EVERNA SAGA Hikayat Tiga Zaman

By AndryChang

11.2K 856 85

SIHIR. MESIN. MODERN. Tiga dari serentetan zaman di Terra Everna. Setelah peradaban terbentuk, sebelum zaman... More

Selamat Datang di Terra Everna!
TUDUNG DARAH Andry Chang
QUARTA Shin Elqi
PENJAGA GUNUNG DUNIA Ambu Dian
PANGGUNGKU Heru S. Zainurma
PERTUKARAN Alexia Chen
PINOCCHIO: PEMBALASAN STROMBOLI Andry Chang
MEMORIER Ashara
KIKY DAN KUTUKAN GORGON Rickman Roedavan
SIRA NAJ Anjar Adityatsu
SI PANDAI BESI GILA Sufiatur
TOLSTRAD Andry Chang
PESTA DARAH Arieska Arief
PETAK UMPET RAJA Sufiatur
INILAH AKU Dini Afiandri
PENCURI DARI LU VAZR Andry Chang
PEMBURU KHUSUS Wiendi Lauwinder
KESIALAN HARIAN BAIHU Dya Ragil
GADIS KOREK API Andry Chang - Anggi MS
HARTA KARUN TAJIRI Sufiatur
HERMESIER Wiendi Lauwinder
DARAH CAMPURAN Ninna Rosmina
MENU BARU SANG RATU Andry Chang
NECRONOMICON Wiendi Lauwinder
PUNCAK SALJU DAN PASIR BARA Anjar Adityatsu
EMPAT SAUDARA Andry Chang

PERTARUNGAN ABADI Kayzerotaku

238 30 2
By AndryChang

PERTARUNGAN ABADI Kayzerotaku (A.J. Santoso)

Musim Gugur tahun 3925 A.V., Freidle, Borgia.

Namaku Jozef. Sejak tinggal di Freidle, aku bekerja serabutan sebagai penagih hutang ataupun detektif. Walaupun demikian, tugasku yang sebenarnya adalah mengusir roh jahat atau menolong arwah penasaran. Ya, aku adalah seorang exorcist, pemindah arwah.

Meskipun tugasku sebagai pemindah arwah selalu penuh tantangan, tak jarang ada beberapa yang memaksaku menyabung nyawa – atau malah nyaris membuat diriku sendiri atau orang lain jadi arwah penasaran. Mari kuceritakan salah satu tugas terpenting sepanjang karirku ini.

Kisahku dimulai pada suatu hari ketika seseorang mengetuk pintu kantorku. Kantorku sendiri hanyalah sebuah kamar kecil dengan sebuah meja dengan telepon yang telah diputus salurannya karena aku tak membayar rekening telepon selama enam bulan.

“Masuklah!” balasku. “Pintu tidak dikunci!”

Begitu pintu dibuka, masuklah seorang wanita cantik dengan rambut kecoklatan. Ia mengenakan mantel bulu tebal, tetapi lekuk tubuhnya yang semampai masih terlihat. Melihat busana dan perhiasannya, aku menyimpulkan ia pastilah dari kalangan atas. Namun wajahnya nampak risau dan kedua matanya seperti tidak pernah tidur. Kupersilahkan tamuku duduk di satu-satunya kursi.

“Apakah Anda Jozef Eckermann? ” tanya wanita itu ragu-ragu. Jari-jemarinya menggenggam tasnya.

“Ya, ada yang saya bisa bantu?” balasku. Wanita itu menarik nafas, lalu memperkenalkan dirinya.

“Namaku Elacca Holtzman. Aku datang ke sini karena seseorang mengatakan bahwa Anda dapat membantu kami.”

Keluarga Holtzman! Semua orang di Borgia pasti pernah mendengar nama mereka. Mereka adalah keluarga terpandang. Kabar mengatakan bahwa mereka dekat dengan kalangan militer dan mendapatkan penghasilan mereka dari perdagangan senjata.

Aku berkata. “Tergantung bantuan macam apa.”

“Biaya bukan masalah!” sergah Elacca. “Kami akan membayarmu berapapun yang Anda minta, asalkan Anda bersedia menolong kami!”

Mendengar itu, aku terdiam sejenak dan akhirnya bertanya. “Apa yang terjadi?”

