Me And The Six Prince

By Vi124444

87.6K 9.1K 115

Diandra, seorang gadis manis, pintar, ramah, senang berteman, dan tidak membeda-bedakan, bertemu dengan enam... More

1. Keep It Focus
Kritik dan Saran
2. You've changed
3. Im still here
4. The day
5. Xavier
6. Are You Still With ur Bf?
7. Im sorry goodbye
8. I like you
9. Curhat
10. About Alex & Diva
11. Pernyataan Cinta yang Pertama
12. Truth or Dare
13. Obrolan Seorang Sahabat
14. Hope of a Mother
15. Jealous Girl
16. Jealous Girl (2)
17. Incident
18. Erland
19. Im Bear
20. Pria yang sedang cemburu
22. It's Not About Love Triangle
23. Digandeng atau Digendong?
24. Touring
25. Childish
26. Poor Diandra
27. Would you be mine?
28. Perubahan Sikap
29. Meet your parents
30. Milikmu
31. Our Holiday
32. Edo
33. New life
34. Jerman dan Koma
35. When We Were 25 yo
36. It's Okay
37. Come Back
38. Dia Yang Menciptakan Jarak
39. Kesempatan
40. Pregnant
41. Meet My First Love
42. Meet your parent (2)
43. Be My Wife, Babe
44. Milikmu Seutuhnya
45. Extra Part

21. Sahabat Yang Menjadi Lawan Terbaik

1.6K 202 6
By Vi124444

21. Sahabat Yang Menjadi Lawan Terbaik

"Hallo..." sapa Diandra begitu menerima telepon dari Diva. "Lagi di rumah sakit... sama Erland..."
Erland memperhatikan Diandra yang sedang ditelepon Diva itu. Namun tiba-tiba ekspresinya menjadi terlihat tidak baik-baik saja. Hingga dia datang ke arah Erland dan menjelaskan semuanya.

Sisy dan Ayahnya baru saja datang ke rumah sakit. Akhirnya Erland dan Diandra pamit karena mereka harus segera ke tempat Alex dan Xavier untuk melihat keadaan mereka.

"Mereka kenapa?"

"Katanya ada orang gak dikenal ngeroyok mereka, badannya besar-besar."

"Apa mereka kayak Bima? Dikeroyok karena perempuan patah hati?"

"Duh, kok perempuan jaman sekarang serem-serem sih!"

"Lu juga serem, Di!"

Diandra tertawa, "Kok gitu?"

"Karena gantungin perasaan gue!"

Diandra berdehem, tidak menjawab apa pun. Tawanya lenyap. Di ganti dengan keheningan suasana mereka di dalam mobil.

Setelah Diandra dan Erland tiba di rumah Xavier, Diva sudah ada disana, sedang mengompres wajah Alex yang lebam. Wajah Xavier juga lebam, tapi tak sebanyak Alex.

Diandra segera mengambil es dari dalam kulkas untuk mengompres wajah Xavier, namun Erland menghentikannya, dan menawarkan diri untuk mengompres wajah Xavier. Dia cemburu. Tidak ingin melihat kedekatan Diandra dan Xavier lebih banyak lagi. Xavier yang melihat mereka berdua menatap tajam Erland.

"Kalian ada bayangan gak siapa pelakunya?" tanya Diva. Alex menggeleng. "Gue takut kayak kasus Bima deh."

Erland dan Diandra saling melirik. Ini pembahasan mereka di dalam mobil tadi. Diva pun sepemikiran.

"Siapa cewek yang udah kamu sakitin, Lex?"

"Gak ada, Div!" jawab Alex pasti. "Orang-orang tadi lebih nyerang Xavier sih!"

"Xav!"

"Gak tahu, Div!" Xavier memalingkan wajahnya. Seperti tidak peduli. Dia sendiri sudah tidak tahu berapa banyak perempuan yang sudah ditolak. Berapa banyak perempuan yang sakit hati karena perbuatannya, dan berapa banyak di antara mereka yang dendam dan ingin menghancurkannya.

Sekarang hanya mereka bertiga di ruang keluarga rumah Xavier. Setelah luka lebam Alex di kompres, Diva mengantar Alex pulang. Kebetulan rumahnya dengan Xavier tidak terlalu jauh.

"Xav, Land, ada yang mau gue omongin."

"Soal?"

"Lo inget kejadian sebelum kita ke rumah sakit, Land?"

Erland mengangguk.

"Kejadian apa?" tanya Xavier.

"Mantannya Diandra. Dateng. Intinya dia bilang kalo cowok yang deketin Diandra bakal hancur!"

"Brengs*k!"

"Demi keselamatan kalian berdua, kayaknya kalian jangan deket-deket dulu deh sama gue. Apalagi Davin udah tahu kalian."

Erland meraih tangan Diandra yang di lirik Xavier, "Satu hal yang lu gak tahu dari gue, gue jago berantem. Jadi lu gak perlu takut deket sama gue. Mungkin lu harus jauhin Xavier supaya dia gak bonyok lagi kayak gini."

Xavier tersenyum remeh, "Temen gelut lu dari dulu siapa, bangs*t?"

"Buktinya lu bonyok!"

"Sepuluh orang yang badannya lebih gede lawan dua orang, bonyok wajar, gak mamp*s aja udah bersyukur!"

"Tapi gue gak mau ambil resiko. Gue gak mau kalian kenapa-kenapa!" tegas Diandra.

"Gue juga gak mau ambil resiko jauh dari lu, Di!" jawab Erland.

"Maksud lu?" tanya Xavier.

"Gue suka Diandra, Xav!"

Deg!

