KALE [END]

By SiskaWdr10

47.7K 3.1K 365

[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka ter... More

01.Tersayang
02.Lingkungan Kale
03.Stempel pemilik
04.Kejadian silam
05.Si datar candu
06.Dua hama
07.Karangan Salsabila
08.The power of love
09.Kale keliru
10.Putri hujan
11.Bule peduli
12.Gugur
13.Pelukan hangat
14.Bundadari
15.Ancaman
16.Psycho
17.Sebuah rasa
18.Tersangka
19.Celah keuntungan
20.Duri manis
21.Momen
22.Cinta ke benci
23.Bekas luka
24.fired
25.Puncak masalah
26.Kacung
27.Tupperware
28.Wanke
29.Sekolah robot
30.Tumbuh
31.Pecah
32.Macan tidur
33.Bertahan
34.Sampah
35.first kiss
36.Air dan minyak
37.Jealous
38.Mabuk
39.Alasan
40.Over posesif
41.Marah besar
42.Badut
43.Omes
44.Hampa
45.Mainan
46.Roti dan susu
47.Jawaban
49.No LGBT
50.Story night
51.Program Gapara
52.Labil
53.Tugas
54.Taktik
55.Bertingkah again
56.Perangkap
57.Kesibukan
58.Permintaan
59.Tidak baik
60.Menjauh
61.Kado
62.Lolipop
63.Terbongkar
64.Double kill
65.Berakhir
66.Terbiasa sepi
67.Selamat lulus
68.About Tapasya
69.Kebenaran
70.Pada akhirnya
71.Milik ku [END]
hiii

48.New thing

379 41 2
By SiskaWdr10


|•48. Cinta itu?|

                              *******

Galang mengajak Anya pulang setelah dirasa cukup banyak bercerita dengan si Mbok, Anya jujur saja merasa senang. Galang menurunkan Anya tepat di depan gerbang rumah Kale.

"Galang serius jawabannya itu cinta?" tanya Anya.

"Iya, gue emang cinta sama lo." Galang tersenyum setelahnya.

"Sejak kapan?" tanya Anya penasaran.

"First meet," jawab Galang jujur.

"Saat pertama Anya baru pindah dan Galang minum air di tupperware Anya?" tanya Anya memastikan.

Bukan, tapi jauh sebelum itu. Galang ingin mengatakan itu, tapi ia masih harus berbohong untuk menutupi luka lama.

"Iya," balas Galang.

Ada apa ini? perasaan Anya berubah jadi senang, tak boleh! ia masih cinta Kale.

"Apa buktinya?" tanya Anya. Galang yang masih duduk di jok motor menopang wajahnya menggunkan tangan.

"Mata gue keliatan bohong nggak saat gue bilang jatuh cinta sama lo?" tanya Galang. Anya menatap lekat mata Galang, ya di dalamnya memang tidak ada kebohongan.

"Lang," panggil Anya.

"Kenapa?" tanya Galang.

"Apa alasan Galang cinta sama Anya? jangan bilang kalau cinta nggak butuh alasan, basi Lang!" ucap Anya. Galang terkekeh kecil.

"Jantung gue berdetak kencang saat deket lo," jawab Galang jujur.

Anya mengangguk mendengar jawaban dari Galang. "Iya-iya, berarti kalau ketemu Guru killer terus jantung Galang berdetak kencang itu artinya Galang jatuh cinta sama Guru tersebut?"

"Nggak, karena gue pinter." Balas Galang membuat mata Anya membulat. Ucapan Galang benar, karena Guru killer biasanya hanya galak pada anak-anak bodoh yang tak bisa mengerjakan soal.

"Aishhh, bukan gitu Lang. Gini deh, berarti kalau Galang ketemu polisi di jalan terus detak jantung Galang berdetak kencang artinya Galang suka sama Polisi tersebut?" tanya Anya.

Galang menggeleng, ia menunjukan helem di tangannya kemudian ia meronggoh saku celananya mengambil dompet yang berisi SIM dan surat-surat motor lengkap. "Gue anaknya anti melanggar ... kalau nggak lupa," ucap Galang.

Anya menepak keningnya kesal. "Seandaikan lupa?" tanya Anya.