“Anakku satu-satunya, Adolph kerasukan roh jahat.” katanya dengan pelan. “Sebelumnya ia adalah anak yang ceria dan selalu ingin tahu. Tiga tahun silam, suamiku, Furtz mengurungnya dalam ruangan ini karena suatu kesalahan. Begitu Adolph keluar dari ruangan,kami menemukan ia mulai menunjukkan perubahan sikap. Sejak saat itu ia lebih senang menyendiri dan tidak pernah bergaul dengan siapapun”

“Kelakuannya makin lama makin memprihatinkan. Bahkan para dokter angkat tangan. Ternyata di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah kotak kayu yang telah lama ditinggalkan. Kami berpaling pada ahli paranormal dan pemuka agama. Salah satu dari mereka menemukan bahwa kotak yang dibuka Adolph ternyata menampung dybbuk– roh penasaran!”

“Apa mereka sudah mencoba mengusir roh itu?” tanyaku penasaran.

“Sudah kami coba, tetapi dybbuktersebut terlalu kuat!” ujarnya dengan nada khawatir. “Setiap orang sakti, bahkan paranormal yang kami mintai tolong tak mampu mengusirnya. Bahkan seisi rumah sendiri tidak luput dari terornya!”

“Suamiku menganggap ia tidak dapat diselamatkan!” kata Elacca sambil terisak. “Aku mendengar namamu dari seorang kerabat pelayan kami. Katanya kau pemindah arwah paling sakti di kota ini! Kaulah harapan terakhir kami, Tuan Jozef!”

Sejujurnya, aku bukan orang yang gampang luluh mendengar cerita sedih. Namun perihal dybbuk tersebut membuatku penasaran. Tidak hanya itu, aku mempunyai firasat tak bagus tentang kasus ini.

Setelah lama berpikir, aku berkata, “Nyonya Holtzman, kuterima permintaan Anda!” Wajah wanita tersebut mulai cerah mendengar jawabanku itu. “Aku akan mempersiapkan segalanya dalam dua hari. Aku juga mempunyai permintaan khusus bagi Anda.”

“Katakanlah, Tuan Jozef!” ujarnya.Begitu aku memberi tahu permintaan tersebut beserta biaya jasaku, wanita itu terbelalak heran tetapi tidak mengatakan apa-apa. Setelah itu, ia mengangguk tanda setuju lalu berbalik meninggalkan kantorku.

Sepeninggal Nyonya Holtzman, aku tengah memikirkan rencana untuk mengusirdybbuk yang bandel itu. Kupalingkan pandanganku pada sebuah peti bagasi yang berada di sudut kantorku.

“Kita punya pekerjaan!” kataku seraya tersenyum.

==oOo==

Dua hari kemudian…

Menjelang malam, aku dan seorang pria berbadan tinggi tegap mendatangi kediaman keluarga Holtzman di pusat Kota Freidle. Rumah mereka bagaikan kastil megah, tetapi suasana di sekitarnya muram. Aku memperhatikan salah satu jendela di lantai tiga nampak tertutup gorden. Galach adalah partnerku yang setia menemaniku dalam setiap kasus. Ia mengenakan topi lebar yang menutupi seluruh wajahnya dan jas tebal.

Begitu aku mengetuk pintu depan, seorang pelayan membukakan pintu dan berkata

“Masuklah! Nyonya Elacca telah menunggu Anda.” Aku segera memberikan topi dan jaketku pada pelayan itu. Ketika Galach hendak masuk, ia menghalanginya.

“Maaf, Tuan!” ucapnya tegas. “Anda tidak boleh masuk bila tidak menanggalkan topi dan jaket Anda.” Rekanku nampak gelisah. Aku mencoba membujuk pelayan tersebut.

“Buatlah perkecualian. Galach kurang senang jika ia tidak boleh mengenakan topi dan jaketnya.” Sebelum kami bertengkar, Elacca mendatangi kami.

“Tidak apa-apa, Osbert!” tegurnya. “Tuan Jozef dan temannya adalah tamu kami. Bapak sudah memberi izin dan pengecualian tata-krama pada teman Tuan Jozef ini.” Pelayan itu hanya menganggukan kepalanya dan mempersilahkan Galach masuk.

