M A L A M.

By real__seagull

25.4K 4.3K 1.2K

Jaehyun adalah pria yang berprofesi sebagai agen NIS dan Rosie gadis yang memiliki nyctophobia. Ini tentang m... More

Starr-ing:
Malam 01
Malam 02
Malam 03
Malam 04
Malam 06
Malam 07
Malam 08
Malam 09
Malam 10
Malam 11
Malam 12
Malam 13
Cast (Bagian 2)
(Bagian 2) - Malam 14
Malam 15
Malam 16
Malam 17
Malam 18
Malam 19
Malam 20

Malam 05

1.9K 328 124
By real__seagull

Hari rabu sesuai janji, sekalian juga soalnya gak puas sama malam ke-4.

🌑✨🌒

Gerimis kembali membasahi kota Cambridge dan sekitarnya pagi ini, beberapa kilat dapat terlihat disebagian ruang kota. Banyak orang yang berteduh untuk mencari tempat teduh, melindungi mereka dari rintik hujan, adapula yang memilih menerobos jutaan tetes air yang jatuh menggunakan jacket, payung atau jas hujan mereka.

Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya ke udara dengan ringan, membuat beberapa butiran air terkibas dari rambut tebalnya, pria itu mengeluarkan sepuntung rokok dari kotaknya, mengisap sebatang rokok ditengah-tengah gerimis pagi ini seperti satu-satunya cara untuk menghangatkan badannya.

Pria itu mengamati jalanan disekitar flatnya, beberapa orang yang berbeda ras dan suku darinya berlalu lalang, ada juga sepasang kekasih yang sepertinya sedang beradu mulut disebrang jalan, menyalahkan satu sama lain hingga akhirnya salah satu dari mereka memilih untuk menutup telinga tidak ingin mendengar penjelasan dari pasangan mereka.

Jungkook kembali mengisap dalam rokoknya, kemudian menghembuskan asapnya melalui hidung dan mulutnya, membentuk beberapa bulatan kecil ke udara yang akhirnya hancur dalam sekejap karna angin yang lewat. Ia kembali mengamati pejalan kaki disebrang jalan. Terlihat seorang gadis menggunakan hoodie yang kebesaran berwarna ungu pastel berjalan santai dengan airpods yang terpasang dikedua telinganya, Jungkook mengamati gadis itu dari jauh, pandangannya menjadi sedikit berubah ketika menyadari dua pria berandalan yang terlihat siap menyerang gadis itu.

Jungkook memilih kembali mengisap rokoknya lebih dulu, sayang masih ada beberapa centi lagi untuk ia nikmati. Namun pandangannya tidak bisa lepas dari gadis berhoodie ungu disebrang sana, kedua pria dibelakang gadis itu semakin memperkecil jaraknya dengannya. Jungkook berjalan kecil mengikuti gadis itu dari seberang jalan.

Ketika akhirnya gadis itu berbelok ke sebuah gang kecil dan masih diikuti oleh kedua pria dibelakangnya dengan cepat Jungkook segera membuang rokoknya kemudian menyebrangi jalan raya untuk menyusul gadis itu.

"Aish, lagi gak mood banget padahal bikin tanganku kotor." Jungkook dapat mendengar suara gadis itu samar-samar setelah mengamati dari jauh di bibir gang kecil itu.

Gadis itu melepas airpodsnya kemudian membuka hoodie yang sedari tadi menutupi rambutnya,

"Yeri?" ucap Jungkook tidak yakin.

Kedua pria itu sudah mendorong tubuh kecil gadis itu ke dinding dengan kasar, Yeri merintih kesakitan, namun selang beberapa detik kemudian mata gadis itu mulai terlihat berapi-api.

"Benar-benar tidak tau malu."

Jungkook yang baru saja mau menolong gadis itu, menjadi membatalkan niatnya setelah matanya tiba-tiba tidak bisa berkedip melihat aksi yang kini sedang dilancarkan kedua pria yang tubuhnya lebih besar dari dirinya.

