GERHANA [END]

By pipitrianii

78.9K 7.2K 389

Rank #1 Eclipse (17 Januari 2021) #1 Team (30 Mei 2021) #1 Misteri (24 September 2021) #1 Rahasia (24 Septemb... More

1. GERALD & GRACE
2. ECLIPSE
3. WELCOME TO ECLIPSE
5. ISI LOKER 13
6. TEROR
7. PELAKU TEROR
8. LANGIT PELAKUNYA?
9. HILANG
10. LINTANG & LANTAI 4
11. TERIMA KASIH GRACE
12. AWAL BERTEMU
13. TERUNTUK GERALD
14. DISKUSI
15. REKAMAN SUARA
16. PERASAAN BARU?
17. PENYAMARAN
VAKUM SEMENTARA
18. FAKTA BARU
19. BINGKAI FOTO
20. MADING HITAM
21. KELUAR DARI GERHANA
22. ARE YOU OKAY?
23. BUKAN DIA PELAKUNYA
24. PELEPASAN JABATAN
25. GERALD OR SEAN?
26. BENCI
27. IS THAT YOU??
28. BERHARAP
29. DON'T GO
30. KAMU KEMBALI
31. GRADUATION PARTY
32. PERPISAHAN YANG MENYAKITKAN
33. PENGKHIANAT
34. TRAGEDI LANTAI 4
35. PENYESALAN
36. ANAK KECIL DI BINGKAI FOTO
37. TRUST DAD
38. AKU MEMAAFKANMU
39. KEBENARAN YANG BELUM TERUNGKAP
40. ENDING
1. EXTRA PART GERHANA : KITA BERTEMU KEMBALI
2. EXTRA PART GERHANA : SHE'S MY GIRLFRIEND NOW
INFO PENTING, WAJIB BACAAA!
3.1. EXTRA PART GERHANA : JOY & LEO VERSION
3.2. EXTRA PART GERHANA : JOY & LEO VERSION

4. LOKER 13

2.2K 222 29
By pipitrianii

Keesokan harinya, tepat pada jam istirahat. Notif chat masuk dari grup Eclipse. Gerald pun langsung membuka isi chat tersebut.

ECLIPSE

Sean
Kumpul di markas sekarang!

Dikta
Oke.

Leo
Ayayay kapten! Otw sekarang, tapi beli kripik kentang dulu di kantin, wkwkwk.

Joy
Aelah. Baru mau makan nasgor :(

Lintang
Siap!

Hana
Ok. Otw.

Gerald menghela napasnya kasar. Haruskah ia terlibat dalam misi Eclipse kali ini? Kalau saja bukan karena ingin mencari tahu mengenai kematian Grace, Gerald pasti akan menolaknya mentah-mentah.

Tak lama kemudian Langit menghampiri ke meja Gerald. Cowok yang sedang duduk dengan ponsel yang masih digenggamnya itu menatap Langit sinis.

"Ger ... ada hal yang pengen gue omongin sama lo," ujar Langit berdiri di samping meja Gerald.

"Sorry. Gue gak ada waktu." Gerald beranjak dari kursinya. "Minggir!"

"Ger, sampai kapan lo mau benci sama gue? Udah berapa kali gue bilang kalau bukan gue yang ngebunuh Grace. Kalau memang iya gue pelakunya, sekarang mungkin gue udah di penjara."

"Bacot! Awas!" Gerald mendorong bahu Langit. Kemudian cowok itu berjalan menuju lantai 3, tempat dimana markas Eclipse berada.

Sebenarnya, Gerald juga tidak percaya yang membunuh Grace adalah Langit. Maka dari itu, Gerald berusaha membuktikannya dengan cara menyelidiki kasus kematian Grace bersama Eclipse. Namun tetap saja, jika ada hal yang belum pasti mengenai siapa pelaku yang sebenarnya, Gerald lebih memilih untuk menjauh dari Langit.

***

Sesampainya di markas, Gerald sudah melihat para anggota Eclipse sedang sibuk berdiskusi dan meja diatur melingkar, sehingga mereka bisa saling menatap antarsatu sama lain.

"Dari mana aje lu Bambang?" tanya Leo, melihat Gerald yang baru saja datang.

"Nama bagus-bagus, lu panggil Bambang gimana ceritanya, Le?" ujar Joy kepada Leo.

"Lebih cocok nama Bambang daripada Gerald," ujar Leo sambil mengunyah kripik kentang. "Hmm wenak puoll!!"

"Duduk, Ger. Kita sekarang lagi diskusi tentang misi pertama kita. Loker 13," ujar Sean yang duduk tepat disamping Dikta dan Leo.

Gerald pun mengambil kursi kosong dan duduk di samping Hana. Cowok itu mengangkat kaki kanannya dan meletakkan di atas kaki kiri. Ia mendengarkan semua yang dijelaskan oleh Sean.

