku," katanya menggoda Eunwoo yang langsung mendelik tajam. Membuat pria itu terkekeh geli karena berhasil mengusik ketenangan sahabatnya itu.

"Kapan Jaehyun tampil?" Gadis itu tidak terlalu menanggapi candaan Mingyu yang tidak ia mengerti. Atau memang tidak menaruh perhatian pada apa yang Mingyu lontarkan karena pikirannya yang masih tertinggal di kantor sepupunya.

Mingyu melirik Jaehyun di sisi panggung, baru saja mengeluarkan sebuah gitar dari flight case. "Sebentar lagi," sahutnya. Diliriknya Jiyeon yang juga menatap sisi panggung, di mana Jaehyun tengah bersiap untuk membawakan sebuah lagu. "Mau request satu lagu? Jaehyun pasti akan menyanyikannya untukmu." Mingyu belum berhenti mengganggu Eunwoo yang memutar matanya malas.

Jiyeon tersenyum dan menggeleng, lalu meminum jusnya kembali. "Tunggu di sini, aku akan menghampiri Jaehyun sebentar dan membawakan sesuatu untuk kau makan," ujar Mingyu langsung beranjak pergi tanpa menanti balas.

Bisa gadis itu lihat Mingyu memang menghampiri Jaehyun dan berbincang entah apa sampai Jaehyun melirik meja yang ditempati Jiyeon. Mengulas senyum ramahnya, dan Jiyeon yang membalasnya dengan kaku.

Jaehyun berjalan ke tengah panggung, duduk pada kursi yang sudah tersedia dengan mikrofon yang sudah ada di hadapannya. Sejajar dengan wajahnya.

"Sebelumnya aku menyanyikan lagu ini, aku ingin mengatakan... come on Bro! You deserve to fight for her." Diliriknya Eunwoo yang terdiam dalam duduknya dengan wajah yang dipaksa datar, padahal ia tahu untaian kalimat Jaehyun jelas tujukan padanya. "Hati tidak bisa menunggu terlalu lama," lanjut pria itu dengan kedipan sebelah matanya yang membuat sebagian wanita pengisi cafe menjerit heboh.

Pria itu mulai memetik gitarnya. Jiyeon tidak menyangka suara Jaehyun sebagus itu, terbukti dengan pengunjung cafe terhanyut dalam suara merdunya.

Mingyu kembali datang dengan sepotong rainbow cake untuk Jiyeon. "Eunwoo bilang, kau tidak suka keju. Jadi chees cake tentu bukan sesuatu yang bisa kuhidangan untukmu." Tangannya meraih segelas kopi yang masih hangat, meneguknya sedikit sebelum diletakkan kembali pada tatakan. "Padahal, cafe-ku memiliki chees cake terbaik."

Jiyeon tertawa kecil, Mingyu mudah mengakrabkan diri. Semua konversasi yang ia suguhi mengalir ringan hingga berhasil ditanggapi secara langsung oleh Jiyeon.

Gadis itu mulai memotong kecil cake tersebut dengan garpu dan memakannya. Ini benar-benar enak, Mingyu tidak perlu bertanya pendapat gadis itu lantaran dari wajah Jiyeon sudah menjelaskan.

Mereka kembali berfokus pada Jaehyun yang sudah sampai ke inti lagu. Gadis itu mengernyit begitu lirik lagu tertangkap apik dan dicerna benaknya. "Apa Jaehyun menyukai seseorang?" tanyanya pada Eunwoo yang langsung menolehkan wajahnya.

"Hm?" balas pria itu bergumam. Bukannya ia tidak mengerti apa yang Jiyeon pertanyakan, hanya saja benaknya mencoba mencari alasan karena tahu pasti jika lagu yang Jaehyun nyanyikan bermaksud menyindirnya.

"Ini lagu tentang seseorang yang jatuh cinta namun tidak berani mengungkapkannya, bukan?" Gadis itu masih menyimak lantunan lagu Creep dari Radiohead.  Jiyeon tidak mengerti apa yang kurang dari Jaehyun. Pria itu tampan, baik, kaya raya dan tentu saja sopan. Kenapa ada rasa tidak percaya diri untuk mengungkapkan perasaan pada seseorang yang pria itu sukai? Bahkan dalam liriknya Jaehyun malah merasa menjadi penggangu untuk seseorang yang ia sukai.