Dengan cekatan Yeri melayangkan tamparannya pada kedua pria itu dengan kedua tangannya. Sedetik kemudian gadis itu mulai menendang salah satu pria itu menggunakan kaki kanannya sementara tangannya sibuk memelintir tangan pria satunya dan setelahnya mendorong pria itu dengan kasar hingga keduanya terjatuh ke lantai.

"Berengsek!" salah satu dari pria bejat itu mulai berjalan cepat kearah Yeri dan bersiap melayangkan tinjunya kearah gadis itu. Namun ternyata Yeri lebih cekatan dari pria itu dengan cepat ia menghindar kemudian melayangkan tendangannya dari belakang hingga akhirnya tubuh pria itu tersungkur ke dinding dan bahkan kelamin pria itu sampai menabrak ujung tempat sampah runcing yang terbuat dari bata dan semen. Tidak sampai disitu Yeri kembali melayangkan sebuah tinjuan keras untuk menghantam wajah pria itu.

"You receive that, asshole!"

Tidak lama setelah itu Yeri merasa hoodie jacketnya ditarik dengan paksa oleh seseorang dan dengan cepat Yeri langsung memutar badannya bagaikan kilat, lalu berjongkok untuk menghindari layangan pukulan yang akan dilemparkan pria satunya padanya.

Yeri menghela nafas dengan pelan, "Payah."

Gadis itu lalu menjambak rambut pria itu dengan kasar kemudian menjedotkan kepala pria itu pada sebuah tutup tempat sampah yang terbuat dari plastik hingga tutup tersebut pecah berkat ulah Yeri yang cukup ganas.

"Ups sorry madam." Yeri kemudian menyunggingkan senyumnya seraya menendang bokong pria itu hingga tersungkur jatuh tepat diatas badan temannya.

"Anyway guys, for your information, my dad is a peelers. Now you can tell how far can i go right?"

Di inggris polisi biasa dikenal dengan peelers. Yeri mengatakan bahwa ayahnya adalah seorang polisi hanyalah bualan yang ia ucapkan agar kedua pria itu capek untuk mengejarnya.

Yeri lalu menunjukkan jari tengahnya kearah kedua pria itu lalu kembali berjalan menyusuri rintik hujan dengan santai, memasang hoodie serta airpodsnya, dan menyenandungkan lagu 10.000 hours dari justin bieber ft. danshay.

Saat Yeri sedang asyik berjalan sambil memandang bayangannya di jalanan, gadis itu melihat bayangan seorang pria berhoodie yang lebih tinggi darinya berusaha menyamakan jalannya dengan dirinya.
Yeri menolehkan kepalanya untuk melihat siapa pria yang sekarang berusaha mengejarnya.

"Bekerja di sebuah coffee shop, jago bertarung, dan ayahmu seorang polisi. Benar-benar tidak bisa ditebak."

Jungkook memasukkan kedua tangannya ke saku jaketnya lalu kemudian mengalihkan pandangannya pada gadis yang berjalan disampingnya.

"Aku tau sejak tadi kau mengamati ku kan dari jauh? Apa dua pria tadi suruhanmu?"

Jungkook mengangkat alisnya bingung dengan maksud ucapan dari Yeri.

"Maksudmu?"

Gadis itu malah tertawa mengejek Jungkook, "No-no, it's only a jokes. aku tidak bermaksud apa-apa."

"Mau kemana?" tanya Jungkook penasaran setelah tadi mengabaikan ketidakjelasan Yeri.

"Kedai. Mau ikut?"

Jungkook berpikir sejenak, "Boleh."

Yeri tiba-tiba menarik lengan Jungkook untuk menahan pria itu agar berhenti berjalan. "Eh, awas!" Sebuah sepeda melaju dengan kencang, dan membuat siapa saja yang ia lewati jadi harus memegang dada mereka karna kaget dengan ulah pengemudi sepeda itu.

"Benar-benar gak tau aturan ya!" Yeri mendumel dengan kesal sambil terus mengamati pesepeda itu dari tempatnya berdiri.

Jungkook kemudian menatap tangan gadis itu yang masih mengantung di lengannya. Hingga akhirnya Yeri menyadari tatapan tidak suka yang Jungkook tunjukkan kearah tangannya. "Makasih kek, jutek amat."

