The Begining

By kireinaaa

86.3K 13.6K 3.3K

Seharusnya Dara sadar, jika hidup tidak akan pernah berjalan sesuai dengan apa yang ia inginkan. Tapi dirinya... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Kasih Alasan
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34

Bab 9

2.6K 473 132
By kireinaaa

Taksi yang ditumpangi Dara berhenti di sebuah rumah tingkat dua, Dara keluar dari taksi sambil menarik tangan Fita. Menariknya untuk mengikuti dirinya, sedangkan Fita yang berada di belakang Dara, sedari tadi berontak. Namun sepertinya itu mustahil, karena cekalan Dara pada pergelangan tangan Fita begitu erat, dan terasa menyakitkan bagi Fita.

Dara membuka pintu rumah tante nya yang kebetulan tidak terkunci, Dara masuk ke dalam sambil menyeret Fita. Fita melangkah dengan terseok-seok, lengannya begitu sakit akan cekalan Dara yang begitu kuat.

Sampai lah mereka berdua di sebuah kamar, dengan keras Dara membuka pintu kamar tersebut. Dara kembali menarik Fita lalu mendorong tubuhnya itu untuk bersujud di kaki sang ibu. Fita jelas kaget melihat ibu Dara yang hanya duduk di sebuah kursi dengan pandangan kosong, terlebih dia tidak percaya jika Dara kini memaksanya untuk bersujud.

"Ibu, dia Fita. Anak dari jalang yang rebut Ayah dari kita. Aku sudah membawanya ke sini, aku ingin Ibu membalaskan dendam Ibu pada anaknya juga. Karena dia juga udah rebut Rama dari aku," ujar Dara menahan rasa sesak dihatinya.

Perkataan Dara sepertinya tidak mempan bagi sang ibu, karena ibunya tetap saja seperti itu. Tidak menunjukkan reaksi apapun. Dara yang mulai tidak sabaran kembali membuat Fita untuk semakin merunduk.

"Minta maaf lo sama nyokap gue!" Seru Dara kasar dengan tangan yang memegang kepala Fita, memaksa cewek itu untuk tetap menunduk di kaki sang ibu.

Ibu Dara hanya diam, tidak merespon. Dan itu semakin membuat Dara murka, Dara semakin keras menekan kepala Fita ke bawah bahkan sampai  bibirnya mencium kaki sang ibu.

"Lihat kelakuan lo dan ibu lo, brengsek! Nyokap gue jadi begini." Kembali Dara berseru marah dan Fita hanya diam. Entah diam menyesal atau diam karena puas.

Ibu Dara seolah tidak terusik dengan tindakan Dara, ibunya itu tetap diam tidak merespon. Pandangan matanya pun tetap kosong, seolah tidak ada kehidupan.

Dara kembali marah, melihat Fita yang diam saja membuatnya kembali  menjambak rambut cewek sialan itu, menariknya ke belakang dengan erat. Wajah Dara di dekatkan dengan telinga Fita, ia kemudian berbisik.

"Kalau elo ngadu ke bokap lo, gue nggak akan segan-segan buat perhitungan sama lo berdua. Gue bisa bikin nyokap lo sama kayak nyokap gue. Paham?!"

Fita tidak bisa membalas ancaman Dara, yang dilakukannya hanya diam. Kepalanya pun sudah sakit, jadi Fita membiarkan Dara mengatakan semaunya saja.

Dara kemudian menarik lengan Fita membawanya keluar dari kamar sang ibu. Karena percuma saja, ibunya kembali seperti semula. Dara pikir, dengan membawa Fita ke sini setidaknya akan ada perubahan. Seperti saat beberapa hari lalu, saat dirinya datang ke sini. Namun sepertinya itu hal yang sia-sia membawa musuhnya kemari, karena sang ibu tetap saja diam tidak merespon.

Dara kembali menarik tangan Fita kasar, begitu sampai di depan pintu utama. Dara segera mendorong Fita keluar, lalu membanting pintu di depannya membuat Fita berjengkit seketika. Masih kaget akan tindakan Dara yang kasar padanya beberapa saat lalu. Sedangkan Dara sendiri,  memilih kembali menemui ibunya.

_
_
_
_
_

Dara kembali sibuk dengan pekerjaannya di restoran, setiap weekend dirinya selalu lembur. Dari pagi hingga siang ia menjadi waiters, sedangkan dari sore hingga malam hari ia membantu di dapur. Bukan karena keinginannya, tapi karena Galang yang menawarinya. Pada awalnya Dara ingin menolak, tapi dia berpikir kembali. Dia menginginkan untuk melanjutkan sekolahnya, meskipun ada adik dari ayahnya yang bisa membiayai dirinya, tapi Dara memilih tidak menerima tawaran itu. Dia tidak ingin merepotkan siapapun, selagi dirinya masih mampu untuk bekerja, dia tidak akan mengandalkan orang lain. Dia juga harus membiayai ibunya, tidak mungkin juga jika dirinya mengandalkan tantenya untuk hidup sang ibu. Maka dari itu lah dirinya menerima tawaran Galang, karena dirinya mendapatkan bayaran yang lumayan besar.

Dara seolah lupa akan tindakannya pada Fita beberapa hari lalu, yang bisa saja menjadi bumerang baginya.

"Ra, bisa tolong saya?" Tanya Liana kasir senior di sana.

Dara yang tengah membantu Alan seketika menoleh ke arah pintu, kemudian berjalan menghampiri Liana.

"Bisa bantuin sebentar? Jadi server lagi nggak apa-apa kan? Di luar banyak banget tamunya."