"Gue nggak pernah lupa," jawab Galang.

"Iya, ini kan seandainya!" ucap Anya mulai kesal. Galang memandang Anya dengan tatapan bingung dan menahan tawa.

"Ya gue puter balik supaya nggak ketemu polisi," jawab Galang. Anya mengehala nafas berkali-kali.

"Kalau di kejar?" tanya Anya.

"Ya udah kejar-kejaran," jawab Galang enteng. Raut wajah Anya langsung datar.

Anya mengepal tangannya dan ia arahkan pada Galang. "Mau dikubur pakai kafan motif apa? batik atau doraemon?"

Galang terkekeh kecil. "Eh iya-iya nya nggak jadi kejar-kejaran deh gue!" jawab Galang panik. Anya menurunkan tangannya.

"Anya ... detak jantung seseorang itu penyebabnya nggak melulu tentang ketakutan, tapi ada juga reaksi hati yang menjalar ke jantung, ketika hati mulai bereaksi diri gue yakin kalau ini yang disebut cinta, mau pernyataan yang lebih panjang dari itu?" tanya Galang.

"Ada?" tanya Anya.

Sebagai balasan Galang mengangguk. "Karena gue suka cara bicara lo, gue suka cara lo ngedipin mata, gue suka saat rambut lo berantakan, gue suka saat kaki lo melangkah, gue suka sama bola mata lo, gue suka senyum lo, gue suka liat lo bingung, gue suka liat alis lo, gue suka sama semua hal-hal kecil yang ada di diri lo, Anya."

Sungguh mata Galang sama sekali tak menunjukan kebohongan, Anya senang ada yang menyukai hal-hal yang bahkan dia sendiri tak sadar. "Galang-" lidah Anya seperti kelu saat ingin melanjutkan ucapannya. Mereka bertatapan.

"Lo itu bersinar banget Nya, dan hal itu yang paling gue suka dari lo," ucap Galang lalu mengusap puncuk kepala Anya.

Anya mengedipkan matanya berulang-ulang, ia terkena mantra cinta dari Galang. "Bersinar yang Galang maksud itu apa?" tanya Anya.

"Gue bisa jelasin itu sampai pagi disini, mau denger?" tanya Galang. Anya menggeleng.

"Kelamaan tau!" ucap Anya.

"Yaudah, masuk gih," kata Galang. Anya mengangguk lalu membalikan badannya. "Jangan kepikiran sama ucapan gue tadi, gue tau hati lo masih penuh nama Kale," lanjut Galang membuat Anya membeku di tempat.

Anya membalikan badannya. "Lagian Galang bercanda kan? Kita cuma temen kan?" tanya Anya sambil menyengir kuda untuk mencairkan suasana, wajah serius Galang malah terlihat menakutkan.

Mungkin sebaiknya untuk beberapa saat ia harus berbohong agar pertemanannya dengan Anya tidak hancur, ia janji hari demi hari yang ia lewati bersama Anya akan menunjukan bukti cintanya.

"Yaelah ketebak," jawab Galang lalu tersenyum.

Hati Anya bingung dan resah saat Galang mengatakan jika itu hanya bercanda, senang dan sedih rasanya jadi bercampur.

"Basi Lang!" kesal Anya. "Udah sana pulang, makasih traktirannya," ucap Anya.

Galang mengangguk lalu memakai helem dan tancap gas menuju rumahnya.

"Kenapa hati Anya maunya serius ya?" tanya Anya pada dirinya sendiri.

Saat Anya membuka pintu sudah ada Kale yang berdiri tegak sambil menatap Anya dengan mata tajamnya.

"Ka-le?"

Bukan menjawab laki-laki itu malah mendekati Anya dan mengedus-ngedus bahu Anya, Anya jelas menjadi kebinguangan. "Ada-"

"Dari mana lo?" tanya Kale dengan wajah sinisnya.

"Ah-itu Anya dari rumah temen!" jawab Anya lalu tersenyum lebar agar Kale percaya.

"Siapa namanya?" tanya Kale ingin lebih jelas.

Anya menggaruk pelipisnya, Kale langsung tahu Anya berbohong. "Masih nggak nurut buat jauhin Galang?"