"Ditabrak sepeda gak bakalan bikin aku mati kali."

"Umur gak ada yang tau."

"Bagaimana sama orang-orang yang memutuskan bunuh diri? Bukannya itu mereka yang menentukan umur mereka?"

Yeri menghela nafas dengan panjang, sepertinya pria disampingnya ini ingin mengajaknya berdebat.

"Ya memang mereka dulu bisa tau sampai kapan mereka akan hidup hingga akhirnya mereka memutuskan untuk bunuh diri? Enggak kan? Biasanya kebanyakan dari mereka pun pasti memilih untuk bunuh diri karna masalah hidup yang terlalu berat hingga rasanya mereka sudah tidak lagi sanggup untuk menanggung semua beban hidup mereka."

Jungkook masih tidak mau kalah, "Tapi kan pada akhirnya mereka yang menentukan, kapan mereka masih ingin bertahan untuk hidup dan kapan mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya. Dan hampir sekitar 800.000 hingga satu juta orang didunia memilih untuk bunuh diri setiap tahunnya."

"Tapi kan kebanyakan dari itu alasannya karna apa? Apakah mutlak karna memang keinginan dari diri mereka atau malah hasutan dari setan ditubuh mereka yang begitu kuat? Bagaimana dengan orang-orang yang memiliki sakit mental? Gangguan bipolar? Skizofrenia?

(Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Gejala tersebut merupakan gejala dari psikosis, yaitu kondisi di mana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri)

Ketergantungan alkohol, atau bahkan penyalahgunaan obat-obatan. Semua itu kan mutlak karna sakit mental. Pernah gak—" Yeri baru mau meneruskan kalimatnya namun mulutnya sudah dibungkam dengan paksa oleh Jungkook menggunakan tangannya.

"Ya-ya-ya bawel banget sih. Aku juga gak tertarik bunuh diri."

Yeri menatap Jungkook dengan kesal begitu akhirnya pria itu menurunkan tangannya dari mulut gadis itu.

"Memang kita sudah sedekat apa? Sampai kamu berani sentuh-sentuh aku haah!?"

Jungkook menatap Yeri tidak terima, "Yang nyentuh duluan siapaa hah?" seru Jungkook meniru nada bicara Yeri.

"Iiiihh!" kata Yeri sambil menghentakkan kakinya ke tanah dengan kesal.

"Iiiihh!" balas Jungkook tidak mau kalah kembali meniru nada bicara Yeri sambil menghentakkan kakinya ke tanah.

Bukankah mereka malah terlihat menggemaskan?


🌑✨🌒

"Unnie, aku pergi! Byee." ucap Rosie sambil menutup pintu rumahnya dengan rapat, bersiap menaiki sepeda yang baru ia beli 2 hari yang lalu. Meskipun sepertinya cuaca pagi ini tidak memungkinkan untuk mengendarai sepeda barunya, namun Rosie rasanya benar-benar rindu sekali mengayuh sepeda pagi-pagi dengan terburu-buru sambil menikmati alunan musik dari The 1975.

"Hi."

Rosie berseru kaget setelah mendengar tiba-tiba ada orang yang menyapanya dengan begitu riang pagi ini, gadis itu lantas menolehkan kepalanya kearah suara itu.

"Oh, Jaehyun?" jawab Rosie dengan suara pelan, sambil memastikan bahwa Jisoo sedang tidak mengintip keluar jendela dan semoga saja ia masih sibuk dengan tanaman-tanaman yang baru ia beli. Rosie menghampiri pria yang sedang berdiri disamping mobil rubicon hitam yang sama dengan yang kemarin ia kendarai bersama teman-temannya.

"Ngapain kesini pagi-pagi?"

Jaehyun mendekat, lalu berbisik pada gadis dihadapannya yang terlihat sedang berwaspada. "Jam 9. Menjemputmu untuk ke kampus bareng."

Rosie mengernyitkan dahinya dengan heran, "Aku hanya mengatakan aku ada kelas jam 9 kan? Tidak lebih..."