"Aku tidak percaya Jaehyun begitu krisis kepercayaan diri, dengan apa yang pria itu miliki, mana mungkin ada gadis yang menolaknya," lanjut Jiyeon yang malah membuat Mingyu semakin mengulum bibirnya ke dalam. Menahan senyum begitu tahu jika kalimat Jiyeon secara tidak langsung menghantam kewarasan Eunwoo.

Eunwoo berdeham, membenarkan kembali posisi duduknya. "Wajah sempurna dan harta belum menjamin jika seseorang akan membalas cintanya," balas Eunwoo. "Terlebih jika gadis yang ia cintai menyukai pria lain."

"Lalu?" sahut gadis itu. "Jika gadis itu masih sendiri, kenapa tidak?" lanjutnya.

Jiyeon sedikit merubah posisi duduknya menghadap Eunwoo di sampingnya. "Seperti yang Jaehyun bilang tadi, cinta butuh diperjuangkan. Hati tidak bisa menunggu terlalu lama." Seolah Jiyeon paham dengan yang ia sebut cinta. Tentang apa yang ia rasakan pada Jungkook saja masih abu-abu.

"Benar sekali, bagaimana gadis itu tahu jika seseorang menyukainya tanpa mau bicara," sela Mingyu.

Tidak tahu saja, kalimat Jiyeon seolah menjadi racun untuk Eunwoo saat ini, bimbang dan untuk bersembunyi dengan tenang.

•••

Malam ini berakhir dengan Eunwoo yang mengantar Jiyeon pulang. Mobil gadis itu mendadak tidak bisa dinyalakan begitu Jiyeon hendak pulang. Mingyu akan meminta montir dari bengkel langganannya untuk memperbaiki mobil Jiyeon besok. Dan untuk satu malam, membiarkan mobil milik bibinya terparkir di depan cafe pria itu.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang," ucap gadis itu begitu mobil hitam milik Eunwoo berhenti di halaman depan rumah bibinya.

Pria itu tersenyum manis, membuka pintu dan memutari sisi mobil guna membukakan pintu untuk Jiyeon yang baru saja melepaskankan seatbelt-nya.

"Mau mampir dulu?" tawar Jiyeon saat berdiri berhadapan dengan Eunwoo di samping mobil.

Eunwoo menggeleng, pikirannya kini dipenuhi dengan kalimat Jaehyun dan Jiyeon sewaktu di cafe. Menjangkiti syarafnya hingga dirasa benar untuk mengungkapkan semua isi hatinya. Ia tidak ingin kehilangan kesempatan lagi, berjuang sendiri untuk saat ini lebih baik daripada tidak melakukan apa pun.

"Eum... Ji?"

"Ya?" sahut gadis itu tak kalah lembut.

Menarik napas dalam, Eunwoo mengamit tangan kanan gadis itu yang tidak menggenggam ponselnya.

"Mengenai perkataanmu sewaktu di cafe tadi... kau serius, 'kan?"

Jiyeon menatap mata itu dalam, garis wajah yang biasanya santai dan tenang kini berubah serius. "Perkataanku yang mana?"

"Tentang cinta butuh diperjuangkan. Karena hati tidak bisa menunggu terlalu lama," jawab Eunwoo masih menyoroti obsidian gadis di hadapannya.

Seolah teringat, gadis itu mengangguk membenarkan. "Selama gadis itu masih sendiri, semua pria yang menaruh harap berhak berjuang akan cintanya, bukan?"

"Kalau begitu bagaimana denganmu?" tanya Eunwoo lepas. Meluncur bebas dari bibir tipisnya hanya karena terpacu setelah mendengar balasan Jiyeon.

"Maksudnya?" tanyanya tidak mengerti.

"Aku menyukaimu, aku tahu ini terlalu cepat saat hubungan kita masih tahap perkenalan. Tapi aku bisa apa kalau rasa itu datang lebih cepat dari yang aku kira?"

Jiyeon terdiam, kalimat Eunwoo masih ia cerna sebaik mungkin, memastikan jika apa yang baru saja menyentuh gendang telinga bukan kekeliruan.

"Kau tidak harus membalas, meski jujur saja aku menaruh harap jika kau bisa membalas suatu saat nanti. Tapi untuk sekarang, izinkan aku menyukaimu. Kau cukup menerima semua yang kulakukan tanpa perlu pusing untuk membalasnya. Biarkan aku berjuang di sini, karena seperti yang kau bilang tadi, hati tidak bisa menunggu terlalu lama."