Dara mengangguk, sebenernya malas ia kembali menjadi server di malam hari, karena selalu saja dia mendapati pelanggan yang aneh-aneh. Bukan sekedar tip, tapi nomor ponsel si pelanggan. Bukan sekali atau dua kali, tapi beberapa kali, dan juga dirinya selalu mendapatkan bunga. Karena restoran tempatnya bekerja bersisian dengan toko bunga.

Seperti saat ini misalnya, baru saja Dara menyimpan minuman di atas meja. Pelanggannya itu sekumpulan cowok yang diperkirakan olehnya seumuran dengannya. Ketika Dara akan mengambil tray, seorang cowok tiba-tiba saja menaruh sebuah kertas di atas tray, Dara menaikkan alisnya bingung.

"Maaf, Mas. Ini bill nya kok dibalikin lagi yah?" Tanya Dara datar.

Cowok yang menaruh bill di atas tray nya itu tersenyum.

"Itu nomor hp gue, karena gue tahu kalau elo gak bakalan kasih nomor hp lo sendiri. Jadi gue inisiatif buat kasih nomor hp gue duluan. Lo bisa call  gue kapan pun." Jawab cowok paling tampan di meja itu sambil tersenyum lebar.

Dara yang mendengarkan penjelasan  dari cowok itu hanya bisa diam, kemudian membalikkan tubuhnya sambil membawa tray, tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada cowok itu Dara pergi begitu saja.

"Anjrit, seorang Romi ditolak meeennn...." Koor berberapa cowok di sana, dan Romi pura-pura meyentuh dadanya sambil meringis nyeri.

Sedangkan Dara si pelaku yang membuat keribuat di meja sana, hanya terus berjalan ke depan tanpa memedulikan orang-orang yang tengah memandanginya. Rasa malunya mungkin sudah hilang, ia sudah kebal dipermalukan oleh pelanggan-pelanggannya.

Dara kembali masuk ke dapur dengan tangan yang masih memegang tray di atas meja, Alan yang tengah selesai dengan masakan yang di olahnya, berjalan menuju Dara sambil meletakan masakan itu di atas tray Dara.

Alis Alan tertarik ke atas melihat bill, ia marik kertas tagihan itu lalu membaliknya. Matanya menyorot dingin melihat tulisan di sana.

"Kau mendapat nomor ponsel cowok lagi?" Tanya Alan terlihat tidak suka.

Dara mengangkat bahunya acuh.

"Kau bisa membuangnya." Balasnya sambil membenarkan letak piring da gelas.

Alan menghela napasnya.

"Andai saja kau mau menjadi pacarku, mungkin cowok-cowok di luaran sana tidak akan mengganggumu lagi." Desah Alan dengan lirih.

Dara mendengus.

"Yeah, tapi sebagai gantinya aku yang akan habis oleh fansmu." Cibir Dara sambil berjalan keluar dari dapur, meninggalkan Alan yang memandang punggung kecil Dara dengan sendu.

_
_
_
_
_
_

Rama memang tidak menguntit lagi Dara, tapi dirinya meminta seseorang untuk menggantikannya. Dia selalu menyuruh beberapa orang untuk mematai Dara di tempat kerja ceweknya itu, dengan siapa dia pulang, dengan siapa dia berkencan, dan cowok mana saja yang mendekati ceweknya.

Rama menggebrak meja di hadapannya dengan keras, begitu melihat beberapa foto yang menampilkan Dara dengan beberapa cowok. Dia marah karena ceweknya itu didekati oleh cowok lain, terlebih cowok yang menjadi chef di restoran itu, cowok yang selalu bersama Dara akhir-akhir ini. Dan ia takut jika cowok itu kekasih Dara yang sekarang, karena melihat sikap Dara yang tidak menolak cowok itu di dekatnya.

Rama memikirkan cara untuk mendapatkan Dara kembali bagaimana pun caranya, karena sejak dulu Dara memang untuknya.

Rama mengambil kunci mobil, ia berjalan meninggalkan ruangannya.

"Ram, mau ke mana?" Tanya sang ibu yang melihat putra tunggalnya berjalan tergesa-gesa.

"Mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku." Balas Rama dingin sambil terus berjalan.

Wanita yang masih terlihat muda itu mengerutkan keningnya bingung, tidak mengerti dengan ucapan ambigu sang anak.

Di lain tempat di waktu yang sama, Dara baru saja keluar dari restoran. Tubuhnya begitu lelah, hari sudah semakin malam dan dirinya masih harus menunggu taksi lewat. Tapi nyatanya setelah beberapa saat menunggu, angkutan yang ditunggunya belum juga melewatinya. Sampai kemudian sebuah mobil hitam berhenti di depannya.

_
_
_
_

Tbc

Cut aja deh biar idenya gak hilang ntar 🤣 wkwkek... Ada yang kangen gak sama cerita Dara? Hehe

Continue Reading

You'll Also Like

1.9K 500 10
Alice tidak pernah menyangka jika orang tuanya sudah menetapkan jodohnya di saat usianya kala itu masih berusia 15 tahun. Bahkan, ketika ia sudah men...
2.6K 802 11
Sebuah perjodohan yang dilakukan oleh Nenek Arimbi, membuat Sasmita tentu saja tidak bisa mengelak. Gadis itu menerima perjodohan yang sudah ditentuk...
1.7K 248 4
"Tuan, maukah anda menikahiku?" Anyelir. Seumur hidup, ini adalah pertama kalinya Anye melamar seorang pria. Bahkan lebih gilanya pria itu adalah ata...
2.7M 290K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...