Jaehyun menggaruk kepalanya dengan malu, betul juga apa ucapan gadis itu. Ia memang tidak meminta dijemput bukan kemarin oleh Jaehyun? Hanya mengatakan "jam 9" sebuah kalimat menggantung dan memiliki makna yang banyak sebenarnya. Alhasil kini pria itu jadi memainkan kunci mobil milik Johnny ditangannya.

"Oh maaf kalau gitu aku pergi dulu, Bye."

Rosie menahan tawanya dengan menggigit bibirnya kuat, ekspresi Jaehyun saat ini benar-benar terlihat sangat polos dan lugu. Rosie menjadi merasa bersalah karna telah membohonginya.

"Hati-hati dijalan!" tambah Rosie yang membuat Jaehyun menjadi terlihat lebih memalukan.

Jaehyun berhenti sejenak ketika membuka pintu mobil, menatap gadis itu dengan wajah memelas, seolah memohon agar gadis itu mau ikut dengannya. "Kamu benar-benar tidak ingin berangkat bersamaku?"

Rosie mengangguk cepat dengan tatapan mengejek pria itu.

Kali ini pria itu mulai mencari-cari cara lain, sambil meratapi nasibnya. "Yasudah kalau begitu."

Bukannya masuk kedalam mobilnya pria itu malah menutup pintu mobilnya dengan rapat, kemudian berjalan menghampiri Rosie. Berdiri menghampiri gadis itu dan mengatakan,

"Tapi bagaimana jika aku tidak menerima penolakan?"

Rosie memasang tampang seolah-olah sedang berpikir dengan serius, menimbang-nimbang tawaran Jaehyun dengan hati-hati, haruskah ia terima apa tidak. Meskipun sejak kemarin memang ia sudah menerima tawaran pria itu dengan tangan terbuka, tapi sayangnya Jaehyun malah mengakhiri kalimatnya itu dengan berkata bahwa ia hanya bercanda. Siapa yang tidak jengkel?

"Then, i'll go with you." gadis itu menjulurkan lidahnya kearah pria itu dengan imut kemudian berjalan mendahului Jaehyun lebih dulu untuk masuk ke mobilnya. Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak mengerti dengan bagaimana sebenarnya karakter Rosie.

Kini petir terlihat menyambar selintas diatas langit. Disusul gemuruh guntur yang mulai dapat di dengar siapa saja, memang sudah dari sejak tadi langit terlihat mendung namun syukurnya tidak begitu gelap untuk membuat siapapun yang memiliki nyctophobia harus bertahan saja di dalam rumah tanpa melakukan apapun. Padahal sebenarnya suara hujan ditambah gemuruh guntur  juga menjadi salah satu cara untuk membuat Rosie lebih tenang ketika ketakutannya itu menyelimuti dirinya.

Jaehyun menyalakan tape di mobil, memutar lagu dari Ed Sheeran agar suasana bisa jadi lebih cair.

"Ini pertama kaliku dijemput dengan seseorang untuk berangkat ke kampus." ucap Rosie tiba-tiba.

"Ini juga kali pertamaku menjemput seorang gadis untuk berangkat ke kampus bersama." balas Jaehyun tidak mau kalah. Tapi ia memang tidak berbohong. Rosie adalah gadis pertama yang ia jemput untuk berangkat ke kampus. Bukti yang pertama karena ia memang tidak pernah berkuliah. Dan yang kedua adalah... tidak ada. Rosie hanya satu-satunya gadis pertama yang ia jemput semasa hidupnya. Ini semua karna Eunwoo dan Jungkook yang sudah menyuruhnya untuk melakukan hal ini.

"Bohong." Celoteh Rosie tanpa berniat untuk melirik kearah Jaehyun.

"Untuk apa juga berbohong, emang ini kali pertama."

Rosie memeluk tasnya yang sedari tadi berada di pangkuannya. "Tentu saja pasti kamu berbohong. Kamu tau bagaimana cara mendapatkan perhatian dari wanita, ucapanmu yang keluar dari mulutmu didukung dengan tampangmu yang menjual. Dalam sekali jentikkan jari kamu bisa mendapatkan gadis mana yang ingin kamu dekati."

