Untukmu Raveena

By Heni_Su

4.6K 173 2

Raveena seorang gadis berkacamata yang memiliki sifat pemarah. Ia biasa dipanggil dengan sebutan Ra dan juga... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
*CAST*
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47 (END)
Extra Part

Part 20

102 3 0
By Heni_Su

Di kamarnya Raveena terus merutuki dirinya. Ia benar-benar tidak percaya sebab ia membalas ciuman Bryan tadi malam.

"Kenapa gue sampai balas ciuman cowok itu sih?" sesal Raveena dan memukul bibirnya sendiri.

Raveena pun tiba-tiba mengingat Bryan yang menciumnya dengan lembut membuatnya terlena dan senyum-senyum sendiri. Namun, langsung saja ia menampiknya tidak ingin memikirkan cowok itu.

Raveena pun mulai uring-uringan dengan perasaannya. Apa jangan-jangan ia sudah menyukai cowok itu. Raveena pun memilih untuk membaringkan tubuhnya agar bisa melihat langit-langit kamarnya sekaligus menjernihkan pikirannya tapi yang terbayang malah wajah cowok ganteng itu. Astaga! Raveena seperti merasa gila apalagi hatinya berdegup dengan kencang.

Ia pun menepuk-nepuk wajahnya, "Sadar Veena, sadar lo gak boleh terbuai sama pesona cowok itu." tampiknya dan berusaha untuk tertidur.

Perlahan mata Raveena mulai terpejam namun, ia malah terus mengingat momen dirinya bersama dengan Bryan. Ia menjadi frustasi dan menutup wajahnya dengan bantal. Namun, ia pun tidak bisa teridur dan gelisah tidak jelas. Segala upaya sudah dilakukan untuk mengenyahkan cowok itu dari pikirannya.

"Kayaknya gue beneran gila deh," ungkapnya pada diri sendiri mulai kewalahan.

Raveena merasa menyesal sebab ia tidak ingin merasakan perasaan jatuh cinta lagi. Tapi kenapa sekarang ia harus merasakannya lagi dan cowok itu adalah Bryan.

***

Hari ini libur, oleh karena itu Raveena dan Bryan pergi berjalan bersama untuk merayakan ulang tahun Raveena kemarin. Ini merupakan permintaan Raveena kepada Bryan. Kalau punya pacar kenapa disia-siakan? Begitu pikir Raveena.

Mereka berdua bermaksud untuk pergi ke bioskop bersama. Namun sebelumnya, Raveena dan Bryan mencari makan terlebih dahulu. Mereka pun tiba di sebuah resto yang menawarkan berbagai makanan dari berbagai daerah.

"Lo mau makan apa?" tanya Bryan saat mereka sudah duduk di meja makan resto tersebut.

"Gue samain aja deh sama pesanan lo," jawab Raveena sekenanya.

Bryan pun mengangkat tangannya bermaksud memanggil pelayan.

Seorang pelayan pun datang, "Mau pesan apa Mas?"

"Saya pesan dua porsi nasi goreng seafood sama minumnya lemon tea aja," pesan Bryan dan mendapat anggukan dari pelayan itu.

Pelayan itu pun pergi setelah mencatat menu yang telah dipesan oleh Bryan meninggalkan keduanya dalam suasana canggung. Raveena tidak berani membuka suaranya apalagi mengingat kejadian kemarin, sedangkan ekspresi cowok itu biasa saja tidak peduli.

"Oh ya," celetuknya tiba-tiba dan memberikan Raveena sebuah kotak beludru berwarna biru.

"Ini apaan?" tanya Raveena melihat kotak yang diarahkannya itu.

"Buka aja," pinta Bryan.

Dengan malas, Raveena pun membukanya dan betapa kagumnya saat ia menemukan sebuah kalung yang begitu indah dengan liontin berbentuk lavender. Raveena benar-benar tidak bisa mengekspresikan kebahagiaannya kini.

"Gue benar-benar gak nyangka, kenapa lo kasih kalung ini ke gue?" tanya Raveena tidak percaya.

Bryan tersenyum manis, "Itu hadiah ulang tahun buat lo selain kue yang kemarin gue buat."

"Kenapa lo gak kasih aja kemarin sekalian?" tanya Raveena yang langsung menampar bibirnya karena melontarkan pertanyaan bodoh itu.

Bryan terkekeh dan dengan tatapan menggodanya ia pun menjawab, "Gue lupa habis ciuman kita kemarin."

