Cinta Lama Bersemi Kembali (S...

By YenikaKoesrini

36.5K 1.8K 86

Ditinggal pas sayang-sayangnya. Ketika Senandung sudah mulai move-on dengan mau membuka hati untuk Kian, tema... More

Senandung part 1
Senandung part 2
#Senandung part 3
Senandung bag 4
Senandung part 5
Part 6
Part 7
8. Cerita Adam
9. Anna ufibukka fillah
10.Perkenalan Ale-Sena
12. Cowok Jutek Itu Bernama Galuh
13. Suatu Malam
14. Penolakan Orang Tua Ale
15. Malam Pertama Ale-Sena
Part 16. Pernikahan Seumur Jagung
Part 17. Gembira Ananta
18. Kuasa Ibu Ambarwati
19. Gembira Si Polos
21. Gembira Sayang Ale
20. Emosi Kian
Part 22. Amarah Aleandra
23. Rasa Penasaran Senandung
Part 24. Keputusan Senandung
Cast

11. Curi Start

726 39 0
By YenikaKoesrini

Keesokan harinya

Ale mulai melancarkan aksi. Pemuda itu menunggu kedatangan Senandung di gerbang sekolah. Sekitar sepuluh menit gadis yang dinanti tiba. Namun, Ale melihat Senandung tidak datang sendiri ke sekolah. Gadis itu berjalan pelan bersama cowok jutek yang kemarin berlaku kasar padanya.

"Sena!" Ale memanggil. Pemuda itu melambai dengan meringiskan gigi.

Mendengar ada yang memanggil, Senandung menghentikan langkah. Cewek itu menoleh. Matanya menyipit melihat seorang cowok melempar senyum manis padanya. Lalu berlari-lari kecil mendekatinya.

"Hai!" Ale menyapa hangat. "Masih inget aku kan? Cowok terkeren di sekolah ini," ujar Ale sok akrab. Dirinya kembali melempar senyum manis pada sang gadis.

Senandung sendiri menatap Ale asing.  Pandangannya tampak tidak bersahabat.

"Yah ... payah!" sahut Ale kecele. "Masa baru kenalan kemarin sudah lupa."

Ale mendesah perlahan. Sedikit kecewa melihat sikap dingin Senandung padanya.

"Oh ... Ale, ya."

Sahutan pendek dari Senandung terdengar begitu merdu di telinga Ale. Sungguh sejuk dan mendamaikan hati. Mendadak semangat Ale bangkit kembali. Setelah beberapa menit tadi menurun lantaran sikap dingin Senandung padanya.

Sementara itu, pemuda jutek yang datang bersama Senandung merasa kesal melihat Senandung berbincang dengan seorang cowok. Dengan berang dia menarik lengan gadis itu dengan kasar.

"Buruan masuk! Ngapain masih di sini?" gertak pemuda itu lantang. Matanya mendelik sebal ke arah Senandung.

Senandung sendiri gegas mengangguk gugup. Patuh dia terburu-buru beranjak meninggalkan Ale tanpa sepatah kata.

"Dia siapanya Senandung sih?" gumam Ale penasaran. Dia memperhatikan sosok jutek itu seksama. "Galak amat dia sana Sena. Apakah dia cowoknya?" Ale bertanya pada diri sendiri.

Bell berdetang. Masih memikirkan siapa gerangan pemuda yang selalu bersama Senandung, Ale menderap langkah menuju kelasnya.

Siangnya saat pulang sekolah

Ale kembali menunggu Senandung di pintu gerbang. Dia bermaksud hati ingin mengantar gadis itu pulang. Lagi-lagi Ale melihat Senandung berjalan takut-takut di belakang si cowok jutek. Bahkan Senandung hanya melirik sekilas ketika Ale memanggilnya. Gadis itu sama sekali mengabaikan Ale yang terus saja menyebut namanya.

"Bisa cepat sedikit gak sih jalannya? Kayak keong tau!"

Terdengar cowok jutek itu membentak Senandung. Membuat gadis itu mengangguk dengan muka yang pucat pasi. Kemudian keduanya terlihat masuk bus yang lewat.

***

Menurut Ale, jutek seperti pengawal pribadinya Senandung. Di mana pun Ale hendak mendekati gadis berwajah sendu itu, pasti selalu ada tampang menyebalkannya di samping Senandung. Membuat Ale semakin penasaran pada sosok jutek itu.

Berbeda dengan siang itu. Ale mendapati Si jutek pulang bersama teman-teman. Pemuda yang memiliki garis wajah yang agak mirip dengan Senandung itu meninggalkan Senandung berjalan seorang diri.

Ale yang kala itu sengaja membawa motor gede warna merah jenis CBR 600 RR, tidak menyia-nyiakan kesempatan langka tersebut.

Dengan cepat Ale menyegat  Senandung yang akan menuju halte bus. Membuat sang gadis menghentikan langkah.

"Hai, Dung!" sapa Ale semringah. "Aku anterin pulang, ya?" tawarnya sembari memamerkan deretan gigi putih bersihnya.