Jaehyun menggelengkan kepalanya tidak menyetujui mati-matian ucapan Rosie, ia menghentikan mobil karna lampu merah kini sedang menunjukkan dirinya dengan jelas.

"Menurutmu aku begitu?" tanya jaehyun menyelidik. Rosie mengangguk.

Sedetik kemudian Jaehyun sudah menunjuk-nunjuk bahu Rosie, memanggil gadis itu agar mengalihkan pandangannya dari jendela mobil. "Coba lihat kearahku sebentar."

Gadis itu menuruti ucapan Jaehyun, matanya dan Jaehyun kembali beradu pandang, dan membuatnya menguatkan cengkramannya pada tasnya. Jaehyun benar-benar mengamati Rosie lekat-lekat. Mengamati keindahan yang dimiliki oleh gadis itu dengan detail. Matanya, hidungnya, bibirnya, alisnya, bulu matanya. Tidak memakai riasan yang tebal namun auranya benar-benar terpancarkan.

"Cantik." ucap Jaehyun tanpa sadar dan membuat Rosie merasa kehabisan oksigen karna ucapan yang dilontarkan oleh pria itu padanya. Dengan cepat Rosie langsung menutup mata Jaehyun menggunakan tangannya sambil menggerutu dengan kesal.

"Kan pro banget kan."

Jaehyun segera mengambil tangan Rosie yang menutupi wajahnya itu kemudian menatap gadis itu dengan heran. "Hah?"

Rosie melepaskan tangannya dari genggaman Jaehyun kemudian menyuruh pria itu untuk kembali fokus ke jalan. "Udah lampu hijau, udah buruan jalan!!"

Pria itu lantas menuruti perkataan gadis yang duduk disebelahnya dan lagi-lagi pandangannya terus saja mengamati butiran air yang terus jatuh beramai-ramai melalui jendela yang berada disebelah kirinya.

"Jadi gimana menurutmu? Apa aku berhasil mendapatkan gadis yang ingin kudekati hanya dengan sekali jentikkan jari? Gak kan? Manaada manusia begitu."

Rosie memilih diam, tidak merespon apapun ucapan Jaehyun dan hingga saat ini ia bahkan masih takut untuk melihat lurus kejalan depan.

"Caraku menilai sifat seseorang tidak pernah salah. And my first impression for you are also true, Jaehyun."



🌑✨🌒



Yuno sudah kembali tiba di markas alias flat yang ia tinggali bersama partnernya yang lain. JK juga sudah kembali dari kedai kopi tempat Yeri bekerja setelah menghabiskan vanilla latte andalannya. Hujan juga sudah reda, hanya menyisakan rintik kecil yang bisa dilewati tanpa membuat siapapun basah. Udara dingin dan lembap. Membuat Doyeon membawa selimutnya keluar kamar untuk meeting urgent yang akan dilakukan hari ini.

Gadis itu lagi-lagi bolos kelas, dan tidak ada yang mau menggantikan dirinya untuk hadir. Lagian memang ia juga tidak ingin bersungguh-sungguh dengan kuliahnya ini karna ia tahu dirinya hanya akan bertahan disana selama satu semester dan setelah itu dia sudah harus kembali ke Korea atau bahkan negara lainnya untuk mempersiapkan diri dengan misi selanjutnya yang akan ia terima.

Dong Min berdiri dari dapur mengamati layar tv menunggu wajah Hyun Bin muncul disana dengan secangkir coklat panas yang ia bikin.

Beberapa menit kemudian wajah atasan mereka sudah terlihat muncur di layar, bersama beberapa agen lainnya. Mereka menyapa para agen lainnya dengan sopan, mengucapkan salam dan saling menanyakan kabar.