Oh My God! Akhirnya perkataan itu keluar dari mulut Bryan. Raveena benar-benar merasa malu sekarang. Ia pun menundukkan kepalanya agar wajahnya tidak terlihat oleh cowok itu

"Udah jangan malu, Ra." Bryan pun mengangkat dagu Raveena membuat gadis itu mendongak menatap Bryan. "Lagian lo juga balas ciuman gue kan?" Lanjutnya yang membuat wajah Raveena benar-benar seperti kepiting rebus sekarang, sedangkan Bryan terkekeh sangat suka menggoda gadis di hadapannya itu.

Tidak lama kemudian, datang pelayan yang membawa pesanan mereka. Raveena sempat bersyukur dengan kedatangan pelayan tersebut, sebab ia tidak harus berlama-lama menahan malu dan canggung bersama cowok itu.

Raveena pun mulai tergiur dengan aroma makanan tersebut dan ingin segera menyantapnya. Namun, sebenarnya ia tidak menyukai udang yang ada di dalam nasi goreng tersebut. Ia pun menyisihkan udang tersebut di tepi piringnya membuat Bryan yang melihatnya merasa terheran-heran.

"Lo gak suka sama tuh udang?"

"Ehmm," gumam Raveena yang masih mencari hewan laut itu di sela-sela nasinya.

"Ya udah, kasih gue aja," pinta Bryan yang membuat Raveena langsung menatapnya.

"Gak apa nih?" tanya Raveena merasa tidak enak.

"Udah," sahutnya dan mendekatkan piringnya ke arah Raveena membuat Raveena mau tidak mau memberikannya kepada Bryan

Selesai makan, pasangan itu pun berjalan menuju ke arah bioskop. Mereka pun mulai memesan tiket film yang ingin mereka tonton.

"Lo beneran mau pesan film ini?" tanya Bryan memastikan melihat Raveena yang memilih film bergenre thriller.

"Emang kenapa? Masalah?" tanya Raveena.

"Lo gak takut?"

"Bryan, lagian ini bukan film horor tapi thriller. Jadi mana mungkin gue takut," jawabnya tidak peduli.

"Tapi Ra, apa lo gak tahu di film ini banyak aksi pembunuhannya, jadi mending lo pilih film yang lainnya aja deh," harap Bryan.

"Udah ah gue gak peduli, mending lo beli popcorn sama minuman sana," ujarnya yang sudah mendorong tubuh Bryan menuju ke arah stand makanan.

"Gue udah ingetin lo ya Ra," ingatnya kepada Raveena kemudian berjalan ke arah stand makanan di bioskop tersebut.

Beberapa saat kemudian terdengar suara panggilan dari salah satu ruangan bioskop itu menyuruh agar pengunjung segera masuk. Raveena pun tanpa menunggu aba-aba lagi menarik lengan Bryan agar mengikutinya, sedangkan Bryan menghela nafas mulai pasrah untuk melawan keinginan gadis itu.

Raveena dan Bryan pun duduk di bangku penonton menunggu film itu untuk diputar. Raveena tidak sabar menunggu film itu diputar sebab film ini pernah direkomendasikan oleh Tari, ia pun menjadi penasaran dan sangat ingin menontonnya.

Setelah beberapa iklan lewat, film tersebut mulai diputar kemudian lampu di dalam bioskop itu dimatikan membuat suasana gelap di ruangan itu.

Awalnya, Raveena menonton dengan penuh antusias dan penasaran namun, tiba-tiba ia menjadi bergidik ngeri saat psikopat itu mulai membantai dan menusuk-nusuk korbannya menggunakan pisau membuat darah bermuncratan di mana-mana. Raveena menutup mulutnya tidak percaya. Tidak berhenti di sana saja, psikopat itu pun melanjutkan aksinya dengan memutilasi korbannya.

Astaga! Rasanya Raveena tidak berani menyaksikannya. Belum lagi pembunuhan itu dilakukan secara berantai sehingga psikopat itu berniat mencari target berikutnya. Dalam hati Raveena tidak henti-hentinya merutuki Tari karena sudah merekomendasikan film ini kepadanya.

Saat wajah psikopat itu mulai menghadap ke arah depan segera saja Raveena memegang lengan Bryan takut dan memejamkan matanya.

"Katanya gak takut?" ledek Bryan tertawa melihat tingkah Raveena, sedangkan gadis itu mulai merasa malu karena terlihat payah di hadapan cowok itu.

"Ma-na mungkin gue ta-kut," sahutnya dengan suara bergetar dan kembali ke posisinya untuk menyaksikan film tersebut.

Adegan berlanjut, dimana psikopat itu sedang mengejar targetnya di sebuah tempat gelap dan sunyi. Psikopat tersebut mengejarnya karena targetnya itu telah mengusik dan ingin mencari misteri dari kebenaran pembunuhan berantai itu. Tentu saja psikopat itu tidak tinggal diam dan berniat membunuhnya tanpa seorang pun mengetahuinya.