"Oke. Gue bakalan jelasin gimana caranya kita bisa cari tau tentang loker 13. Kita tau sendiri kalau selama ini diantara loker murid yang lain, cuman loker 13 yang dikunci. Dari situ gue mulai curiga, ada yang disembunyikan dibalik loker itu," ujar Sean, menatap keenam temannya serius.

"Itu cuman loker biasa. Kuncinya ilang, lagian juga tuh loker udah lama," sambung Gerald, membuat semua tatapan menuju ke arahnya.

"Shutt! Lo tuh ya ... emang gak bisa diem. Kita dengerin dulu Sean ngomong!" ujar Joy sambil melipat tangannya di atas meja.

"Iya, gue tau. Tapi masalahnya, kenapa kita dilarang nyentuh atau ngebongkar tuh loker?" tanya Sean. Gerald pun berpikir sejenak. Yang dibicarakan oleh Sean ada benarnya juga. Jika itu hanyalah loker biasa, kenapa harus dilarang?

"Diem kan lu!" ujar Leo sambil memakan kripik kentangnya.

"Sekarang kalian liat ke arah jam," perintah Sean dan membalikkan kursinya menghadap ke arah jam dinding. Keenam temannya pun menuruti Sean dan melihat ke arah jam.

"Ngapain lo suruh kita natep jam, Sean?" tanya Lintang dan sekilas memperhatikan Sean yang sedang menopang dagunya dengan pulpen. Ia seperti sedang berfikir.

"Jam 18.00 - 20.00 kan kita dilarang buat keluar kelas, kecuali ke toilet. Kita bisa gunain kesempatan itu buat nyelinap ke ruang loker. Untungnya kita semua gak satu kelas, cuman Hana, Joy, sama Lintang yang satu kelas. Dengan begitu, gak ada yang curiga sama kita."

"Terus gimana dong nasib gue, Joy, sama Lintang? Kita bertiga gak mungkin kan ijin ke toilet secara bersamaan?" tanya Hana kepada Sean.

"Kali ini gue rasa cukup yang cowok aja yang nyelidiki. Karena kalau kebanyakan orang yang masuk ke dalam ruang loker. Bisa-bisa ada yang curiga, apalagi kita kesana bukan saat jam olahraga. Tugas kalian yang cewek jaga-jaga. Kelas gue, Gerald, Dikta, dan Leo itu lumayan berdekatan. Sedangkan kelas 12 IPS 5 itu berdekatan dengan tangga. Tolong perhatiin jika ada guru yang menuju ke lantai 1, kalau sempat ada guru yang mau turun ke bawah, kalian bisa langsung chat ke grup," ujar Sean menjelaskan panjang lebar, membuat keenam temannya mengangguk paham.

"Itu berarti, harus ada yang mulai duluan keluar kelas. Dengan begitu, satu per satu dari kita bakalan nyusul. Karena gue IPA 2, itu berarti gue orang pertama yang keluar kelas. Setelah itu disusul Gerald, Sean, dan terakhir Leo," ujar Dikta.

"Oke. Sekarang udah jam 5 sore. Bentar lagi bel masuk bakalan bunyi. Satu jam kemudian, kita bakalan jalanin misi kita," ujar Hana dan tersenyum.

"Asikk! Kagak sabar gue!" ujar Leo, Joy langsung merampas bungkusan kripik kentang dari tangan Leo.

"Asik-asik aja lo! Awas ya kalau nanti rencana kita gagal cuman gara-gara lo!" ancam Joy.

"Iye-iye. Sini kripik kentang gue!"

"Nih! Dasar Leo kripik kentang asli!"

"Oke. Sekarang kita boleh bubar," ujar Sean dan beranjak dari kursinya, meninggalkan ruangan yang dulunya bekas gudang sekolah tersebut.

Mereka pun bubar dan kembali ke kelasnya masing-masing.

***

Masing-masing anggota Eclipse terus memandang ke arah jarum jam, begitu juga dengan Gerald. Walaupun jam masih menunjukkan pukul 17.30, akan tetapi tetap saja cowok itu merasa tidak sabar. Ia ingin secepatnya mencari tahu dalang dibalik kematian Grace.

Matahari mulai terbenam. Tiba-tiba saja awan di langit berubah warna menjadi hitam. Tak lama kemudian disusul oleh rintikan hujan yang semakin lama semakin lebat. Para siswa mulai sibuk menutup jendela dan juga pintu kelas, dikarenakan angin yang sangat kencang.

"Sial! Kalau pintunya ditutup, gimana gue mau liat Dikta lewat?" ucap Gerald dalam hati. Ia memperhatikan Aldo, ketua kelas 12 IPA 3 itu sedang menutup pintu. Gerald mengacak rambutnya frustasi. Kemudian ia diam-diam membuka ponselnya dan melihat isi chat grup Eclipse.