“Mari!” ajak wanita itu. “Keluargaku telah menunggu di ruang tamu.” Maka kami mengikuti Nyonya Holtzman hingga tiba di ruangan tamu. Sebuah lampu kristal menghiasi langit-langit ruangan tersebut sehingga nampak amat benderang. Tak jauh dari situ, sebuah piano besar terpajang.

Di sana, seorang pria setengah baya telah menunggu kami. Sang kepala keluarga, Furtz Holtzman berdiri dengan tatapan tajam. Wajahnya dihiasi janggut keabu-abuan.

Sebelum Elacca memperkenalkan kami, Furtz langsung mendekatiku dan berkata, “Bisakah kita lewatkan basa-basi ini?” Ia menatapku dengan wajah kurang senang. “Tuan Jozef, para paranormal dan rohaniwan yang kuminta tidak dapat menolong putraku. Padahal mereka adalah orang-orang terkemuka dan punya reputasi bagus! Apa yang membuat Anda yakin dapat menolong putraku sementara reputasi Anda tidak jelas?”

“Furtz!” protes wanita itu. “Aku meminta Tuan Jozef datang untuk menolong kita! Setidaknya kita sudah mencoba…” Ia tidak sempat melanjutkan perkataannya.

“Aku sayang Adolph!” ujar pria itu dengan suara meninggi. “Tetapi aku takkan mempercayakannya kepada seorang penipu! Bila hal itu terdengar, reputasi kita akan jatuh!”

“Cukup!” Sebuah suara tegas namun pasti terdengar dari mulut Elacca. “Furtz, anak kita tengah menghadapi sesuatu yang mengancam hidupnya, tetapi yang kau pikirkan hanyalah reputasi keluarga saja! Bisakah kau memperhatikan anakmu sekali ini saja?”

Setelah suasana mereda, aku membuka suara. “Biarkanlah saya mencoba, Tuan Furtz. Saya hanya menjalankan permintaan Nyonya Elacca saja.”

“Alasan saya datang pada malam hari ini adalah untuk menjamin kerahasiaan Anda. Tak sembarang orang dapat melihat ritual yang saya akan lakukan.” kataku meyakinkan. “Bila gagal, anggap saja jasaku ini gratis.” Tuan Furtz nampak puas, walau kekhawatiran masih terbersit di wajahnya.

Kemudian Elacca berkata, “Tuan Jozef, ikuti kami.”

==oOo==

Kami menaiki tangga hingga lantai tiga dimana terdapat sebuah ruang pertemuan. Barang-barang di sekitar ruangan itu berada di keempat ujung ruangan; tak ada satupun yang berada di tengah.  Yang menarik perhatianku adalah sebuah kotak kayu yang berada tak jauh di pojok ruang tersebut.

Di tengah-tengah ruangan tersebut duduklah seorang anak laki-laki berambut hitam awut-awutan. Ia mengenakan pakaian compang-camping. Wajahnya nampak pucat, dan matanya sayu.  Kedua tangan dan kakinya diikat dengan rantai besi di lantai. Begitu kami bertatapan,  perasan tidak enak dalam hatiku bertambah kuat. Elacca berbisik.

“Dialah Adolph.” Ia menjelaskan. “Sebenarnya kami tidak ingin merantainya tetapi harus kami lakukan demi kebaikannya dan orang lain.”

Furtz hanya mendengus. “Sejak insiden itu, banyak pelayan kami minta berhenti, kecuali Osbert. Tak hanya itu, banyak rekanan bisnisku mulai mempertimbangkan untuk tidak mengadakan bisnis denganku, hanya karena gangguan takhayul ini!”

Lalu Nyonya Holtzman melanjutkan, “Setiap jam dua belas malam, Adolph mulai mengamuk. Pada saat itu barang-barang di sekitarnya akan berterbangan bagaikan badai dan menghantam setiap orang yang mendekatinya. Sebelumnya itu hanya terjadi di ruangan ini, namun akhir-akhir ini ruang-ruang di lantai ketiga juga mengalami hal yang sama.” Aku hanya mengangguk.

“Sekarang jam 9 malam.” kataku seraya melirik ke arlojiku. “Aku dan Galach akan membuat persiapan untuk ritual pengusiran roh jahat. Sebaiknya Anda berdua tidak berada di sini pada saat aku mengusir roh tersebut.”