Psikopat itu mengawasi pergerakan orang yang menjadi targetnya itu di sebuah jalan yang sepi dan gelap. Saat orang tersebut merasa aneh ada yang mengejarnya, ia mencoba berbalik namun tidak menemukan siapa-siapa. Sampai psikopat itu datang membawa benda tumpul yang begitu berat bahkan bisa memecahkan kepala manusia. Psikopat itu semakin dekat ke arah targetnya sambil mengarahkan benda tumpulnya itu dan akhirnya...

Raveena pun langsung memeluk cowok yang ada di sampingnya tidak berani menontonnya lagi.

"Tuh kan apa gue bilang, makanya orang bilang tuh dengerin," kekeh Bryan, namun cowok itu langsung menaikkan alisnya, "tapi ada untungnya karna gue jadi dipeluk sama lo."

Raveena yang tidak terima pun langsung mendongak dan mata mereka bertemu. Jantung Raveena berdetak sangat keras, rasanya ia tidak bisa bernafas. Begini kah rasanya jatuh cinta lagi.

Tiba-tiba sebuah cubitan melayang di hidungnya membuat Raveena meringis kesakitan.

"Udah jangan lihatin wajah gue terus. Tahu kok gue ganteng," godanya membuat wajah Raveena memerah. Ia pun kembali menyaksikan tidak mau terlihat payah di hadapan cowok ini.

Saat Raveena masih berusaha menonton film tersebut, Bryan tiba-tiba menggenggam telapak tangannya begitu erat membuatnya begitu terkejut. Ia tahu Bryan sudah sering menggenggamnya namun, kali ini hatinya begitu berdesir hebat seperti banyak kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.

Gak mungkin! Gue udah jatuh cinta sama dia! Batinnya tidak percaya apalagi Bryan yang begitu tersenyum manis ke arah dirinya.

Sampai film tersebut usai, Raveena cepat-cepat menuju ke arah toilet wanita di dekat bioskop membuat Bryan terheran-heran dengan tingkah gadis itu.

Saat sudah berada di toilet tersebut Raveena langsung membersihkan wajahnya menggunakan pancuran air dan menatap dirinya ke atas cermin besar itu dimana hanya dia seorang diri di sana.

Raveena pun berusaha menetralkan detak jantungnya yang tidak bisa berhenti tersebut. Ia pun mengigit bibirnya. Enggak boleh. Lo gak boleh sampai jatuh cinta sama Bryan. Ujarnya sendiri dalam hatinya.

Yah, Raveena melakukannya sebab ia tidak ingin kejadian seperti Delon terulang kembali. Ia terlalu takut bila Bryan akan meninggalkannya nanti. Ia mungkin tidak akan bisa melepaskan cowok itu.

Sampai sebuah suara panggilan telepon membuyarkan lamunanya. Raveena pun mengambil ponselnya namun, Raveena sempat mengerutkan dahinya saat melihat nomor tidak dikenal yang tertera di ponselnya. Ia tidak pernah menerima panggilan ini sebelumnya. Karena penasaran, Raveena pun mengangkatnya.

"Hallo Raveena," panggil suara di seberang membuat Raveena langsung menyadari siapa yang meneleponnya.

"ARVIN!" pekik Raveena.

Terdengar suara kekehan di sana. "Wah, ternyata kamu masih ngenalin suara aku yah."

Raveena mulai gelisah dan giginya bergetar sebab Arvin mempunyai nomor ponselnya. Segera saja saat Raveena ingin menutupnya namun, langsung ditahan oleh cowok itu, "Eits, jangan di tutup dong, aku kan kangen"

"Lo gila apa? JANGAN GANGGU GUE," berang Raveena di teleponnya tidak peduli.

"Ya ampun, kamu masih galak seperti biasa yah. Tapi aku senang berarti Raveena aku gak berubah," balas Arvin yang terdengar sangat menjijikan bagi Raveena.

Raveena menelan ludahnya dan menetralkan nafasnya, "UDAH CU-" ucapan Raveena tertahan saat suara diseberang tiba-tiba terdengar kembali.

"Aku sebenarnya sedih lo lihat kamu sekarang bareng cowok itu tadi di bioskop."

Astaga Raveena benar-benar merasa ketakutan sekarang, sebab berarti Arvin mengikutinya sampai di sini. Ia mulai memegang kepalanya dan memejamkan matanya untuk berpikir apa yang harus dilakukannya.

"Lo mau apa?" akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Raveena.

Arvin terkekeh, "Ya ampun, kok kamu gitu sih sayang. Aku kan cuma mau lihat kamu."