"Bu-"

"Gue tahu wangi tubuh lo kalau kecampur sama orang lain," seka Kale. Mata Anya membulat sepertinya Kale pantas jadi detektif.

"Dia cuma temen Anya Le," kata Anya.

Tiba-tiba saja Kale memeluk Anya dengan erat, Anya terdiam bingung dipeluk oleh Kale. Tak lama Kale melepaskan pelukan tersebut.

"Biar wangi Galang ilang jadi wangi tubuh gue," ucap Kale lalu pergi meninggalkan Anya keluar rumah.

"Ada apa sih?" tanya Anya sambil melihat punggung Kale yang menjauhinya.

Ternyata Galang tidak langsung pulang kerumah ia kembali ke TPU untuk berkunjung ke satu pemakaman gadis di masalalunya.

Seperti biasanya Galang selalu membawa bunga untuk Tapasya, ia letakan di depan batu nisan itu dan berdo'a, selesai berdo'a Galang bercerita pada Tapasya.

"Sya aku udah maafin Mama, kamu seneng nggak? pasti ya, hehe," ah kenapa Galang selalu sedih bila bercerita pada Tapasya. "Aku udah baikan sama masalalu aku ya walau masih agak setengah hati sya, maaf banget aku harus pura-pura lupa kamu saat Anya nanya-nanya, aku ... aku janji setelah bisa dapetin Anya nggak bakal lupain kamu."

Galang menghela nafas untuk kembali membuka suara. "Sya ... ternyata nggak cuma wajahnya yang mirip kamu, tapi tingkah cara bicara dan cara dia marah juga mirip sama kamu, mudah buat jatuh cinta sama dia sya, aku jatuh cinta sama dia karena kamu," ucap Galang.

Ada seorang gadis yang memperhatikan Galang di ujung sana, dia juga memegang satu benda. "Dia sering kesini bareng gue?" tanya gadis itu pada dirinya sendiri.

"Aku pamit pulang ya sya," kata Galang sambil mengusap batu nisan.

Ketika Galang bangkit seoarang gadis memberikan jam pada Galang, "Punya lo kan?"

Galang mengambilnya dan memastikan apakah betul itu miliknya. "Iya, pantesan saya cari nggak ada," kata Galang.

"Gue nemuin itu di makam ini beberapa hari yang lalu," jawabnya.

Bibir Galang membentuk senyum manis. "Makasih ya, nama saya Galang," ucap Galang memperkenalkan dirinya sambil menyodorkan tangan.

"Cindy," jawabnya sambil menjabat tangan Galang.

Cindy memiliki badan yang hampir setinggi Galang, wajahnya terlihat manis dengan kulit berwarna sawo matang, dari segi penampilan sepertinya Cindy ini tomboy, rambutnya saja di ikat satu dan ia memakai celana levi's sobek-sobek dengan kemeja merah yang bagian tangannya sengaja ia gulung.

Mereka berdua berjalan menuju parkiran, "Lo masih sekolah?" tanya Cindy. Galang mengangguk.

"Iya, kelas dua SMA. Kamu sendiri?" tanya Galang.

"Gue udah lulus dua tahun yang lalu, nyatai aja kali nggak usah pakai bahasa formal," jawabnya.

Galang terkekeh kecil. "Kok tiba-tiba bisa nemuin jam gue?" tanya Galang. Cindy menoleh pada Galang.

"Kayanya lo sama gue sering kesini di waktu yang bersamaan, hari itu gue penasaran sama lo dan setelah lo pulang gue mulai ngedekatin kuburan orang yang sering lo datengin itu ternyata gue nemuin jam punya lo yang nggak sengaja lo tinggal, gue jadi punya alasan buat bicara sama lo," kata Cindy.

"Masa iya? lo juga sering kesini?" tanya Galang.

Cindy mengangguk. "Ke makam adik gue, lo ke makam siapa? maaf, gue baca nama dibantu nisannya cewek, pasti Ibu atau pacar lo ya?"

Tak ada yang salah dari ucapan Cindy, memang biasanya yang paling di sayang diantara kedua orang tersebut, tapi Galang dan Tapasya hanyalah teman. "Bukan, temen gue."

"Temen deket?" tanya Cindy. Galang mengangguk sambil tersenyum.

"Pantesan lo sering banget kesini," lanjutnya.