"Kami tidak akan berlama-lama, dan akan langsung ke pointnya saja. Besok kalian harus pergi ke London. Seorang undercover mengatakan bahwa Ji Sub memang telah diculik oleh salah satu komplotan yang benar-benar tidak kusangka bisa berurusan dengan kita, Femme Lé Cheonsa. Salah satu komplotan gangster wanita terbesar di dunia. Mr. So Ji Sub diculik karena diketahui sebagai pebisnis kotor oleh klien mereka, ia ternyata adalah salah satu orang yang berkonstribusi besar dalam human trafficking di Korea. Meskipun info ini tidak bisa kita terima begitu saja tanpa bukti yang kuat. Maka dari itu aku meminta kalian untuk berangkat besok ke London menemukan Ji Sub dan membawanya kembali ke Korea. Ia benar-benar harus diadili jika kejahatannya memang terbukti benar."

JK mengelus-ngelus kedua tangannya karna tiba-tiba ia merasa merinding. "Woah ini baru mulai berasa kalau kerjaanku memang seorang mata-mata."

Tidak lama kemudian Yuno, Dong Min dan Doyeon secara kompak menolehkan kepala mereka ke arah JK. "NORAK!"

"Kami semua harus pergi kesana?" Jason mengajukan pertanyaan dengan serius.

"Tidak, salah satu dari kalian harus menetap di Cambridge untuk berjaga-jaga."

Setelah mendengar pernyataan dari Hyun Bin, kali ini JK, Yuno dan Dong Min melemparkan pandangan mereka pada Doyeon. Tatapan yang tersirat. Dan Doyeon mengerti apa maksud mereka. Ia yang harus tinggal disini.

"Gak mauuuuu! Aku juga mau ikut ke London!!" Rengek Doyeon pada mereka semua meskipun dengan suara kecil agar rengekkannya tidak terdengar oleh atasannya. Sialnya tidak ada yang memerdulikannya, mereka semua kembali fokus ke layar tv mendengar perintah selanjutnya dari Hyun Bin.

"Aku akan mengirimkan lokasi-lokasi terakhir yang dituju oleh Ji Sub sebelum ia menghilang, dan ingat jika kalian sudah menemukan dimana lokasi Ji Sub saat ini. Jangan lupa untuk mengabariku terlebih dahulu dan menunggu aba-aba selanjutnya dari kami."

"Kenapa tidak langsung tanya saja dengan si Undercovernya?" tanya Jaehyun penasaran.

"Ia bahkan tidak ingin agar aku membongkar identitasnya pada kalian. Katanya terlalu bahaya. Ia hanya bisa membantu kalian melalui clue clue yang sudah ia bagikan padaku terlebih dahulu. Jadi secara tidak langsung aku sebenarnya adalah perantara antara kalian dengan si Undercover."

Mereka semua akhirnya mengangguk paham. Dan setelah tidak ada pertanyaan lebih jauh lagi Hyun Bin mengakhiri percakapan mereka. Kini saatnya kelima pemuda itu mengatur strategi mereka untuk menemukan Mr. So yang kemungkinan besar sebentar lagi akan menjadi tersangka. Jason membuka email yang dikirimkan oleh Hyun Bin padanya. Beberapa video CCTV rekaman sebelum Mr. So menghilang mulai terlihat. Dan lokasi terakhir yang pria itu kunjungi sebelum ia menghilang adalah sebuah toko perhiasan. Lalu akhirnya ia menaiki sebuah taksi melewati beberapa lampu merah kota London. Hingga akhirnya tiba-tiba taksi itu menghilang dari pandangan CCTV sekitar. Tidak ada satupun CCTV yang menangkap kemana perginya taksi yang ditumpangi oleh Mr. So setelah ia berbelok ke sebuah gang kecil. Dan sialnya lagi kejadian ini terjadi pada pukul 9 malam di hari sabtu. Bisa dibayangkan kan betapa ramainya kota London waktu itu?

"Bagaimana denga Femme Lé Cheonsa itu? Apa tidak ada data mengenai komplotan itu? Namanya benar-benar sangat awam ditelingaku." Dong Min mengajukan pertanyaan sekaligus mulai menulusuri internet di handphonenya mencari tau tentang Femme Lé Cheonsa. Namun hasilnya nihil tidak ada berita maupun artikel mengenai keberadaan komplotan itu.

