The Mask of Falsehood (Comple...

By TheOrangeWorldWriter

293 52 7

Hati, rasa, raga nan jiwa menyatu padu sebabkan kebahagiaan juga kekesalan. Kala hati terkhianati, jiwa tergo... More

🎭 Relent 🎭
🎭 Rintik yang Berbisik 🎭
🎭 Tragedi 🎭
🎭 Akhir Mencintai dalam Diam 🎭
🎭 Halo? Dengan Hujan? 🎭
🎭 We Are Just Familyshit 🎭
🎭 Move On 🎭
🎭 Iluvia 🎭

🎭 Di balik sebuah pertemanan 🎭

21 4 0
By TheOrangeWorldWriter

Judul: Di balik sebuah pertemanan
Oleh : oktaescies
Asrama : Poetry

Jakarta, 12 Juli 2020

Suasana ramai muda-mudi memenuhi salah satu kafe elite di daerah Jakarta Selatan.

Tenya, gadis ayu dengan tampilan modis itu berjalan dengan dagu terangkat pongah. Khas seorang Tenya sekali.

"Wih, baju baru ya? Bagus banget."

Tenya yang baru saja sampai di salah satu meja, langsung melebarkan senyumnya mendengar pujian Jehi, salah satu sahabatnya.

"Iya dong. Secara, ini kemarin hadiah dari Dio. Kan dia baru aja pulang dari Swiss." pamernya seraya menunjukkan merek baju miliknya.

"Enak jadi lo," gumam Derista.

Tenya tak menanggapi. Sebenarnya, ia tak menyukai Derista. Gadis yang terlalu sederhana dan kurang modis dibandingkan dengan dia dan temannya yang lain.

"Dio baik banget ya? Pengen deh gue ada pacar kaya Dio." timpal Kenya seraya mencomot kentang goreng di atas meja.

Tenya tersenyum pongah. Ya, inilah kesehariannya dengan para sahabatnya. Saling pamer, untuk terlihat lebih wah.

Remaja masa kini dengan gaya hidup mewah.

Jakarta, 17 Juli 2020

Macet. Satu kata yang tidak bisa dihilangkan dari ramainya Jakarta.

Siang hari yang panas, serta banyaknya asap kendaraan mampu membuat orang kegerahan.

"Dio kemana sih?!" gerutu Tenya kesal.

Bayangkan, dirinya menunggu Dio disini lebih dari satu jam. Tapi, lelaki itu sama sekali tidak memunculkan batang hidungnya. Jangankan muncul, chat dari semalam saja belum dibalas.

Mendesah kesal, Tenya memutuskan untuk kembali masuk ke dalam lagi.

"Kenapa muka lo? Butek amat," ledek Jehi.

"Kesel gue. Masa Dio belum sampai juga. Padahal, dia kemarin sore mau aja gue ajak. Ngeselin," kesalnya terus mencoba menghubungi Dio.

"Kali aja dia lupa, bawa santai aja kali. Dia kan kerja juga," tenang Kenya.

Tak mau mengambil pusing, Tenya kembali berbincang asik dengan sahabatnya.

Satu jam berlalu, Tenya memutuskan untuk pulang lebih dahulu. Tugas kuliah menunggunya di rumah. Sebenarnya,  tak benar-benar menunggu. Hanya, orang yang ia suruh mengerjakan tugasnya lah yang menunggu bayaran darinya. Uang, dan segala kekuasaan merupakan hal yang luar biasa.

Jakarta, 28 Juli 2020

Suara musik menekankan telinga menyambut kedatangan Tenya di salah satu club ternama di ibu kota.

Baginya, club adalah rumah kedua. Disini, ia bebas mengendalikan hidup dan pikirannya. Melupakan masalah hidup dengan sebotol atau mungkin berpuluh botol bir adalah hal terbaik.

Ya, Tenya sedang di pusingkan dengan Dio yang mulai berubah. Susah diajak jalan, bahkan jika di hubungi saja hanya menjawab seadanya. Benar-benar menyebalkan. Andai, Dio bukan orang yang benar-benar dia cinta. Tenya yakin, akan memutuskan bahkan mempermalukan Dio di depan semua orang.

Dahinya mengernyit kala mendapati wajah-wajah tak asing yang tengah bersenang-senang di meja pojok club. Berjalan perlahan, emosinya benar-benar memuncak kala mendapati Kenya, Jehi, Derista, dan Dio sedang tertawa dengan lepas.

Ia marah, namun ia terlalu binggung mencerna.

"Kalian!" teriak Tenya dengan nafas berderu.

Tanpa komando, tangan lentik Tenya mengayun keras menampar pipi putih milik Derista hingga menimbulkan bekas merah di sana.

Keempatnya yang kaget reflek menoleh ke arah Tenya. Rahang Dio mengetat kala mendapati ruam merah di pipi Derista. Apalagi, gadis itu kini sudah menangis tersedu.

"Maksud lo apaan nampar Deris?" tanya Dio keras seraya mencengkeram bahu Tenya.