"Diandra suka gak sama lu?" Xavier mulai menyerang Erland.

Erland tidak dapat menjawab pertanyaan Xavier. Diandra belum memberi jawaban. Dia juga tidak dapat memaksakan kehendaknya pada gadis baik itu.

"Di, jadi lu pilih siapa?" pertanyaan skakmat Xavier.

"Bisa gak sih kita berteman aja kayak awal kenal?"

"Gue terlanjur jatuh cinta."

"Lu dari awal bukan temen gue, dan gue udah gak bisa liat lu sebagai teman!"

Jgeeer!!! Sebuah hantaman keras di dada Diandra kala permintaannya di tolak oleh kedua pria tampan itu. Hatinya kacau, dia ingin kabur!

Erland tahu kalau Diandra ada di posisi yang sulit. Xavier menatap lurus Diandra tanpa berkata apapun. Erland memperhatikan Xavier. Xavier salah satu sahabatnya. Kemampuannya persis sepertinya. Dalam hal bela diri Xavier selalu menjadi lawan terbaik, dalam hal bermain basket juga, tapi tanpa disangka hal itu berlanjut sampai hal hati.

"Gue gak mau ngerusak persahabatan kalian." lanjutnya. "Dan dengan kalian kayak gini, gue ngerasa, gue kayak sebuah pembuktian aja buat kalian."

Suasana hening. Apa yang mereka berdua lakukan sampai Diandra merasa kalau dia seperti pembuktian untuk mereka? Xavier dan Erland spontan memikirkan hal itu. Hati mereka terhantam.

"Lu pasti tertekan banget ya, Di? Maafin kita ya udah maksa lu." ucap Erland.

Xavier memeluk Diandra, mengusap
punggungnya, "Maafin gue, Di." ucapnya lembut. Erland sampai terbelalak melihatnya.

"Kalian itu, sama di mata gue. Kalian masih yang terbaik. Gue gak bisa janji apa-apa ke kalian, karena gue gak tahu ke depannya akan gimana."

* * *

"Kenapa selalu lu sih, Land?" tanya Xavier.
Malam itu, setelah mengantar Diandra pulang, Erland memutuskan untuk menginap di rumah Xavier. Saat ini mereka sedang berbaring di ranjang Xavier yang besar itu, menatap atap kamar Xavier sambil memikirkan kejadian tadi.

"Gue juga gak ngerti, Xav! Lu selalu jadi lawan gue, dalam permainan apapun. Tapi kali ini Diandra, Xav, gue gak jadiin dia mainan."

"Gue jatuh cinta sama Diandra dari kecil, Bro!" ucap Xavier jujur, Erland menoleh. Xavier membuka handphonenya dan memperlihatkan dua anak kecil, yang laki-laki berbadan gendut dan besar, dan yang perempuan berwajah manis. Dia paham siapa yang ada di foto ini.

Erland tersenyum, "Satu hal lagi persamaan kita, sama-sama jomblo dari kecil!" Erland tertawa, "meskipun lu jomblo brengs*k sih!"

"Bangs*t!"

"Lu kebanyakan PHP-in cewek, Bro!"

"Cuma gue anggep temen, Bro! Gue kan pengen kayak lu, di bilang ramah."

"Lu kegantengan sih, ramah dikit langsung pada baper!"

"Ukuran sepatu lu berapa, Nyet? Besok gue hadiahin!"

"Hadiahin gue Diandra aja."

"Jangan harap!"

Suasana hening sebentar.
"Lu suka Diandra karena apa?" tanya Xavier memecah keheningan.

"Just flow, kalian sering ngomongin Diandra, dia manis, lama-lama gue kenal dia, anaknya menarik, semakin dalam kenal, gue kayak nemuin sosok perempuan sempurna aja sih. Gak banyak gaya, gak ribet, mandiri, baik, polosnya dia bikin gue gemes." ujar Erland. "Lu sendiri?"

"Sifat dia begitu dari kecil. Dan gue bersyukur dia gak berubah. Gue gak bisa kalo gak sama dia. Kalo pun dia gak milih gue, gue rasa gue akan memilih orang dengan standar sifat mirip Diandra."

"Dia tahu lu gak homo?"

"Dia pernah nanya itu."

"Terus?"

"Gue cium dia, buat ngebuktiin kalo gue gak homo."

"Bangs*t! Lu di gampar gak?"

"Dia kayaknya deg-degan, Bro!" Xavier tersenyum membayangkan kejadian itu. "Tapi abis itu gue langsung di dorong sih!"

"Set*n juga lu!"

"Abis gimana, Bro, gue kangen setengah mampus sama dia!"

Obrolan mereka berlanjut hingga keduanya tanpa sadar tertidur lelap karena sudah berbicara dari hati ke hati. Mereka memutuskan untuk tidak terlalu menekan Diandra dalam hal menentukan pilihan. Membiarkan gadis itu memilih sendiri kepada siapa hatinya berlabuh.

* * *

Continue Reading

You'll Also Like

19.9K 11 3
Bunga di tanah, cangkul di tangan. Hujan membasahi dirinya yang sudah tidak bernafas. Semua hanya karena dia memilih untuk mempercayai seorang yang m...
249K 6.3K 76
21+ Adult + Romantis + Fantasi + harem Karin bersumpah tidak akan pernah mau menikah dan percaya lagi pada pria saat melihat ayahnya berselingkuh da...
822K 23.3K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
1.2M 158K 32
Transmigrasi ke dalam novel? Mungkin, itu hal biasa dalam dunia fiksi. Lalu bagaimana jika Seline Andromeda si playgirl pecinta novel yang mengalami...