"Mereka benar-benar bagaikan hantu." seru Dong Min tidak percaya mengenai apa yang akan ia hadapi nanti untuk mendapatkan So Ji Sub.

Disatu sisi Jason sedang menertawai kebodohan Dong Min, "Of course you won't found them in anywhere even on Google. They are the largest female mafia group in the world man. Bisa dikatakan mereka adalah Charlie Angels versi dunia nyata. Namun bedanya mereka murni merekrut para wanita berbakat untuk memberantas para penjahat sesuai dengan keinginan klien mereka. Mereka dapat menghilangkan para korban tanpa jejak dan tanpa diendus oleh para polisi, ya cuman kalau ini aku yakin bayaran mereka cukup besar karena korban yang harus mereka tangani adalah seorang intelijen negara besar."

"From where did you know it again?"

Jason menyunggingkan senyum sombongnya kearah Doyeon, dengan menunjukkan gaya bruce lee seusai menghabisi lawannya. Menggosok hidungnya menggunakan jempol tangannya. "Aku lebih tua 2 tahun daripada kalian dalam dunia per-intelan. So no doubt."

Akhirnya kali ini Doyeon memiliki alasan untuk melemparkan sesuatu pada Jason. Gadis itu sebenarnya sudah lama kesal dengan tingkah laku Jason yang terkadang seperti orang paling belagu dan paling tahu di dunia ini. Meskipun memang benar, semua yang ia ucapkan jarang ada yang dapat dikatakan sebuah bualan semata. Namun melemparkan selimut ringan nan lembut miliknya sudah cukup membuatnya puas untuk mengeluarkan sedikit kejengkelannya pada pria itu.

Sementara Jason bukannya marah. Pria itu malah menyelimuti dirinya hingga kepalanya dan hanya menyisakan wajahnya yang terpampang di balutan selimut. Membuatnya benar-benar terlihat seperti pocong yang sedang menyamar di taman bunga karna motif selimut milik Doyeon yang bergambar bunga-bunga.

Dong Min kali ini menghampiri Yuno yang terlihat terlalu sibuk dengan rekaman jejak terakhir yang ditumpangi oleh Mr. So. "Heh, kamu gak berencana untuk menjemput Rosie kalau dia pulang? Mana tau kita sebulan di London. Kasian dia kalau nanti kangen. Gak sempat dikasih aba-aba."

"Ah males, kamu aja sana kalau mau."

Dong Min memukul bokong Yuno dengan kencang dan membuat pria itu mengaduh kesakitan. "Ya kalau tiba-tiba aku yang jemputin itu orang yang ada dia bingung gila! Ni kenapa satu geng pada mau ngedekatin aku? Gak sehat ni pergaulan Jaehyun. Temen makan temen."

Doyeon dan JK menertawakan ucapan Dong Min yang memang ada benarnya.

"Hhhfffttt. Itu pikiran kamu kali bukan dia."

"Yaudah nurut aja napa sih? Lahir di hari kasih sayang, tapi mau nunjukin kasih sayang ke wanita kayak tabu banget, heran."

Karna kesal dengan mulut Dong Min yang tidak henti-hentinya merecoki dirinya Yuno membalas memukul bokong pria itu dengan kuat hingga Dong Min sampai menumpahkan cokelat panasnya yang sedari tadi tidak habis-habis.

"Sialaann!!!"


🌑✨🌒


Setelah beradu mulut yang cukup panjang dengan Eunwoo, Doyeon dan Jungkook memperdebatkan masalah mengenai haruskah Jaehyun menjemput Rosie ketika ia pulang kampus ataupun jika memang gadis itu sudah pulang dari kuliahnya haruskah Jaehyun menemui gadis itu untuk sekedar berbasa-basi dengan gadis itu dan memberikan pesan tersirat bahwa mungkin dirinya akan pergi untuk rentang waktu yang tidak bisa ditentukan. Membuat Jaehyun akhirnya sudah berdiri disini didepan halaman utama gedung kampus Rosie.