Gerald pun mulai menuliskan pesan ke grup Eclipse.


Pintu kelas ditutup. @Dikta kalau lo mau keluar kelas, langsung bilang ke grup!

Saat Gerald ingin mengirimkan pesannya itu jaringan sedang tidak stabil, sehingga menyebabkan pesan Gerald belum terkirim. Gerald mengacak rambutnya frustasi. Ia menatap ke arah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 17.55.

"Gue harap Dikta bisa tepat waktu," batin Gerald. Ia memutar pulpennya sambil terus melihat ke arah jarum jam.

-pukul 18.00-

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00. rasanya ingin sekali Gerald membanting hapenya ke lantai. Satu pun pesan tidak ada yang masuk. Gerald menegakkan badannya dan melirik ke arah daun pintu. Untunglah ada kaca kecil yang setidaknya Gerald masih bisa melihat bayangan Dikta ketika lewat nanti.

***

Di dalam kelas, Dikta sedang keringat dingin. Walaupun hujan, Dikta sangat cemas karena mengingat dirinya yang kini tengah melaksanakan ulangan harian. Pak Bobby, guru fisika yang selalu memberikan ulangan mendadak. Tidak ada yang berani protes. Kalau sekali saja protes, sanksinya tidak boleh mengikuti pelajarannya selama satu minggu.

Semua handphone di letakkan di atas meja. Dengan begitu pak Bobby bisa tahu siapa yang ingin menyontek. Pak Bobby sangat teliti dalam mengawas. Sorot matanya tidak akan ia lepaskan begitu saja kepada murid.

Dikta tidak fokus. Meskipun Dikta selalu mendapatkan peringkat satu di kelasnya. Akan tetapi ketika ia sedang tidak fokus atau sedang memikirkan hal yang lain, maka sudah ia pastikan satu soal pun tidak akan bisa ia jawab. Mau tidak mau ia menjawab asal ulangan fisikanya tersebut dan langsung mengumpulkannya ke meja guru.

"Pak, saya sudah selesai. Apa saya boleh ijin ke toilet?" tanya Dikta.

"Bentar, Bapak cek dulu," ujar Pak Bobby yang semakin membuat Dikta cemas. Jam sudah menunjukkan pukul 18.15, dan Pak Bobby belum kunjung selesai mengoreksi hasil pekerjaannya.

"Apa-apaan ini Dikta!! Mengapa kamu hanya benar sepuluh dari empat puluh soal?!" ujar pak Bobby yang seketika langsung membuat seisi kelas tertegun. Bagaimana bisa seorang Dikta hanya benar sepuluh soal?

"Ma-maaf, Pak. Soalnya saya lagi sakit perut. Saya ngerjainnya buru-buru karena saya udah gak tahan mau ke toilet," ujar Dikta berbohong. Tidak ada cara lain. Bagaimanapun ia harus sesegera mungkin keluar dari kelas itu.

"Saya benar-benar kecewa sama kamu Dikta! Cepat sana!!" tegas Pak Bobby. Menyuruh Dikta untuk segera pergi ke toilet. Akhirnya cowok berkacamata itu bisa juga keluar dari kelas.

Saat Dikta ingin membuka pintu, pak Bobby memanggilnya dari belakang.

"Dikta!" panggil Pak Bobby. Dikta pun kembali menoleh ke arah belakang.

"Tolong setelah dari toilet langsung masuk ke dalam kelas. Jika kamu ketahuan berkeliaran di luar kelas selain ke toilet, kamu tau kan apa yang akan saya lakukan?" ancam pak Bobby. Dikta berusaha memasang muka santai agar tidak terlihat tegang. Kemudian cowok itu tersenyum dan berkata. "Iya, Pak."

Dikta pun keluar kelas dan kembali menutup pintu. Ia langkahkan kakinya melewati kelas Gerald. Karena tahu sedang hujan lebat, Dikta menghentakkan kakinya sedikit keras, memberi kode kepada Gerald kalau dirinya sudah keluar dari kelas.

Gerald yang dari tadi sudah gelisah di tempat duduknya mendengar suara hentakan kaki dari luar. Kemudian ia melihat ke arah kaca kecil yang tertempel di pintu kelas. Ada bayangan yang lewat disana. Itu pasti Dikta. Gerald pun menunggu sebentar lagi untuk keluar. Satu menit, dua menit berlalu. Gerald langsung meminta ijin kepada Bu Atika, guru matematika yang menurutnya paling baik daripada guru-guru lainnya.