Mereka telah sampai diparkiran, "Pulang naik apa lo?" tanya Galang.

"Angkot, gue duluan ya." Balas Cindy.

"Sama gue aja!" jawab Galang sambil memegang tangan Cindy.

Cindy menoleh pada tangannya yang di pegang oleh Galang, lalu dengan cepat Galang melepaskannya. Cindy mengangguk sebagai balasan.

"Rumah lo dimana?" tanya Galang saat motor itu telah menyala.

"Turunin gue di bar depan sana aja," jawabnya.

Sungguh Galang terkejut, ini masih sore Cindy sudah duluan saja masuk ke tempat gelap itu.

Motor itu terhenti tepat di depan bar, ada yang terlintas dipikiran Galang pada bar ini. Ah ya! Galang pernah melihat Ray bermain gila dengan banyak wanita di bar ini.

"Gue kesini bukan buat minum, tapi kerja." Cindy seolah tahu apa yang ada dipikiran Galang.

"Hah? kerja?" tanya Galang.

"Iya, kerja sampingan. Gue juga bukan cewek sewaan kok, cuma pelayan yang nyiapin minuman nggak dan yang pasti nggak ada plus-plusnya." Turturnya menjelaskan.

"Iye santai aja kali gue juga nggak terlalu mikir yang macem-macem," jawab Galang.

"Lo kapan-kapan bisa mampir kesini," ucap Cindy.

Galang yang masih duduk di motornya terkekeh kecil. "Gue nggak minum," balas Galang.

"Bisa pesen air putih atau nggak lemon tea, disini juga ada itu kok," jawab Cindy. Galang kembali memakai helemnya.

"Kapan-kapan mungkin, gue duluan ya," kata Galang. Cindy mengangguk.

"Makasih and take care," jawabnya.

Entah kenapa saat Galang di jalan ia merasa firasatnya nanti akan bertemu kembali dengan Cindy. Mungkin bisa jadi, iya.

Sesampainya di rumah Galang ia langsung meluncur menuju kamar Kak Mutiara. Ia penasran akan penyebab kematian Ibunya.

"Kak ... ada di dalem?" tanya Galang sambil mengetuk pintu kamar.

"Ada apa lang?" tanya Kak Mutia yang ada di belakang Galang. Ia habis dari minimarket.

Galang melihat pada barang bawaan Kakaknya yang lumayan banyak, "Sini ku simpan," kata Galang.

Mutiara tersenyum. "Kamu mau ngapain ke kamar ku?"

"Mau ngobrol, aku tunggu di deket kolam ikan ya Kak," ucap Galang. Mutiara mengangguk lalu pergi ke dapur untuk membuat jus terlebih dulu.

Adik Kakak itu duduk bersebalahan sambil memegang jus satu-satu. Terjadi hening untuk beberapa saat sebelum Mutiara membuka suara.

"Ada apa, Lang?"

Galang meminum jus sebelum menjawab. "Mama dia ... meninggal gara-gara apa?"

Mutiara tersenyum lebar, akhirnya adiknya ini mulai peduli. "Kamu udah maafan sama, Mama?"

"Waktu selalu berjalan dengan baik," jawab Galang. Mutiara mengangguk.

"Mama meninggal karena serangan jantung," jawab Mutiara, detik itu juga Galang langsung terkejut.

"Sejak kapan?" tanya Galang.

"Aku nggak tau pasti, Lang. Yang aku tau Mama bukan susah untuk dihubungi tapi ayah sengaja mempersulit itu supaya Mama mu bisa hidup tenang di sana, Ayah nggak mau Mama merasa tertekan harus memilih antara kamu dan kebahagiannya hingga membuat penyakitnya kambuh. Ayah selalu ngasih kabar ke Mama kalau kamu baik-baik aja, percaya nggak si Lang kalau terkadang seseorang harus berbohong demi kebaikan?" tanya Mutiara membuat hati Galang sakit, ternyata selama ini ia salah sangka pada Ibunya sendiri.

"Kebaikan apa yang Kakak maksud?" tanya Galang.

