LABASA

By fitrinuraaa

3.5K 541 500

[SEBELUM BACA HARAP FOLLOW 🥑] Dari sekian banyaknya permintaan, hanya satu yang tak terkabul, yakni mem-posi... More

Prolog
01. Panggih Ahnaf Bayazid
02. Erbievansya Gayatrik
04. Terluka sempurna
05. This is Cegil
06. FYI
07. Perihal Comment
08. Menjalankan Misi
09. Quality time
10. Surat
11. Ansya dan idenya

03. She is back

283 55 33
By fitrinuraaa

eits, sebelum baca vote sama comment yang banyak dulu💋

L A B A S A

Nana memegang dadanya sesak setelah menangkap basah kejadian berpelukan Ahnaf bersama wanita lain. Ralat di peluk, karena posisinya Ahnaf tidak membalas pelukan si cewek itu. Dirinya memutuskan untuk pulang dengan beralasan sakit hanya untuk menghilangkan bayangan kejadian barusan.

"AAA!" Nana berteriak sekencang mungkin mengeluarkan emosinya.

Danau memang tempat paling pas untuk kondisi hatinya sekarang. Dekat dengan Ahnaf membuatnya harus kebal segala rintangan.

"Susah emang kalo saingannya masa lalu." lirih Nana.

Diam bukan berarti tak tahu apa-apa. Nana tahu apapun itu tentang Ahnaf, termasuk kisah masa lalunya meski hanya setengahnya.

"Ga gitu, Na. Lo salah paham." Ahnaf datang dengan nafas memburu. Berkata pada Nana yang membelakanginya.

"Terus gimana? Mau jelasin apa? Semuanya udah jelas." tuntut Nana tak sabar.

Tanpa persetujuan, Ahnaf membalikan tubuh Nana lalu menjelaskan semuanya. Dan dengan bodohnya, atau karena saking cintanya, Nana langsung percaya tanpa bukti apapun.

Nana suka Ahnaf lebih dari kata teman.

"Dia bukan siapa-siapa. Gue ga kenal. Dan ga akan pernah jadi siapa-siapa." yakin Ahnaf mantap tapi, entah dengan hatinya?

Nana mengangguk mengiyakan dan tak memperpanjang kan. "Gapapa. Lagian cuma salah paham doang."

"Dan kita juga ga ada apa-apa. Dan gabakal juga jadi siapa-siapa. Kamu mau peluk dia juga itu hak kamu."

"Engga meluk." koreksi Ahnaf.

"Iya ga meluk, tapi di peluk."

Ahnaf terus menatap mata Nana yang menunduk kebawah. Bohong jika cowok itu tak tahu perasaan Nana padanya.

"Sejak kapan gue pindah jadi di bawah tanah?"

Nana langsung mendongkak mendengar sindiran Ahnaf.

"Bukannya bisa pulang sendiri?" Ahnaf bertanya ketus.

"Izin sakit taunya bolos. Gue khawatir, Na."

"Kan emang sakit." Nana berkilah cepat. Pikirannya begitu sadar mengenai kebodohan yang terjadi.

"Sakit hati."

Yang tadinya Ahnaf mau membuka suara menjadi di urungkan. "Iya, lo sakit harus istirahat biar cepet sehat." hanya itu yang di balas oleh Ahnaf, sekaligus untuk mengalihkan topik pembicaraan.

Nana tersenyum kecut sudah hafal respon ini. Memilih mengiyakan alur pembicaraan dengan mengajak cowok itu pulang. "Aku mau pulang.. Tapi beli batagor dulu di angkringan." cicit Nana yang langsung di setujui Ahnaf.

L A B A S A

Ahnaf menjatuhkan asal tubuhnya ke atas persegi panjang empuknya. Membiarkan tubuh bagian atasnya ter-ekspos indah menikmati sejuknya AC kamar.

Kilasan kejadian beberapa hari ini menyebabkan kepalanya berdenyut sebelah. Ia mengusap wajah kasar, lalu bergumam lirih.

"Kenapa semuanya mendadak gini?"

