tawuran

By kissedthemoonlight

273K 39.4K 8.5K

| sudah selesai tawuran itu dapatnya musuh, bukan malah pacar. #chanbaeklokal More

•prolog
•Bab 1
•Bab 2
•Bab 3
•Bab 4
•Bab 5
•Bab 6
•Bab 8
•Bab 9
•Bab 10
•Bab 11
•Bab 12
•Bab 13
•Bab 14
•Bab 15
•Bab 16
•Bab 17
•Bab 18
•Bab 19
•Bab 20
•epilog
•bonus 1
•bonus 2

•Bab 7

10.2K 1.6K 216
By kissedthemoonlight



Dimohon bersikap bijak karena cerita ini mengandung kata dan adegan kasar yang tidak patut ditiru.




Visualisasi Tokoh








○○○


Dikta bawa Ian ke markasnya anak 61. Letaknya dekat sama sekolahan mereka.

Tempatnya di sebuah gudang gak terpakai milik ketua 61 yang dulu.

Bangunan gudang itu terbuat dari beton dan lantai yang masih belum keramik. Tapi sudah disulap sedemikian rupa. Jadi bersih bahkan ada meja dan kursi. Meskipun lampunya cuma bisa remang-remang saja. Cello yang minta begitu, katanya biar enak kalau dibuat tidur.

Ada beberapa anak 61 yang lagi nongkrong disana. Bikin api unggun diatas drum bekas minyak. Mereka sedang makan mie rasa soto ayam. Tadi beli diwarung sebelah.

"Eh, ada Mas Ian," sapa Rizal ramah.

"Kris mana?" tanya Dikta.

"Lagi keluar sama Mas Cello"

Dikta ngangguk. Lalu ngajak Ian buat duduk di bangku panjang yang ada di bagian belakang. Menghadap langsung ke luar karena temboknya sudah sengaja dihilangin.

Gudang mereka itu dua lantai. Jadi dari sini kelihatan jelas pemandangan malam yang bagus. Apalagi daerah Tlekung termasuk dataran tinggi. Jadi betah karena suasananya nyegerin mata.

"Kamu gak papa?" Dikta nanya ke Ian setelah mereka duduk.

Yang ditanya cuma diam saja.

Sejujurnya dia lagi takut. Takut kawannya bakal jadi sasaran pengeroyokan.

Dio itu memang jago kelahi. Tapi kalau dibandingkan sama dia masih jauh. Karena Dio gak punya dasar bela diri.

Apalagi kalau musuhnya itu anak negeri. Sudah maunya menang sendiri, ditambah mereka yang suka keroyokan. Jelas kalau Dio lawan mereka pasti Dionya kalah.

Ian yakin Dio sekarang pasti sudah dijadikan incaran mereka.

Ian gak mau kawan dia yang baik itu sampai terluka.

"Mereka gak bakal berani, kan Ian pacar saya" ucap Dikta yang sekarang lagi asik nyelimutin tubuh kecil Ian pakai jaket besar miliknya.

"Siapa yang takut!" sengit Ian.

Dikta ketawa. Lucu saja melihat ekspresi marahnya Ian.

"Makanya jangan takut, kan ada saya"

"Iya aja biar kamu senang"

"Harus senang, soalnya yang bilang pacar sendiri"

"Pacar-pacar terus tapi suka menghilang" sahut Ian cepat.

Sebenarnya dia juga kesal perihal Dikta yang tiba-tiba menghilang dan tiba-tiba muncul lagi. Seenaknya aja.

Pacar apa yang suka ninggalin tanpa kabar begitu.

"Maaf ya seminggu ini saya gak ke Ian"

Ian diam. Dia malas mau menanggapi.

"Saya ikut turnamen futsal di kota, nginep di asramanya seminggu. Jadi gak bisa ketemu Ian"

Ian mendegarkan saja.

"Saya baru pulang tadi sore dan langsung samperin Ian. Takut kangen"

"Siapa yang kangen" geurut Ian.

Dikta ketawa kecil. "Dikta yang kangen" ucapnya seraya lihat ke Ian.

Ian yang dilihatin begitu jadi buang muka. Tiba-tiba aja pipi tembamnya kerasa panas.

"Kenapa gak ngabarin kalau begitu" ucap Ian pelan.