"Ayah pikir kamu cukup tahu Ibumu baik-baik aja dan masih hidup udah bikin kamu seneng, ternyata malah sebaliknya. Kamu harus denger tentang kejujuran ini Lang, semua sayang kamu tapi kita nggak tau harus ngelakuin hal apa, tindakan kita selama ini malah terasa salah di mata kamu, Kakak sama Ayah ngira kamu LGBT sama Fahri itu karena Kakak sama Ayah merhatiin kamu kalau kamu selama ini nggak punya cewek dan lebih akrab sama Fahri, memang pemikiran kita salah tapi niat awalnya baik Lang," jelas Mutiara.

"Harusnya Kakak tahu aku nggak deket cewek kar-"

"Tapasya? maaf kakak baru sadar itu, maaf Lang," kata Mutiara.

Galang mengehela nafas setelah mendengar semua fakta yang selama ini enggan ia dengar. "Mungkin selama ini kalian ngira, diamnya aku itu marah sama kalian?"

Mutiara mengangguk. "Kamu juga kadang-kadang doang baik sama kita, jarang ngobrol dan banyak nunjukin muka-muka nggak nyaman saat deket aku sama Ayah," jawab Mutiara.

"Aku nggak cuma marah ke Kakak dan Ayah, tapi kehidupku yang kurang menarik dan nggak punya warna ini, sejujurnya memang yang paling buat aku muak kalian berdua, kenapa sih harus pake cara berbohong buat jelasin apa yang kalian mau?" tanya Galang yang merasa dibodohi. "Kalau jujur dari awal mungkin aku bakalan terima," lanjutnya.

"Kamu ngomong gini untuk sekarang bukan untuk dua tahun yang lalu, Ayah lebih tahu apa pemikiran kamu makannya dia bertindak seperti itu, stop Lang benci sama aku dan Ayah, kita bukan orang jahat," ucap Mutiara.

"Sekarang aku nyesel karena selama ini benci Mama, mau minta maaf sama tuhan malu karena kadang aku suka berpikir yang nggak-nggak tentang dia," balas Galang.

"Perbaiki penyesalanmu itu lewat perubahan mu sekarang, coba buat bahagiain diri sendiri agar orang-orang di sekitar mu ikut bahagia, kalau emang bahagia mu sekarang karena Anya yang mirip Tapasya dapetin dia dan bahagialah sama-sama," kata Mutiara sambil mengusap pundak Galang. Galang mengangguk sambil tersenyum sedih.

"Maaf bikin mikir keras tentang apa yang aku pikirin," ucap Galang lalu mengingat Anya sekejap. "Tapasya dalam bentuk Anya tengah aku perjuangkan."

Kale merebahkan dirinya di sofa kamarnya sambil bermain handhpone, ia penasran pada Galang yang selalu membuatnya kesal karena dekat dengan Anya, jari Kale mengetik di kolom pencarian akun media sosial milik Galang.

                     #Grup aki-aki

Jeff Geoff:
Gw dapet kabar buruk

Eza Maulana:
Kabar apa a a enjep....

Kemal Palevi:
Haikal baru ditebus bokapnya ya kemarin? @Jeff Geoff

Jeff Geoff:
@Eza Maulana ayok

Jeff Geoff:
@Kemal Palevi iya, kemarin dia ribut sama Ray terus gue bantuin Ray.

Kemal Palevi:
Demen bgt nyari masalah, lu ngapain bantuin Ray, yahhh ketebak si ini bakalan ngulang kejadian sama.

Eza Maulana:
HAIKAL HERYANTO?

Eza Maulana:
Kemana? A a Enjep @Jeff Geoff

Jeff Geoff:
Neraka @Eza maulana

Jeff Geoff:
Iya gue tau, gue ada masalah sama Haikal tapi udah masalalu kali. @Kemal Palevi

Eza Maulana:
Bahaya le, setan kalau dendam mah kuat. Jaga-jaga aja.

Kemal Palevi:
Jaga-jaga A Enjep @Jeff Geoff kalau keluar bawa sapu lidi atau peniti, gunting sama bawang putih bawang merah sekilo.

Jeff Geoff:
Gw ga lagi hamil bangsat @Kemal Palevi

Jeff Geoff:
Babi semua yang nyebut gue A a Enjep

Eza Maulana:
Dia tau lo sekolah di Gapara? @Jeff Geoff.