==oOo==

Tak lama kemudian, aku dan Galach segera menggambar simbol ‘Sefirot’ di lantai kamar tersebut dengan kapur. Posisi dimana Adolph duduk disebut medan gaib alam bawah sadar. Kami juga menaburkan garam halus di sekitar kamar untuk menolak bala kegelapan. Aku juga menaruh lilin-lilin pada setiap titik Sefirot tersebut.

Sementara kami melakukan persiapan, Tuan dan Nyonya Holtzman tetap duduk di tempat mereka. Adolph tetap duduk diam; matanya memperhatikan setiap tindakan kami dengan gelisah. Seraya mengusap peluh, aku melihat arlojiku kembali. Tinggal 2 jam lagi!

Setelah selesai, aku berpaling pada mereka. “Dengarkan aku baik-baik! Apapun yang terjadi, kalian tidak boleh memasuki simbol ini! Bila kalian melakukannya, aku tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada kalian!!”

Sang ayah hanya mendengus, sementara istrinya mengangguk. Lalu aku berpaling pada rekanku.”Galach, tugasmu menjaga Tuan dan Nyonya Holtzman dari bahaya! Apapun yang terjadi, jangan bergeming dari tempatmu!” Ia hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah yakin dengan persiapan kami, aku duduk bersila di depan Adolph dan mulai merapal mantera.

==oOo==

Lonceng jam berdentang keras ketika jarum jam menunjuk pada angka duabelas. Bunyi lonceng tersebut bergema di seluruh kediaman keluarga Holtzman. Suasana sekitar mulai mencekam.

==oOo==

Di saat yang sama, tubuh Adolph mulai mengejang dan perabotan di dalam ruangan tersebut mulai bergerak-gerak. Elacca merasa ketakutan, sementara Tuan Furtz tetap diam. Tiba-tiba semua barang-barang di sekitar ruangan tersebut mulai melayang dan berputar-putar. Bagaikan angin badai, barang-barang itu berterbangan di sekeliling kami. Galach segera menghalau benda-benda yang terlalu dekat pada Elacca dan Furtz. Aku tetap duduk bersila tanpa menghiraukan keadaan di sekelilingku.

“Katakan, siapa namamu!!” seruku. Sebuah raungan keras membalas seruanku. Mendadak, Adolph mengangkat tubuhnya dan berdiri menatap kami. Raut wajahnya berubah menyeramkan dengan kedua mata kuning dan mulut berliur yang dihiasi gigi-gigi rompal berwarna hitam.

“Groaar!” Makhluk yang tadinya adalah Adolph meloncat ke arahku, tetapi tertahan rantai besi yang membelenggu kedua kakinya. Tak lama kemudian, sesuatu keluar dari mulut anak tersebut. Ternyata berbagai jenis serangga seperti lalat, ngengat dan kecoa. Mereka segera menyembur ke arahku.

“Berkati aku dengan keberuntungan! Tak ada kuasa lain yang dapat melukaiku!” ucapku lantang. Kerumunan serangga itu mendadak seperti menabrak sebuah dinding yang tidak terlihat. Bangkai-bangkai mereka berjatuhan. Makhluk di depanku mulai murka, ketika melihat usahanya tidak berhasil. Matanya berkeliling mencari sesuatu dan jatuh kepada keluarganya.  Ia memutar badannya. Perlahan-lahan, raut wajahnya kembali seperti normal dan ia berkata. Sementara itu barang-barang di sekitar kami mulai berjatuhan.

“Mama.” panggilnya. “Apakah Mama tidak kasihan padaku? Kenapa kalian tidak melepaskan rantai ini? Kedua kaki dan tanganku lecet-lecet. Tolonglah aku,Mama….”

“Adolph, anakku…” kata wanita itu menanggapi permohonan anaknya. Ia hendak beranjak dari tempat duduknya.

“Jangan!” kataku dengan tegas. “Dybbukitu ingin mempermainkan kalian! Ia sadar bahwa kini ia menghadapi lawan yang tangguh. Ritual ini belum sepenuhnya selesai hingga ia mengatakan namanya!”

Langkah Elacca tertahan. Adolph kembali memohon dengan nada memelas.

 “Mama, mengapa lebih percaya pada orang asing ini daripadaku? Aku ingin bermain dengan Mama seperti dulu. Tolonglah lepaskan rantai ini.”  Pandangan Elacca tertuju padaku, yang segera kubalas dengan gelengan kepala. Selain itu, Galach juga pasang badan tepat di depan mereka.