"Dan kenapa datangnya tiba-tiba?"

Membayangkan cewek yang tadi tiba-tiba memeluknya, membuat Ahnaf kembali memutar kilasan masa lalunya. Hingga suara cempreng yang terdengar jelas merusak semuanya, menyebabkan telinganya berdengung hebat.

"Assalamualaikum, abang!"

"Bang Ahnaf buka!"

"Bang, oi!"

"ABANG BUKA ELA-"

Saat pintu bercat silver terbuka, Ahnaf di suguhkan seorang anak perempuan berusia 12 tahun dengan balutan seragam SMP yang menatapnya tak selaw. Dia, Zivana, adiknya.

"Astagfirullah kebiasaan ga pake baju!"

Ziva menutup mata kaget melihatnya. Walaupun sering tapi rasanya tak lazim.

"Gerah." jawab Ahnaf malas.

"Kan ada AC bang. Lagian ujan juga di lu-"

Satu alis Ahnaf terangkat. "Ngapain?" tanyanya memotong percakapan.

"Di tungguin bunda sama ayah di bawah." Ziva berucap sambil mencuri pandang ke arah kamarnya Ahnaf yang terhalang badan cowok itu.

Ingin sekali ia masuk. Karena tak sembarang orang yang bisa masuk meski orang rumah sekali pun. Sungguh secret.

Ahnaf mendorong jidat adiknya yang mendekat. "Gausah kepo."

"Ish pelit amat herman!"

Ziva mengerucutkan bibirnya sebal. Kakak nya memang peringkat menyebalkan nomor satu.

"Ntar gue turun abis mandi." ucap Ahnaf cuek lalu menutup pintunya tak sopan.

Ziva mengusap dadanya sabar. "Untung sodara. Kalo ga udah gue-"

"Berisik Zivana, gue denger!" teriak Ahnaf kencang membuat Ziva mengatup mulutnya rapat dan ngabrit pergi sebelum di sembur.

L A B A S A

"Makan yang banyak, ini Ibu masakin sate sapi special kesukaan kakak."

Fezana, bundanya Ahnaf menuangkan masakannya ke piring putranya. Tatapannya begitu hangat sampai membuat Ahnaf tak bisa menolak.

"Gimana sekolahnya Kak? Katanya ada pertukaran pelajar, kamu terima?" suara Bayazid yang terdengar berat itu mengalihkan fokus Ahnaf yang tengah mengunyah makannya.

Ahnaf membasahi bibirnya dengan air. "Ga bisa pah."

"Kenapa? Bukannya abang pengen banget ke Swiss lagi?" kali ini Ziva yang bersuara setelah sekian lama bungkam.

Diam-diam Ziva suka bertanya pada Ibunya tentang Ahnaf dan semua hal tentang dia. Pasalnya mendekati cowok itu sangat susah, juga sulit sekali untuk terbuka.

"Sotoy. Gue gamau." tekan Ahnaf menyebalkan dimata Ziva.

"Massa?" goda Ziva yang tak di tanggapi Ahnaf.

Ziva menyubit tangan Ahnaf gemas. "Ih nyebelin amat jadi kakak!"

Ahnaf menjauhkan tubuhnya dari jangkauan Ziva. "Bodo ga peduli."

"Abang ih!"

Ziva makin gencar mencubit Ahnaf yang terus menghindar.

"Berhenti atau ngga gue ajarin MTK lagi!"

Ancaman Ahnaf itu menjadikan Ziva menciut seketika. Bisa gawat kalau sampai dia kehilangan google berjalan MTK nya, yaitu abangnya sendiri.

"Cemen maen nya ancam-ancaman huh!" Ziva kembali duduk tenang menikmati makannya dengan mata menatap Ahnaf sebal. Jangan lupakan bibirnya yang mayun.

"Amiin ya Allah semoga bibirnya sepanjang itu."

"Abang nyebelin Ibu!" adu Ziva pada sang Ibu. "Jangan-jangan abang anak pungut soalnya dia agak laen?"