"Tidak perlu." Senandung menggeleng pelan, "terima kasih," imbuh Senandung menolak halus.

Senandung meneruskan langkah. Dua jengkal, gadis itu melambai pada bus yang lewat. Lalu tanpa senyum basa-basi pada Ale, Senandung masuk ke bus.

Membuat Ale mendengkus kesal. Dengan sedikit gemas cowok itu memukul setang motor karena merasa diabaikan. Beberapa menit kemudian, Ale teringat kembali tujuan awal. Yaitu ingin menyelidiki siapa sebenarnya sosok Senandung. Maka tanpa membuang waktu lagi, dia segera memacu motor dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Dengan harapan bisa menyusul dan membuntuti bus yang dinaiki Senandung.

Berbekal keahlian mengendarai motor Aleandra berhasil mengikuti Senandung. Dirinya mampu menyalip aneka kendaraan lain agar tidak kehilangan jejak Senandung. Berjarak satu meter di belakang bus, Ale melihat Senandung turun dari bus di depan sebuah toko roti yang lumayan besar. Gadis itu mendorong pintu kaca untuk masuk. Hanya sebentar saja. Tidak sampai sepuluh menit, Senandung menampakkan diri kembali dari penglihatan Ale yang memantaunya dari atas motor di parkiran toko. Sayangnya wajah sendu Senandung berubah menjadi muram.

Ale menautkan kedua alisnya. Dirinya berpikir keras. Apa yang membuat wajah sang gadis berubah sedih seperti itu.

Kemudian Senandung tampak berjalan gontai. Kedua tangannya kiri dan kanan menenteng dua box besar transparan berisi kue. Ale yang telah memarkir motor hendak menyusul masuk, segera mengurungkan niat. Pemuda itu berlari menyejajarkan langkah Senandung.

"Hai, Dung! Kenapa kelihatan murung begitu? Ada masalah?" tanya Ale perhatian.

Senandung hanya menggeleng sekilas menanggapi pertanyaan Ale. Masih dengan langkah lambat, gadis itu berjalan menuju taman yang terletak tak jauh dari toko roti. Kemudian menghempaskan tubuhnya di bangku taman. Matanya tampak memperhatikan air mancur di depannya, tetapi pikiran gadis itu melayang jauh entah ke mana. Bahkan dia tidak menyadari Ale sudah duduk di sisinya.

Setelah beberapa waktu saling terdiam tanpa suara, maka Ale memutuskan untuk memecahkan keheningan itu dengan bertanya pelan," Dung, ini sudah sore. Kau tidak ingin pulang?"

Seakan baru tersadar dari lamunan, Senandung menghela napas perlahan. Dengan lirih gadis itu menggeleng.

"Kenapa?" tanya Ale lagi.

"Aku takut," sahut Senandung pendek.

"Takut?"

"Bibi akan marah besar kalo roti ini masih banyak."

Senandung menjawab seraya menunduk. Menyembunyikan matanya yang mulai berembun.

"Karena itu? Ahh, serahkan semua padaku! Kau tenang saja!"

Senandung yang menunduk segera mendongak melihat muka Ale. Pemuda itu menggerakan-gerakan alisnya dengan lucu saat Senandung menatapnya heran.

"Maksudmu?" tanya Senandung bingung.

Ale segera mengambil dompet di saku belakang. Dia mengambil semua uangnya, lalu menyerahkan pada Senandung.

"Maksudnya apa?" Senandung semakin bingung.

"Anggap saja aku borong semua roti bibimu itu," jawab Ale dengan semringah.

Senandung melihat ada enam lembar pecahan uang seratus ribuan itu pada tangan, lalu dia mengembalikan tiga lembar ke pada pemiliknya sambil berujar," Ini kebanyakan, Le."

"Gak papa. Buat borong dagangan esoknya."

Ale menolak kembalian uang itu. Tampak senyum tipis terbentuk pada bibir tipis Senandung, tapi itu cukup untuk membunuh wajah muramnya. Sangat cantik. Ale yang baru pertama kali melihat sungguh terpikat. Baginya itu adalah senyuman termanis yang dia lihat dalam hidupnya.

"Terima kasih," ucap Senandung tulus.

Gadis itu merasa sangat tertolong. Dia menatap Ale dengan binar kebahagiaan, Ale pun demikian. Pemuda itu merasa sangat beruntung bisa melihat senyuman pada wajah sendu Senandung. Kedua bola mata mereka saling bertemu.

Hening.

Tiba-tiba saja Senandung menunduk. Wajahnya memerah disertai perasaan aneh yang merasuki hatinya.

"Kau tidak akan pulang? Ini sudah mau maghrib lho, Dung?" tanya Ale memecah kebungkaman mereka sesaat.

Senandung terdiam dengan muka kembali dingin. Ale yang menyadari perubahan muka itu kembali bingung.

"Kenapa? Kok mukamu kembali kecut lagi kayak jeruk belum matang," ledek Ale.