Jiyeon melihat kesungguhan di mata teduh pria yang kini menatap penuh harap. Ia tidak tahu jika Eunwoo memiliki perasaan seperti itu untuknya. Tapi, kenapa rasanya seperti ini? Dulu ia memimpikan akan ada seorang pria baik dan tampan yang akan menyatakan cinta padanya. Dan jelas dari semua kategori yang Jiyeon jajarkan, Eunwoo menyapu bersih kriteria pria idamannya. Pintar, lembut, perhatian dan tampan adalah bonus yang didapatkannya dengan cuma-cuma.

Namun perasaan menggebu dan berdebar itu tidak di sana, bukan untuk eunwoo yang menyampaikan rasa sayang dan perhatiannya dengan tulus.

Jiyeon tidak ingin gegabah, mungkin ia bisa memberi kesempatan pada Eunwoo untuk menujukan perasaannya. Menolak bukanlah jawaban tepat di saat perasaannya masih gelisah dan tidak tentu arah mungkin saja seiring berlalunya waktu, ia bisa mencintai Eunwoo sepenuh hatinya. Sebab, Eunwoo bukanlah seseorang yang sulit untuk dicintai. Menurutnya.

Hendak menyuguhkan kalimat jika ia memperbolehkan Eunwoo menunjukan rasanya, yang terucap dari bibir Jiyeon justru membuat kedua mata teduh itu membola tidak percaya.

"Aku mau."

Bukan tanpa sebab ia menjawab demikian, karena di sudut mata tajamnya, Jungkook berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan yang tenggelam di saku celana santainya. Mata elangnya berpendar tajam, siap menembus punggung lebar Eunwoo yang membelakanginya dan menghujam dada Jiyeon sekarang juga.

Gadis itu terdorong untuk menerima, ia yakin bisa membalas perasaan Eunwoo. Terlebih saat melihat Jungkook yang mengintainya, Jiyeon kembali teringat potongan adegan di ruang kerja pria itu.

"Kau serius? Kau tidak mau mempertimbangkannya dulu?" tanya Eunwoo antara tidak percaya dan percaya. Ia harus memastikan kembali apa yang ia dengar bukanlah sebuah halusinasi.

Jiyeon menggeleng dan menatap Eunwoo yakin. "Aku mau, mari kita mencobanya. Bukannya berjuang berdua lebih baik?"

Eunwoo tidak bisa mengendalikan rasa bahagianya, kedua tangan itu terbuka sebelum membawa tubuh ramping Jiyeon dalam pelukan bahagia. Ini sungguh jauh dari ekspektasinya. Dan rasanya begitu lega setelah semua tersampaikan dengan sebagaimana mestinya.

Di balik bahu lebar Eunwoo, mata tajam Jiyeon memperhatikan lekat Jungkook yang mengepalkan kedua tangannya, menghunus Jiyeon lebih tajam dari sebelumnya.

Jiyeon membalas pelukan pria yang kini resmi menjadi kekasihnya, setengah wajahnya tenggelam pada dada Eunwoo, hanya mata tajamnya yang kini belum lepas membalas tatapan Jungkook yang menggelap penuh amarah. Memeluk Eunwoo lebih erat seiring remasan tangannya pada kemeja Eunwoo yang remuk dalam kepalannya. Hingga bisa ia lihat sendiri, Jungkook yang membalikan badan dan menghilang di balik pintu rumah.

[]

Masih boleh di post ternyta permisah :"

Btw begini bentukan isi book nanti ^^

Makasih ya yg udah ikutan PO😚
Yg gabisa ikut sini aku peluk🤗🤗

Bagi yg mau ikutan PO fanbook masih bisa kok, sisa 3 hari lagi, smpe tgl 30 November.

Sayang kalian banyak"😘


Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 26.9K 44
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2.5M 177K 33
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
5K 70 4
baca deskripsi dulu^_^ ini itu cerita oneshoot tentang Renjun dan para dominant nya bakal ada boypussy juga jadi bagi yg gak suka skip aja jangan pak...
1M 95.8K 45
🔞[Mature Content 21+] Sama-sama memiliki masalah dalam keluarga, mereka bersatu dan menjalankan bisnis yang bertentangan dengan negara. ARES : - H...