"Maaf, Bu. Saya ijin ke toilet sebentar ya?" ujar Gerald. Perempuan paruh baya yang sedang mengoreksi pekerjaan siswanya itu langsung menoleh ke arah Gerald dan tersenyum.

"Iya. Cepetan ya. Habis itu langsung masuk ke dalam kelas."

"Baik, Bu." Gerald pun keluar kelas dan melewati kelas Sean. Kelas Sean tampak ribut, mungkin sedang tidak ada guru. Gerald pun mengintip ke arah kaca pintu dan mendapatkan Sean yang tengah duduk di meja paling belakang sambil terus memperhatikan pintu. Gerald pun menolehkan wajahnya ke samping, memberi kode untuk menyusulnya keluar kelas. Sean pun mengangguk dan berjalan santai keluar kelas.

***

Di kelas 12 IPS 5, Hana melihat Gerald yang sudah menuju ke arah tangga, kemudian Sean yang berbelok melewati kelas Leo, untuk memberi kode kepadanya. Untunglah tangga menuju lantai bawah tidak hanya satu. Jadi tidak terlalu mencurigakan ketika mereka berempat keluar kelas dalam waktu yang bersamaan.

"Gimana, Han? Udah pada keluar mereka?" tanya Lintang.

"Udah. gue berharap banget mereka gak sampe ketauan. Karena kalau ketauan, lo tau kan sekolah ini bakalan ngelakuin apa?" ujar Hana, ia sedikit cemas dengan keempat temannya itu.

Joy yang duduk di belakang meja Hana dan Lintang pun menyambung perkataan Hana.

"Iya. Apalagi si Leo tuh. Beh nyusahin aja dia mah!" ujar Joy.

***

Sesampainya di ruang loker. Leo yang bertugas jaga-jaga di depan ruang loker pun menatap ketiga temannya yakin. Gerald, Sean, dan Dikta pun langsung menuju loker 13. Dilihatnya loker itu seperti sangat berbeda dari loker yang lainnya.

Sean pun mengambil obeng yang ia taruh di saku celana abu-abunya. Kemudian ia mencoba membongkar baut yang tertempel di loker tersebut.

"Sini biar gue ancurin sekalian lokernya!" ujar Gerald dan berniat untuk membuka secara paksa loker tersebut, akan tetapi ditahan oleh Sean.

"Ger! Lo gila ya? Kalau sempat ni loker ancur terus ada orang yang lewat, siapa yang disalahin? Kita gak bisa kayak gini. Kita harus dapetin kuncinya."

"Ckk! Emang lo tau kuncinya ada dimana? Gak kan?" ujar Gerald.

Tiba-tiba ada yang melempar punggung Gerald dengan batu yang dilapisi oleh kertas. Gerald langsung mengambil kertas tersebut dan membukanya. Sean terus mencari ke arah seseorang yang telah melempari kertas tersebut, anehnya cepat sekali orang itu pergi. Dikta yang sempat ingin mencari, namun ditahan oleh Gerald.

"Tunggu!"

"Kuncinya ada di gudang lantai 4?" ujar Sean membaca kertas tersebut, lalu menoleh ke arah Gerald dan Sean.

Tak lama kemudian, Leo berlari menghampiri Gerald, Sean, dan Dikta.

"Bro!! I-itu ... pak Setyo mau kesini!!"

Sontak mereka langsung gelagapan mencari tempat untuk bersembunyi. Jangan sampai mereka ketahuan dalam misi pertama mereka yang belum tertuntaskan. Mereka pun berpencar mencari tempat persembunyian masing-masing. Gerald yang sedang bersembunyi di balik loker pun sambil melihat ke arah kertas tersebut. Siapa sebenarnya yang melempar kertas ini barusan?

Hai semua terima kasih telah membaca part ini

Kira-kira siapa ya yang ngelempar kertas itu?

Apakah misi pertama mereka akan tertuntaskan?

Nantikan di part selanjutnya ya...

Jangan lupa follow IG
@ftrmdani_
@wattpadrianii

Continue Reading

You'll Also Like

76.1K 6.5K 65
[Masuk Kategori "Populer" dan "Paling Digemari Komunitas"] Dari cinta, lewat semesta, untuk kita. Singkat saja. Ini kisah tentang Pradikta, Agritha...
AKASA [MYG] By GIGI

Teen Fiction

8.3K 348 32
[COMPLETED] [Follow dulu sebelum membaca] ________________________________ Akasa Ramatha, cowok paling dingin dan bodo amat dalam problem cewek. Dia...
1.8M 175K 62
JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE!! Alara Anindiya Bianchi, gadis polos penyuka es krim dan hal yang berbau dengan...
232K 16.9K 25
SUDAH END [Masih lengkap] Apakah firasat akan benar benar terjadi? ' Firasat ini selalu menghantui ku Ini seperti nyata! ' mengandung taypo yg masya...