"Maunya ngabarin Ian tiap hari, tapi takut jadi makin pengen ketemu"

"Enaknya Ian saya kantongin aja, biar ada terus sama saya"

"Dikira aku miniatur bisa dikantongin"

"Iya kan sama"

"Hah?"

"Sama-sama menggemaskan"

Ian lagi-lagi buang muka. Sudah merah semua mukanya.

Dikta ketawa. Mengusak kepala Ian dengan lembut. Bikin Mukanya Ian jadi makin memerah lagi.

"te-terus menang?" tanya Ian. Dia jadi gugup begitu karena Dikta masih saja menggusak rambut miliknya. Bahkan sekarang lagi rapihin rambutnya yang berantakan.

Gak tau itu kenapa Ian mau-mau saja diperlakukan begitu.

"Saya kalah di perempat final. Mikirin Ian terus jadi gak bisa konsentrasi" jawab Dikta seraya natap Ian lembut. Gak lupa juga buat senyum.

"Alasan aja!"

"Hahahaha"

•••


Obrolan mereka berdua terhenti ketika beberapa orang masuk bersamaan ke dalam markas.

Itu kawannya Dikta. Anggota berandalan SMK 61. Ada Cello, Kai, Baim, dan sisanya yang lain Ian belum kenal. Termasuk si ketua.

"Cie, Dikta udah gak sendirian lagi nih!" teriak Baim lantang.

Posisi mereka yang agak jauh dari yang lain ngebuat siapapun yang mau ngomong jadi harus sedikit teriak.

"Masih baru tuh, masih anget-angetnya kayak tai cicak" sahut Rizal.

"Jangan digodain terus, kasian nanti nangis" giliran Kai yang bicara.

Dikta senyum aja denger celotehan kawannya.

Lalu salah satu dari mereka mulai mendekat. Berjalan ke arah dimana Ian dan Dikta duduk.

Itu si ketua. Kris.

"Nih, titipan lo" ucap Kris seraya memberi sebuah kantong plastik putih berukuran sedang.

Isinya satu bungkus martabak sama dua susu kotak rasa stroberi.

Dikta ketawa. Habis itu langsung ngambil susu kotak, nusukin sedotan lalu dikasih ke Ian.

Ian dengan senang hati menerima. Minum susunya dengan semangat.

Tadi Dikta memang nitip cemilan ke Kris. Katanya buat si pacar.

Cuma Dikta memang yang berani begitu ke ketua berandalan paling ditakuti itu.

"Aduh! Bang Kris emang gak ada harga dirinya kalau udah sama Dikta" celetuk Cello yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari si korban.

"Lagi ngerayu dia, kalau gak gitu Dikta gak bakal mau jadi penggantinya" ucap Baim.

"Hahaha akhir kejayaan anak 61 ini. Gak ada yang mau jadi ketua lagi. Gue aja ah yang nyalonin kalau gitu" usul Kai.

"Kalau ketuanya kayak lo sih mending bubar aja" sahut Cello.

"Jangan salah dong sayang, gini-gini gue juga bisa diandelin"

"Iya, diandelin buat bikin masalah"

"Sembarangan! Gak inget gue dulu pernah jadi juara main catur"

"Apa hubungannya bego!"

"Gue botakin kalian semua kalo masih banyak bacot!" teriak Kris jengah.

"Idih! Marahnya serem amat, takut bang!" ledek Rizal.

Kris pilih buat diamin aja. Mau lanjut bicara sama Dikta juga Ian yang lagi duduk di depannya ini.

Gak akan selesai kalau meladeni mereka.

"Gue Kris, ketuanya anak-anak"

"Jovian, panggil aja Ian" ucap Ian sambil senyum dikit. Habis itu lanjut minum susunya.

"Cantik, pantes lo suka" ucap Kris ke Dikta.

Diktanya tidak menanggapi. Tapi dia juga tidak membantah. Kan memang kenyataanya begitu.

Ian itu cantik.

"Jangan godain pacar orang dong Bang Kris! sini sama gue sini" teriak Cello dari jauh.

"Iya Bang, tuh Mas Cello nganggur, kasian dia mandiri sejak dalam kandungan" sahut Rizal.