TAPI ENGGAK KAYAK GINI JUGA VIN!" bentak Raveena di ponselnya benar-benar tidak peduli suaranya mungkin dapat memekakkan telinga cowok itu.

"Ya ampun, iya deh, iya. Jangan marah lagi yah, tapi aku hanya mengingatkan kamu tentang cowok yang bersama kamu itu, kamu harus berhati-hati sama dia." Setelah itu suara telepon pun terputus membuat Raveena mencoba memanggil-manggil. Raveena mulai penasaran dan segera keluar dari bilik toilet itu dan mencoba mencari keberadaan Arvin.

Apa maksud sebenarnya dari ucapan cowok itu mengenai Bryan. Batin Raveena mulai menerka-nerka.

Sampai ia menemukan Bryan yang tengah tersenyum memanggilnya membuat lamunan gadis itu pudar. Namun, tak dapat dipungkiri Raveena masih terguncang pada saat Arvin meneleponnya tadi. Gadis itu menjadi diam dan tidak bersuara membuat Bryan merasa heran dengan perubahan gadis itu.

Sampai mereka berada di dalam mobil namun, Bryan tidak mengemudikan mobilnya menunggu agar gadis itu bersuara.

"Ra, lo kenapa?" panggilnya namun, Raveena tetap diam membuat Bryan pun menarik pundak gadis itu agar menghadapnya. "Jawab Ra, kalau ada yang nyakitin elo kasih tahu gue. Gue gak bisa lihat lo kayak gini terus."

Sontak ucapan cowok itu membuat Raveena mendongakkan matanya ke arah Bryan. Ia mulai bersalah sempat berpikir macam-macam kepada cowok itu.

"Tadi gue ditelepon sama Arvin," lirih Raveena membuat Bryan langsung geram.

"Tuh cowok kayaknya mesti gue patahin tangannya dulu, " berangnya.

Raveena menatap Bryan sendu, ia merasa tiba-tiba ingin menceritakan hal ini kepada Bryan.

"Ada yang ingin gue ceritain," ucapnya dengan suara pelan membuat Bryan langsung menatap gadis itu.

"Dulu pas SMP, sifat gue begitu buruk sampai gue sering bikin orang sakit hati sama kata-kata gue. Dari situ gue sempat menyesal, " terangnya dan Bryan masih fokus mendengarkan.

"Lo tahu kenapa?"

Bryan tidak menjawab.

"Karena dari situlah cowok itu mulai terobsesi dengan sifat gue yang suka nyakitin itu hingga akhirnya dia jadi sering ngikutin gue kemana pun gue pergi membuat gue benar-benar merasa gila, " lanjutnya.

"Lalu soal malaikat pelindung itu?" tanya Bryan tiba-tiba.

Raveena menghembuskan nafasnya sebelum menjawab, "Delon pernah nyelamatin gue."

"Maksudnya?"

"Waktu Arvin pernah nyulik gue saking terobsesinya dia ke gue. Terus saat gue udah merasa enggak ada yang mau nolongin gue, Delon datang dan selamatin gue. Setelah kejadian itu gue gak pernah dengar kabar cowok itu dan tahu-tahu ia udah pindah sekolah," tutur Raveena membuat Bryan menyipit masih mencoba mencerna cerita gadis itu.

"Berarti sejak itu lo jadi suka sama Delon karena pernah nyelamatin lo?" tanyanya.

Merasa ragu, Raveena pun mengangguk.

"Kalau gitu gue yang bakalan jadi malaikat pelindung lo sekarang," ungkap Bryan sambil menatap mata Raveena membuat Raveena terdiam seketika

Melihat Raveena yang tidak merespon membuatnya bertanya, "Lo gak mau?"

Pertanyaan cowok itu membuat Raveena tersadar dan segera menjawab, "Tapi setelah lo jadi malaikat pelindung gue, lo gak boleh ninggalin gue loh Bry."

Giliran Bryan yang tidak merespon, namun tanpa kata-kata lagi Bryan lebih memilih membawa tubuh gadis itu ke pelukannya.

"Kenapa lo malah peluk gue?" tanya Raveena bingung saat dirinya sudah berada di dekapan cowok itu.

"Gue akan berusaha untuk enggak ninggalin lo Ra, " lirih Bryan namun tak dapat dipungkiri suara cowok itu terdengar bergetar.

***
TBC

Please kasih vote dong! Please. Jangan hanya jadi sider aja. Authornya benar-benar merasa sedih 😭😭😭. Vote aja kok, kalau gak comment gak apa

18 Okt 2020

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 132K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
31M 2M 103
1# Mavros Series | COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerit...
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.3M 74.4K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...