Ahnaf menjitak kepala adiknya pelan. "Lo kali anak ngen."

Lain dengan orang tua mereka yang tertawa melihatnya. Jarang-jarang mereka bisa berkumpul seperti ini karena kesibukan masing-masing.

"Kalo ada berantem kayak Tom end Jery. Giliran ga ada di cariin, kangen katanya. Maunya gimana bestieh?" Ibu berucap jenaka membuat Zifa melotot malu.

"Udah-udah inget malu sama umur!" peringat Bayazid menengahi pertikaian itu.

Lelaki berkepala empat itu beralih menatap Ahnaf serius. "Gamau gimana?"

"Bukannya gamau. Mau, asalkan di ganti tempatnya." balas Ahnaf meluruskan ketidak rincian ucapannya.

"Tapi kunjungan cuman tinggal kloter ke negara itu doang yang belum di isi."

Ibu mengusap bahu suaminya lembut, menyudahi perbincangan yang terlihat akan memanas. "Kami ga maksa kamu buat ikut. Tapi saran Ibu, kamu pikirin ke depannya bakal berdampak apa. Apakah baik atau buruk nantinya."

"Kami percaya pilihan kamu terbaik. Dan kami dukung itu." ucap ayah akhirnya.

Ahnaf mengangguk mengiyakan sebagai balasan. Soal ini akan dia pikirkan lagi nanti.

L A B A S A

"Dia kembali."

Abam mengalihkan perhatiannya pada cowok di sebelahnya. Merasa tertarik dengan pembahasan kali ini dan meninggalkan stik PS nya sembarangan.

Ahnaf bangkit, lalu berjalan ke balkon kamarnya. Tatapannya jatuh pada langit malam yang gelap.

"Gue juga syok liatnya. Apalagi denger dia resmi masuk, dan se sekolah bareng kita."

"Jangan galau gini lah bro, watir gue liatnya." Abam mengekor dari belakang, dan mencoba mencairkan suasana.

Ahnaf memang tipikal orang yang anti galau-galau club. Di buktikan dari kebersamaan mereka yang terjadi sejak TK dulu. Dimana Ahnaf yang lebih diam, dan Abam yang hiperaktif.

"Lagian mungkin lo sama Nana kan deket. Emang ga ada rasa buat kepincut gitu selama 4 taun ini?" Abam bertanya. "Dan dia sama lo, udah ga sama-sama lagi kan?"

Hembusan nafas berat terdengar jelas di telinga Abam. Ahnaf mengiyakan ucapan itu. Tapi, rasanya semuanya masih mengganjal. "Gue nganggep Nana ga lebih dari temen cewek yang harus dijaga. Buat urusan dia, gatau gue juga bingung."

"Why? Gausa bingung. Pilih apa yang lo mau. Ikuti kata hati." Abam menengok sekilas ke samping. "Tapi gue rasa dia beda buat lo."

"Ini mah mencium bau-bau masa lalu pemenangnya, meski sebaik apapun masa sekarang."

L A B A S A

Follow ig>>
@ainieou
@ahnafbayazid
@erbievansya

Continue Reading

You'll Also Like

192K 13.3K 77
"Jangan menilai seseorang dari penampilan nya, jika kamu tidak tahu yang sebenarnya." Arjuna Mahesa adalah Cowok Cupu yang baru saja memasuki SMA Mul...
11.7K 1.7K 37
"Lo ngapain ngikutin gue sih Sa!!" "Kan Aksa mau nemenin Bella." "Yakali lo mau ngikutin gue sampe ke toilet!" Aksa nyengir. - - - kehidupan seorang...
115K 6.3K 61
{FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, HYUNK^^} "ₗᵤₖₐ ᵢₜᵤ ₐdₐ, ₐₚₐₗₐgᵢ ₛₐₐₜ ₖₐₘᵤ ₜₑᵣₖₑₙₐ fᵣᵢₑₙdzₒₙₑ" . . . . . Sikap axel yang dinginnya ngalahin kutub utara...
946K 91.9K 51
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...