Gadis yang diliriknya hanya memiringkan bibir ke samping, tidak ada jawaban. Ale semakin gemas dibuatnya.

"Ayolah Dung, jawab! Jangan cuma diam saja. Apa aku buat salah sama kamu?"

"Namaku Senandung bukan Dudung," jawab Senandung datar.

Mendengar jawaban dari mulut Senandung yang merajuk, Ale terkekeh geli. Membuat gadis yang duduk di sebelahnya melirik sebal.

"Dudung itu artinya duhai Senandung, keren kan? Udah yuk balik!" ajak Ale kemudian.

Pemuda itu bangkit, lantas mengulurkan tangan. Tak disangka Senandung menerima uluran tangannya. Gadis itu pun beranjak dari duduk. Dengan ragu sang cewek berjalan pelan di belakang Ale.

"Kenapa lagi?" tanya Ale melihat Senandung yang berjalan lambat.

"Bagaimana dengan semua roti dan kue ini? Kau kan sudah membelinya?" Senandung balik tanya.

"Sini!"

Ale mengambil box kue tersebut, lalu pemuda itu berjalan ke trotoar jalan. Tanpa memedulikan Senandung yang menatapnya kagum, Ale membagi-bagikan semua roti dan kue itu pada anak jalanan dan gelandangan yang lewat.

Kemudian setelah box itu kosong, Ale melambaikan tangan pada Senandung yang masih terhipnotis oleh tingkah mulia Ale.

"Ayo pulang! Aku gak mau kau dimarahin habis-habisan oleh bibimu karena kemalaman," ajak Ale.

Pemuda itu menarik lengan Senandung menuju motornya yang masih terpakir di toko roti.

Begitu sampai, Ale segera naik motor dan memasang helm pada kepala. Melihat Senandung yang bungkam, dia menepuk jok belakang.

"Ayo naik! Besok aku akan bawa dua helm. Satunya buat kamu," ujar Ale semringah.

"Tidak usah!" tolak Senandung tegas.

"Kenapa? Ada yang marah kalau aku anter pulang? Omong-omong siapa cowok yang suka bentak-bentak kamu itu? Pacar?"

"Bukan! Dia kakak sepupuku," elak Senandung. Ale meringis senang mendengarnya.

"Kalo cowok ada?" goda Ale seraya menaikan alis ke atas.

Dengan menunduk malu menyembunyikan semburat merah di pipi, Senandung menggeleng pelan.

"Yess!" pekik Ale riang dengan mengepalkan tinju ke atas.

"Kenapa?" tanya Senandung masih dengan pipi yang semerah tomat.

"Gak sia-sia aku borong roti dan kue kamu hari ini, esok dan seterusnya," sahut Ale mantap.

Kembali Senandung hanya bisa tersenyum simpul. Kemudian Ale kembali menepuk jok motor, mengisyaratkan agar Senandung segera membonceng.

Malu-malu Senandung membonceng motor Ale. Dengan tegas dia menggeleng saat pemuda di depannya itu menyuruh dia berpegangan pada perut sang cowok.

Ale yang merasa gemas melihat tingkah kekanakan Senandung, memacu kuda besi dengan cepat, sehingga memaksa gadis itu memegangi perutnya. Bahkan sang gadis mulai memeluk perutnya saat Ale menambah kecepatan. Sungguh Senandung merasa amat takut.

Saat tiba-tiba saja Ale mengerem mendadak, Senandung memekik tertahan. Dengan gemas cewek itu mencubit perut pemuda itu. Membuat Ale terkekeh geli. Dalam hati Ale merasa ini adalah hari yang paling menyenangkan dalam hidupnya.

Tiga puluh menit kemudian mereka sampai di tujuan. Usai mengucapkan terima kasih, Senandung berjalan masuk ke rumah. Di teras dia sudah disambut tatapan tajam oleh kakak sepupu dan bibinya.

"Ngelayap aja kerjaannya. Ayo masuk!" perintah kakak sepupu dengan kasar.

Senandung menoleh sekilas pada Ale yang memperhatikan. Kemudian tanpa bicara lagi gadis itu masuk, diikuti kakak dan bibinya. Wanita paruh baya itu tak membalas anggukan hormat Ale padanya.

"Aku udah punya ide buat ngerjain kamu," batin Ale pada kakak sepupu Senandung.

Cowok itu tersenyum tipis lalu memacu motornya meninggalkan rumah kecil Senandung.

Next

Continue Reading

You'll Also Like

4.5K 123 12
Diambil dari kisah nyata
37.8K 956 46
Cinta yang dulu pernah terbenam kini muncul lagi ke permukaan dengan segala komplik jalan cerita cinta mereka ...
1.7M 15.2K 24
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
32.1K 2.7K 32
Rambutnya selalu diikat berantakan, bibirnya pucat dan kering karena tak pernah memakai lipbalm, bulu matanya tak selentik gadis kebanyakan. Tapi waj...