 Akhirnya wanita itu menjawab, “Maafkan aku, Adolph. Aku juga ingin melepaskan rantai-rantai itu dari tangan dan kakimu. Tetapi aku tidak dapat melakukannya…”

Wajah Adolph atau siapapun dia nampak kecewa, sebelum mengalihkan pandangannya kepada Tuan Furtz. Kali ini ia berbicara dengan nada mengejek.

“Bagaimana denganmu, Papa? Apakah kau senang melihat ini?” Wajah Furtz merah padam.

“Setiap kali aku meminta Papa untuk bermain, Papa selalu bilang tidak ada waktu.” Anak yang kerasukan itu  melanjutkan. “Papa selalu sibuk dengan urusan bisnis dan tak pernah ada waktu untuk aku. Menyebarkan kematian dengan senjata buatan perusahaan Papa?”

Furtz berusaha menahan dirinya, tetapi aku tahu bahwa ia cukup terkejut atas perkataan tersebut. ‘Adolph’ kembali berkata.

“Oh, apakah Papa ingat ketika aku menguping pembicaraan Papa dengan tamu dari luar dengan tidak sengaja? Aku berteriak-teriak sambil menangis dan memohon untuk dikeluarkan tetapi Papa tidak peduli…tidak, aku salah! Kalian semua tidak peduli!!”

Sejenak, ia terdiam sebelum melanjutkan pembicaraannya. “Kau tahu, Papa? Bagaimana rasanya menjual rahasia bangsa sendiri ke negara lain?” Elacca dan aku terbelalak mendengarnya. Lalu ia melanjutkan.

“Mama tidak tahu? Ternyata Papaku adalah pengkhianat bangsa!” Wajah Furtz merah padam mendengar itu.

“Satu lagi, Papa!” kata Adolph melanjutkan. “Pihak berwenang sudah mencium jejakmu dan bersiap untuk menangkapmu besok!”

Meledak dalam amarah, kepala keluarga Holtzman berteriak. “Anak tak tahu diuntung!” Ia bangkit dan melangkah ke arah Adolph. Galach berusaha mencegahnya tetapi terlambat.

“Tuan Furtz, jangan terpancing!!” teriakku. Kata-kataku tak ada artinya. Begitu ia melewati pembatas, tubuh Adolph seperti bertumbuh menjadi dewasa dalam waktu singkat dan ia segera menyambar kerah baju Furtz. Barang-barang di ruangan itu kembali berputar dan jendela ruangan segera terbuka lebar.

Adolph menarik Tuan Furtz sehingga mereka berhadapan muka dengan muka. Nyali Furtz menciut seketika. Wajahnya menjadi putih seperti kertas. Anak yang dirasuk dybbuk tersebut berbicara dengan suara berat dan garang.

“Sebenarnya aku ingin menggunakan tubuhmu, gantinya anak ini!” ujarnya. “Akan kuperbaiki kesalahan ini!” Sebuh lendir hitam pekat keluar dari kedua mata dan mulut anak tersebut dan menetes di lantai. Melihat hal itu, aku segera menyadari kesalahanku.

Celaka! Sepertinya aku salah. Yang berada di dalam Adolph bukanlah dybbuk, tetapi sesuatu yang lebih jahat daripada itu. Aku segera berlari secepat kilat ke arah mereka. Seperti mengerti pikiranku, Galach menerjang Tuan Furtz sebelum Adolph menyemburkan lendir hitam tersebut ke arahnya. Di saat yang sama, aku mengangkat tangan kananku ketika lendir tersebut menyembur ke arahnya sehingga mengenaiku.

“Suamiku! Tuan Jozef!” jerit Elacca. Rasa sakit bagaikan bara api segera menyergapku. Tetapi aku harus menyelesaikan ritual ini atau ia akan meloloskan diri.

“Yvariel dan Laskar Aelis Suci! Datanglah, hambamu memohon kekuatan untuk mengalahkan kejahatan!” teriakku . Tiba-tiba seluruh  Sefirot mengeluarkan cahaya terang benderang dan Adolph terlempar kembali ke tengah ruangan. Ia meronta-ronta dan meraung sekuat tenaga, bahkan menekukkan punggung dan kepalanya hingga ke belakang.