Jeff Geoff:
gak gak kuat, gak gak gak kuat, aku nggak kuat sama Playboy-playboy

Eza Maulana:
Serius BBI

Jeff Geoff:
Tau lah orang kemaren gue bantuin Raynya balik ngambil raport dan masih pake baju seragam.

Kemal Palevi:
Ah mantappppp @Jeff Geoff

Kemal Palevi:
Gue yakin dia bakalan penasaran sama lo

Eza Maulana:
Mana nichhh hakim kita @Azriel Putra.

Jeff Geoff:
Sebutnya Febrinato nanti muncul.

Eza Maulana:
Om Anto, punten goofood. @Azriel Putra.

Dari aplikasi Instagram Kale langsung beralih ke whatshaap dan membaca pesan teman-temannya.

Sebelum itu kalian harus mengetahui siapa orang yang tengah mereka bahas. Yaitu Haikal Heryanto, dia berbeda satu tahun dengan Kale dan teman-temannya, sewaktu dia kelas tiga SMA dia adalah musuh jalanan anak Gapara dan anak Jailen, ia lebih kuat dari Ray mauapun Bule. Hari itu, Ray berhasil membuat salah satu anak buah Haikal yang ikut turun ke jalan meninggal di tempat dan ternyata yang Ray bunuh adalah teman dekatnya Haikal yaitu Bima, beruntungnya saat itu Ray berhasil lolos dari kejaran polisi maupun kejaran semua anak buah Haikal karena Ray dibantu oleh Bule. Haikal sangat marah saat itu pada Ray dan pada Bule karena telah membantu Ray lolos, dari situ awal mulanya, Haikal berniat balas dendam, nyawa harus di balas nyawa. Ketika mereka kembali turun ke jalan Haikal mengincar anak Gapara kalau bisa Raynya langsung, bukan mendapatkan Ray ia malah mendapatkan anak buahnya, Haikal coba membunuh anak buah tersebut tapi pihak polisi datang, Haikal terlalu fokus menghabisi satu anak itu hingga tak sadar para polisi tengah mengepungnya. Dari situ dendam Haikal timbul, ia dimasukan kedalam penjara dan ketika di dalam ia bertekad kuat untuk dapat membalas Ray dan Bule setelah ia bebas.

Ray dan Bule tersenyum dari jauh melihat kebodohan Haikal, bila dendam memang terkadang seseorang akan segila itu, anak buah Ray tidak langsung mati di tempat tapi koma untuk beberapa bulan, selama koma itu yang membiayakannya adalah Ray dan teman-temannya, sayangnya setelah koma cukup lama anak buah Ray itu meninggal dunia. Ray juga sempat dicurigai atas pembunuhan Bima, tapi para polisi tidak mempunyai bukti yang cukup kuat untuk mempidana Ray.

Kembali ke topik awal, Kale tak menemukan apa-apa dari akun sosial media Galang, hanya terdapat foto-foto alam, hampir sama dengannya.

Azriel Putra:
Jangan mulai, udah kelas tiga.

Eza Maulana:
Aku selalu setuju dengan A A enjil. @Azriel Putra

Kemal Palevi:
Mulai nggak mulai pasti bakalan dia mulai duluan @Azriel Putra.

Eza Maulana:
Maaf A a Enjil aku pindah pihak ke @Kemal Palevi.

Jeff Geoff:
@Azriel putra, masa iya kemarin gue nggak bantu Ray dia kan best friend me

Eza Maulana:
Tapi itu bahaya buat keselamatanmu a Enjep.

Jeff Geoff:
Bacot lo @Eza Maulana BBI

Azriel Putra:
Maksud gw nanti kalau dia mulai manas2 sin lo, jangan kepancing.

Kemal Palevi:
Lah iya A Enjep kan bukan ikan @Azriel putra.

Dirasa obrolan itu cukup Kale menyimpan ponselnya dan bergegas untuk tidur.

Berbeda dengan Galang yang akhir-akhir ini disibukan dengan merangkum segala materi pembelajaran untuk ia berikan pada seseorang, setiap tahunnya Galang selalu melakukan ini.

Galang mengambil tissue lalu menyumpal kedalam lubang hidungnya. Terdengar ketukan pintu.