Bak tersambar petir, tubuh Tenya membeku. Benarkah, sosok pria di hadapannya ini Dio?

"Lo apain dia bodoh?!" gertak Dio semakin keras.

Tenya terdiam, antara terkejut, emosi, dan rasa sakit hati terkumpul menjadi satu.

"Aku..., Aku yang harusnya nanya. Apa-apaan kaya gini? Kenapa kalian? Apa lagi lo Derista, bitch!" amuk Tenya berusaha meraih rambut Derista.

Jehi dan Kenya tak tinggal diam. Ia balik menampar Tenya dengan keras.

"Lo itu pantas diginiin! Lo kira, Lo hebat bisa ngerebut Dio dari istrinya?" tanya Kenya dengan emosi memuncak seraya menekankan kata 'istrinya' dengan keras. Biarlah, ia akan mengungkapkan segala emosinya sekarang.

"Apa? Lo mau balas apa? Lo mau neriakin Dio selingkuh? Atau Lo mau neriakin Derista murahan lagi?" sentak Jehi kala Tenya ingin angkat suara.

"Lo yang harusnya di sebut murahan! Lo yang goda Dio sampai dia mau selingkuh, padahal lo tau Dio udah nikah!" seru Kenya dengan emosi memuncak. "Atau seenggaknya, kalau mau cari sugar dady, jangan asal comot!" lanjutnya.

Apa-apaan ini? Tenya terdiam mencerna semua ucapan kedua temannya.

"Tapi, harusnya Derista bilang kalau itu suaminya!" bela Tenya.

Jehi tertawa keras. "Lo itu udah salah nyolot ya? Emang, Derista semunafik itu sih. Dia bilang nggak mau rusak kebahagiaan lo karena tau Dio suaminya. Malah, Tenya berniat relain Dio buat Lo. Dan sekarang Lo kaya gini? Hebat! Udah pinter banget sih pelakor satu ini. Gak ada muka beneran!"

Air mata Tenya perlahan keluar. Apalagi, saat melihat Dio dengan sayang merengkuh tubuh Derista. Hatinya hancur. Benar-benar hancur.

"Lebih baik, Dio sama Derista. Daripada sama lo, yang enggak ada apa-apanya seujung kuku pun dari dia. Apalagi, Dio macarin lo cuma karena mau buang sampah doang," bisik Kenya di telinga Tenya.

"Salah gue sama kalian apa sih?" lirih Tenya.

Jeju terbahak keras. "Yakin masih nanya? Belum sadar juga ternyata. Intinya, kita gak bakalan mau punya teman pelakor kaya lo. Lagian, kita mau ajak Lo gabung, karena kita kasihan. Lagian, lo lebih baik jadi ayam kampus aja sih.
Banyak pasti, mahasiswa kurang belaian di kampus. Lumayan kan?" sambungnya dengan tawa kecil di ujung kalimat.

"Lihat sendiri 'kan? Seberapa cintanya Dio sama Derista? Lo, si Tenya yang katanya cantik jelita gak ada apa-apanya. Tubuh lo udah obralan. Gak pantas temenan sama kita," ucap Kenya tanpa perasaan.

Entahlah, rasanya Tenya berasa di ambang antara benci juga perasaan bersalah.

"Yaudah, gak ada pentingnya gue temenan sama ornag yang sok suci kaya kalian." ucapnya seraya menekankan kata 'sok suci'. Kakinya lantas terayun pergi diikuti retakan hatinya yang terasa perih.

Dio, yang dia kira cinta ternyata hanya memanfaatkan tubuhnya.

Jehi, Kenya, dan Derista berteman dengannya hanya karena rasa kasihan.

Lantas, Tenya harus apa? Tenya sadar, ia salah, tak tau malu, bahkan sangat muraha.

Pamer kemesraan, merebut suami orang, bahkan berteman dengan istri pria yang ia rebut. 

Tenya kembali jatuh kedalam karma. Biarlah, kali ini ia mengobati hatinya sendiri. Karena ia yakin, Derista mengalami hal yang lebih parah dari ini.

Tak apa. Setidaknya, ia akan menebus semua kesalahannya pada Jehi, Kenya, Derista, dan Dio dengan pergi.

TAMAT.


Continue Reading

You'll Also Like

92.5K 1.5K 17
Cerita mungkin dari imajinasi penulis serta pengabungan dari kisah nyata Cerita mengandung konten dewasa 21+
87.7K 1.2K 19
oneshoot/twoshoot πŸ₯΅ Shoot shoot intinya cik
117K 5.5K 36
Β°di mohon sebelumnya membaca lebih baik untuk follow terlebih dahulu ‼️ memang ada wanita yang beruntung dalam hal apapun? ada . azzura contoh nya...
36K 2.1K 37
Menceritakan seorang gadis berusia 24 tahun yang bernama stefara angelina yang harus menjelajahi dunia novel untuk membuat protagonis pria jatuh cint...