Aku berpaling pada Tuan Furtz. Ia nampak shock, tetapi selebihnya tidak apa-apa. Kulihat lengan bajuku yang terbakar akibat lendir hitam tersebut. Nyonya Holtzman juga melihatnya dan ia hendak mendekatiku.

“Tuan Jozef, kau terluka!” kata Elacca mengingatkanku

“Jangan!” cegahku. “Siapapun yang terkena lendir hitam ini, kecuali aku akan dirasuki olehnya. Aku seharusnya menyadari hal ini sebelumnya!”.

“Tidak apa-apa!” balasku. “Aku akan menyelesaikan ritual ini secepatnya!” Kulirik arlojiku kembali. Jam tiga pagi! Tiga jam lagi matahari terbit. Seraya memegangi lenganku, aku kembali ke posisiku semula.

“Galach, tetap lindungi mereka!!” perintahku. Pria besar itu menganggukkan kepalanya. Ia segera membuka jas tebalnya. Ternyata ia tidak mengenakan baju dan di dadanya tertera abjad sihir.

Adolph segera bangkit kembali dan menatapku dengan penuh kebencian. Ia berkata dengan serak-serak basah, “Kau tak seharusnya disini, Jozef!”

Aku membalas dengan sengit. “Kaulah yang tidak seharusnya di sini, kudlak!Dengan kuasa yang dianugerahkan dari Surga, aku memerintahkanmu untuk keluar dari tubuh anak ini! Katakanlah siapa namamu!”

Makhluk yang merasuki tubuh Adolph hendak melawan perintah itu, namun suara tercekat keluar dari mulutnya. “Kra…li…zec!”

Sudah kuduga! gumamku dalam hati. Dengan mengumpulkan segenap tenaga, aku merapal mantra lain, yang artinya, “Dalam nama Vadis Sang Jalan, kuperintahkan kau keluar dari tubuh anak ini, Kralizec! Keluarlah!!”

Adolph menjerit sekuat tenaga pada saat mantra itu mengenainya. Ia memuntahkan lendir hitam dalam jumlah banyak sehingga menggenang di sekitar tubuhnya. Setelah itu, ia jatuh pingsan. Namun aku sadar bahwa ini belum selesai.

==oOo==

Perlahan-lahan genangan lendir hitam itu membentuk sebuah sosok tubuh kehitaman. Sebuah raut wajah terbentuk pada sosok tubuh tersebut dan kedua mata putih terbuka.

Senang bertemu denganmu lagi, Jozef, katanya dengan nada sinis.

“Pintar sekali, kudlak!” balasku. “Menyaru sebagai dybbuk untuk merasuki anak ini. Seharusnya aku sadar mengapa para paranormal dan rohaniwan tidak berhasil mengusirmu.”

Kudlak yang bernama Kralizec itu tertawa. “Hanya ini yang bisa kulakukan setelah tujuh tahun. Sebenarnya, aku berencana untuk menghabiskan waktu di dalam tubuh anak ini sambil menunggu waktuku untuk dilahirkan kembali.”

“Namun sial sekali ketika keluarga ini memanggilmu. Aku hampir saja pindah kepada ayah anak ini, bila kau dan golem sialanmu tidak ikut campur!”

“Kau memang sial.”balasku dengan senyum mengejek. “Bagaimana caranya kau selamat? Aku sudah membakar kastilmu.”

“Sebelum meninggal, aku  memasukkan rohku ke dalam sebuah kotak lemari dimana keluarga ini membelinya. Tadinya memang ada dybbuk di dalam kotak tersebut, tetapi aku sudah menggusurnya sebelum tiba di keluarga ini.” kata Kralizec menjelaskan. “Sekarang apa yang akan kaulakukan?”

“Memusnahkanmu tentunya,” kataku tegas.

Hanya ada satu masalah.” sahut roh kudlak itu. “Aku sudah hampir menyatu dengan anak ini.Kau tidak bisa memusnahkanku tanpa membunuh anak ini.” Mendengar itu, Elacca menjadi ketakutan.

“Kau terlalu jahat untuk dibiarkan hidup, Kralizec!” kataku seraya bangkit. Aku segera menarik sebuah belati perak dari saku bajuku.

Mm, jadi kita berada dalam dilema serius.” kata Kralizec. “Begini saja, aku akan meninggalkan tubuh anak ini dengan sukarela asalkan kau membiarkanku hidup.”