"Masuk aja," kata Galang.

Mutiara masuk membawa susu hangat dan roti kesukaan Galang. "Di minum," ucap Mutiara ketika gelas dan piring itu telah di simpan di meja belajar Galang. Galang hanya menjawab dengan anggukan sambil fokus pada pekerjaannya.

"Jangan terlalu keras belajarnya, lagian kan ini hari libur Lang, awas jangan sampai nggak tidur juga," kata Mutiara.

"Iya," jawab Galang singkat. Sejujurnya Galang malam ini akan bergadang untuk menyelesaikan rangkumannya.

Anya sendiri tengah berbaring santai di kasurnya sambil membaca berita di ponsel. Tak seperti biasanya kini Anya bermain ponsel untuk membaca berita aktris dan aktor Indonesia.

"Setiap orang pasti punya masalahnya masing-masing tak terkecuali siapaun," ucap Anya menyimpulankan artikel yang ia baca, selesai membaca Anya langsung tidur.

                              🐟🐟🐟

Tak terasa dua Minggu berlalu, anak yang lain sangat menikmati liburannya berbeda dengan Anya dan Galang yang malah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Karena ini hari awal masuk jadi anak-anak bebas melakukan kegiatan apapun yang sekiranya positif, seperti anak basket yang tengah bermain di lapangan, ada juga yang membaca buku dan belajar bersama-sama. Anya merasakan Gapara berbeda sekali dengan Alberto.

Abigel dan Anya melihat Galang di tepi lapangan. "Kamu nggak main gel?" tanya Anya.

"Males," jawab Abigel singkat lalu kembali memperhatikan pemain di lapangan.

"Galang makin jago aja ya, Nya. Berteman sama Fahri si, btw lo udah nyari tau dia LG-"

"Nggak! Galang normal dia suka sama cewek," seka Anya.

"Seriusan?" tanya Abigel lalu mendekat pada Anya dan menatapnya dengan mata menggoda. "Ceweknya lo ya?"

Anya terkekeh kecil. "Nggak tau," jawab Anya singkat dengan wajah tanpa ekspresi. Anya bingung perkataan cinta yang keluar dari mulut Galang itu serius atau sekedar candaan.

"Bagus Nya, lo hebat bisa bikin dia jatuh cinta sama lo," kata Abigel.

Mata Anya menatap pada Abigel. "Anya udah punya pacar kali," balas Anya memikirkan Kale.

"Masa? tapi kok deket sama Galang?" tanya Abigel curiga dan tiba-tiba Galang datang menghampiri mereka berdua dengan nafasnya yang terengah-engah.

"Lo mau beli minum nggak? gue mau nitip," tanya Galang pada Abigel. Abigel mengangguk karena ia juga haus.

"Tunggu," kata Abigel. Anya dan Galang sekarang berdua.

"Galang sakit?" tanya Anya karena wajah Galang terlihat pucat.

"Nggak, ada yang salah dari gue?" tanya Galang.

"Nggak juga," jawab Anya. Tatapan Galang jadi berbeda pada Anya.

"Kok malah salting si Nya?" tanya Galang.

"Masa?" tanya Anya.

"Pipi lo juga jadi merah," jawab Galang seketika Anya langsung memegang pipinya, Anya merasa pipinya panas dan ia pun langsung membalikan badannya agar Galang tak melihat.

Galang tersenyum tipis melihat itu dan tiba-tiba bagian dadanya kembali terasa sakit. "Aw," ringis Galang pelan.

                               ******

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
102K 8.5K 71
Spin Off TRAVMA Kesalahpahaman di masa lalu membuat Darma ingin membalaskan dendam atas kematian sang pacar. Darma pun membentuk geng motor demi memb...
790K 51.2K 72
FOLLOW SEBELUM BACA!!! Rank 1 #fiksiremaja 03/07/2021 Rank 1 #Badword 30/12/2020 Rank 1#Perusuh 02/01/2021 Rank 1 #Melviano 02/01/2021 Rank 1 #Kakakk...
3.4K 379 55
Kecemburuan yang membawaku masuk dalam sebuah permainan ••• Gamma Alteriano Roushter, ketua geng Aexprea, geng paling terkenal di sekolahnya, Haylan...