"Dih, mending gue sama codot daripada sama lo"

"Yaudah sini Cello sayang sama Mamas Kai, Mamas siap menafkahimu" ucap Kai.

"Aduh, Mamas Kai, jadi jatuh cinta deh" sahut Cello.

"Gak usah dengerin mereka. Udah pada gila emang" ucap Kris pelan.

Ian ngangguk saja. Gak nyangka kalau anak 61 yang terkenal gahar pas tawuran bisa sebegini cerewet. Lucu. Apalagi berani juga sama ketuanya. Ternyata gak jauh beda sama kawan Ian. Mereka juga suka bercanda sama Bang Arjun.

Dikta bukain bungkusan yang isinya martabak tadi. Ambil satu buat disuapin ke Ian. Ian lagi-lagi nerima saja. Maklum dia lagi lapar.

"Mau makan apa?" tanya Dikta seraya memperhatikan Ian yang lagi mengunyah martabaknya.

"Mau nasi goreng"

"Iya, habis ini beli"

"Duh, lembut banget kalau sama pacar" ledek Kris.

Dikta diam aja. Lanjut makan martabak sementara Ian lagi-lagi memalu.

Gak tau kenapa jadi suka malu-malu begini sedari tadi.

Padahal dulu dia gak begitu.

"Dahlah Bang Kris! Sini, jangan gangguin orang yang lagi pacaran" teriak Rizal.

"Gak papa lah, biar dia ikut menikmati" sahut Cello.

"Menikmati apaan?" tanya Kai.

"Menikmati kesendirian. Hahahaha"

Kris ngumpat. Sudah siap buat ngejar Cello yang lagi lari-larian ngehindar dari dia.

•••

Sehabis makan nasi goreng yang dipesan lewat abang ojek online. Dikta nganterin Ian pulang.

Motor cb modifikasi itu melaju pelan membelah sepinya jalanan. Sudah gak banyak mobil atau motor yang lewat.

Udara malam yang kebetulan lebih dingin dari biasanya membuat Ian merapatkan jaket abu-abu punya Dikta yang dia pakai. Meskipun begitu Ian tetap saja merasa kedinginan.

"Mau dipeluk Ian" ucap Dikta seraya sedikit menoleh ke belakang.

Ian mukul helm yang dipakai Dikta agak keras.

"Gak mau!"

"Biar Ian gak dingin"

"Suka nyari kesempatan kamu"

"Hehehe iya. Saya pengen dipeluk pacar"

Ian mencebik kesal. Tapi habis itu meluk pingang Dikta. Meluk dikit dan sudah bikin pipi tembam Ian jadi memerah.

Sementara Dikta sudah senyum saja dari tadi. Dia senang.

"Saya mau ngasih Ian tiga permintaan sebagai tanda maaf"

"Maaf buat apa?"

"Maaf karena gak ngabarin Ian"

"Ya sudah. Tapi aku maunya lima permintaan"

"Boleh, tapi saya tanya dulu"

"Tanya ke siapa?"

"Ke bapak jinnya. Boleh apa gak saya kasih Ian lima permintaan"

"Hahaha. Gimana cara nanyanya?"

"Bentar"

Dikta Diam. Habis itu nganggukin kepala dua kali. Bikin Ian jadi ketawa.

"Boleh katanya. Tapi ada syaratnya"

"Apa?"

"Peluk sayanya lebih erat"

"Gak mau!"

"Hahaha"

Dikta ketawa liat muka Ian yang kelihatan kesal tapi memerah itu.

Tapi gak lama tawa Dikta kehenti. Dibarengin sama laju motornya karena ada beberapa orang yang lagi ngehalangin jalan dia. Sepertinya mereka mau cari masalah sama dia dan juga Ian.






bersambung...

19 September 2020

hai :) selamat bermalam minggu.


Continue Reading

You'll Also Like

894K 54.3K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
80.3K 8.3K 39
Sebuah rahasia yang tidak akan pernah meninggalkanmu...
1M 10.9K 20
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING!!!🔞 YANG GAK SUKA CERITA BOYPUSSY SILAHKAN TINGGALKAN LAPAK INI! CAST N...
59.6K 507 10
MINOR DNI!! BOYPUSSY, LOCAL PORN TOLONG YA JANGAN SALAH LAPAK, DISINI TEMPAT KAPAL NCT