“Tidak bisa!!” teriakku tegas.

“Ayolah, apakah kau tega membunuh anak ini?tantang kudlak tersebut. “Membunuh orang yang tak bersalah bukanlah sifatmu, Jozef.  Atau kau sudah berubah?”

Ketika aku hendak mengayunkan belatiku ke arah makhluk tersebut, tiba-tiba Elacca menempatkan dirinya di antara kami berdua.

“Nyonya Holtzman, menyingkirlah!” kataku memperingatkan.

“Tidak bisa!” balas wanita itu. “Aku takkan membiarkan Anda membunuh Adolph! Bagaimanapun juga ia anakku!!”

“Suami Anda benar! Anakmu sudah tidak dapat diselamatkan!” kataku sengit. “Tahukah kau tentang makhluk yang berada di dalam tubuh anakmu? Ia pembawa petaka! Ia tidak hanya menghancurkan hidupku saja, tetapi hidup orang-orang lain juga!”

“Tuan Jozef!!” teriak Elacca tidak mau kalah. “Ingatkah mengapa aku membawa Anda ke sini? Anda berjanji untuk menolong anakku, bukan untuk membunuhnya!” Ia terjerembab ke lantai seraya menangis.

“Adolph adalah satu-satunya yang kusayangi! Demi aku, tolonglah!” Untuk sesaat, aku membisu di depannya. Kupalingkan mataku pada wujud Kralizec yang menjijikkan, dan aku melihat senyum kemenangan terbentuk pada wajahnya. Perlahan-lahan matahari mulai bangkit dari peraduannya. Fajar hampir merekah! Aku bisa saja menahannya di sini hingga matahari terbit.

Aku menggigit lidahku untuk menahan emosi dan mengatakan sesuatu yang tidak ingin kukatakan sebelumnya.

“Baiklah,aku membiarkanmu pergi asalkan kau meninggalkan tubuh anak ini untuk selamanya.” Kemudian aku menunjuk ke arahnya. “Kali lain aku takkan membiarkanmu, Kralizec!”

“Seperti yang kujanjikan, aku membebaskan anak ini!” kata Kralizec. “Ini bukan terakhir kalinya kau melihatku! Sampai berjumpa lagi!” Setelah berkata demikian, wujud kudlak itu berubah menjadi kumpulan serangga hitam yang segera terbang keluar melalui jendela yang terbuka..

Ketika serangga-serangga tersebut keluar semua, aku melihat seekor burung gagak berada tak jauh dari tubuh Adolph yang tak bergerak. Aku sangat yakin Kralizec berada di dalamnya. Tak lama kemudian, gagak tersebut terbang meninggalkan kami. Seiring dengan kepergiannya, tawa dingin sang kudlak membahana.

Tuan Furtz yang tadinya tak sadarkan diri selama kejadian, mulai siuman. “Uuh, apa yang terjadi?” keluhnya. Galach tidak menjawabnya. Lalu aku mengangkat Elacca dari lantai.

“Nyonya Holtzman, apakah kau tidak apa-apa?” tanyaku. Wanita itu hanya mengangguk, sebelum ia berpaling pada anaknya. Ia segera mengangkat tubuhnya dan memanggilnya.

“Adolph, apakah kau tidak apa-apa?” Perlahan-lahan anak tersebut membuka matanya.

“Mama, apa yang terjadi?” tanyanya dengan lemah. “Adolph baru saja bermimpi buruk.”

Elacca memeluk anaknya dengan perasaan bersyukur. Akupun hanya menarik nafas. Ternyata kudlak itu memenuhi janjinya. Sinar mentari mulai menyinari ruangan dan mengusir suasana muram.

==oOo==

Pagi harinya, kediaman keluarga Holtzman segera dipenuhi orang. Ternyata  apa yang dikatakan oleh Kralizec memang benar. Perbuatan Tuan Furtz telah diselidiki oleh pihak berwajib Borgia. Mereka segera meringkus Tuan Furtz untuk ditanyai. Setelah mewawancarai kami, mereka yakin bahwa kami tidak terlibat sama sekali. Kami pun dipersilahkan pergi. Aku sengaja tidak menceritakan tentang Kralizec pada mereka.

==oOo==

Setelah mereka pergi, aku mengambil kotak dybbuk yang ditinggalkan Kralizec. Benda itu mungkin kosong, tetapi aku akan menyimpannya di tempat yang aman. Elacca mendekati kami.

“Terima kasih banyak, Tuan Jozef!” ujarnya. “Saya kira rasa ucapan terima kasih saja tidak cukup untuk menggambarkan perasaanku.”

“Tidak apa-apa,” sahutku. “Saya diminta untuk melaksanakan permintaan Anda dan saya telah memenuhinya. Saya turut prihatin dengan nasib suami Anda.”

Wanita itu menarik nafas. “Itu masalahnya, bukan masalahku.” Syukurlah memang demikian.

“Bolehkah saya bertanya, Tuan Jozef?” kata Elacca penasaran. “Siapakah Anda sebenarnya? Apa hubungan Anda dengan makhluk tersebut?”

Aku berpaling kepada Nyonya Holtzman dan berkata.” Makhluk yang merasuki Adolph adalah kudlak yang bernama Kralizec. Dulunya ia manusia sepertiku. ” Akupun mulai bercerita.

“Semula kami berdua adalah sahabat karib. Begitu Kralizec berubah menjadi seorang kudlak, ia merenggut semua yang kucintai. Walaupun ia telah kalah dan tubuhnya kuhancurkan, jiwanya akan lahir menjadi kudlak kembali dalam tujuh tahun. Sejak saat itulah aku berkelana untuk mencari tahu keberadaannya.”

Elacca berkata. “Turut prihatin atas nasib Anda. Apa yang akan terjadi pada Anda?”

“Aku akan tetap mencarinya. Kami akan terus bertarung hingga salah satu dari kami binasa. Dengan demikian, pencarianku akan berakhir.” Di saat yang sama, Galach mengangkat kotak kayu itu ke punggungnya.

“Nah, tugas kami telah selesai, Nyonya Holtzman!” ucapku seraya mengambil topi dan jas dari Osbert. “Maka dengan ini kami mohon pamit. Oh ya, bagaimana rencana Anda setelah ini?” Kami melirik pada Adolph yang tengah menggoda Galach. Golem itu hanya mengacuhkannya.

Elacca menjawab, “Kurasa aku dan Adolph akan pergi ke luar negeri untuk memulihkan diri setelah kejadian ini.” Ia mengulurkan sesuatu kepadaku. “Ini bayaran yang kujanjikan padamu, Tuan Jozef.”

“Terima kasih! Semoga Vadis membukakan jalan damai untuk kalian,”kataku mengucapkan salam perpisahan. Maka aku dan Galach meninggalkan kediaman mewah tersebut, siap menyambut terjangan badai pertarungan abadi antara kebaikan dan kejahatan yang takkan pernah reda.

Dybbuk: Jenis arwah penasaran yang merasuki makhluk hidup dan memperbudaknya.

Kudlak: Manusia amat sakti ahli ilmu sihir hitam, namun menanggung kutukan amat mengenaskan.

Golem: Roh yang merasuki benda-benda mati yang bentuknya menyerupai manusia.  

Cerpen ini pernah diikutsertakan dalam Lomba Cerpen Fantasi Bulanan (CerBul) Grup Kastil Fantasi di Goodreads.com bulan Agustus 2014.

Continue Reading

You'll Also Like

230K 11.1K 57
My name is Alex Cruz, I'm a omega, so I'm just a punching bag to my pack. But Emma, Queen of werewolves Sam, queen of dragons Winter, queen of vampi...
90.8K 2.5K 26
"๐œ๐š๐ฎ๐ฌ๐ž ๐ข'๐ฏ๐ž ๐ก๐š๐ ๐ž๐ฏ๐ž๐ซ๐ฒ๐ญ๐ก๐ข๐ง๐ , ๐›๐ฎ๐ญ ๐ง๐จ ๐จ๐ง๐ž'๐ฌ ๐ฅ๐ข๐ฌ๐ญ๐ž๐ง๐ข๐ง๐ , ๐š๐ง๐...
169K 10.5K 47
Elizabeth has been ruling her kingdom for 3 years now. She's gone through countless advisors in those 3 years. When she's finally ready to give up on...
55.1M 1.8M 66
Henley agrees to pretend to date millionaire Bennett Calloway for a fee, falling in love as she wonders - how is he involved in her brother's false c...