Ia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa atau mengatakan apa pada Rosie jika gadis itu bertanya mengapa dirinya kembali muncul dihadapannya. Rasanya ia ingin pulang saja daripada harus memakai topeng terus dihadapan Rosie.

"Bukannya kalau aku terlalu sering menemui Rosie bisa membuat gadis itu curiga?" Jaehyun kini sedang berkonsul dengan Johnny karena saat dirumah tadi memang pria itu benar-benar tidak ikut berpendapat soal Rosie yang menjadi trending topic di rumah mereka setelah meeting bersama Hyun Bin usai. Pria itu terlalu fokus dengan menyiapkan strategi untuk misi mereka di London nanti.

Johnny terdengar menghela nafas berat disebrang sana, "Aduh gini ni kalau semasa hidupnya cuman ketemu batang. Giliran disuruh dekatin cewek mati kutu. Pokoknya ya kamu bangun aja terus percakapan sama itu cewek! Jangan Hi muluu yang diucapin kalau ketemu, bisa enek juga tu anak orang kalau kamu sapa hi hi hi terus. Ya bicarakan aja nanti apa kek orang yang lewat depan kalian kek, burung yang lagi terbang kek, ya pokoknya bikin dia senyum lah atau ketawa, kalau sudah kamu dapat tu ekspresi dia yang begitu aduh hatinya semakin mudah lah itu ditaklukan ingat ya pokoknya jangan bikin suasana jadi garing!"

Belum sempat Jaehyun menjawab nasehat panjang lebar yang dikatakan oleh Johnny, Rosie sudah terlihat menunjukkan batang hidungnya di depan gerbang, berjalan menunduk sambil sesekali melihat ke depan. Jaehyun langsung mengakhiri panggilannya dengan Johnny.

"Psst.. pssst!"

Rosie akhirnya menoleh kearah Jaehyun dengan bingung, hanya diam ditempatnya tidak berniat untuk menghampiri pria itu. Jadi akhirnya Jaehyun lah yang kini sudah setengah berlari menuju gadis itu.

"Aku kira tadi ada semprot ruangan, tapi gak tau asalnya darimana—ternyata kamu."

Jaehyun tersenyum pahit. Johnny sialan.

"Iya emang kadang suara aku bisa mirip kayak Stella, kadang bisa mirip baygon juga."

Rosie mengernyitkan dahinya kearah Jaehyun sambil tersenyum bingung. "Apa bedanya suara stella, sama baygon? Kan sama-sama semprotan?"

"Beda, kalau stella cukup 2x dan singkat. Psstt—psst.. Kalau baygon lebih panjang, psssssssssssttt. Biar nyamuknya mati. Kalau baygon psst-- psst kayak stella, nyamuknya cuman mabuk darat doang."

Rosie menghentikan langkahnya. Menatap Jaehyun dengan bingung. "Ini kamu lagi serius? Apa lagi ngelucu?"

Kampret.

Jaehyun tertawa hambar, "lagi nyanyi."

"Ha ha ha ha." ucap Rosie mengejek Jaehyun.

Jaehyun hanya tersenyum singkat, berusaha dewasa menanggapi Rosie. Ia tidak akan lagi mencoba-coba mencari bahan omongan yang absurd begini untuk digunakan jika suatu saat ia kembali disuruh untuk mendekati seorang wanita.

"Tumben baru kelar jam segini. Lama ya dosennya?"

Rosie langsung mengecek jamnya begitu menyadari sekarang sudah pukul lima lewat. Astaga. "Tadi harus ada yang diselesaiin diperpus. Kamu ngapain disini?"

"Jemput kamu."

"Aku?"

"Iya. mau ngajakin makan malam. Bisa?"

Rosie kembali menghentikan langkahnya untuk yang kedua kalinya. Dan kini Jaehyun juga kembali harus mengikuti Rosie untuk menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Jaehyun bingung.

Rosie mendongakkan kepalanya keatas langit. Masih terang. Kemudian memikirkan berapa lama biasanya orang membutuhkan waktu saat makan malam diluar rumah. 15 menit perjalanan, 5 menit melihat menu, 10-30 menit menunggu makanan, 15 menit menghabiskan makan, melakukan pembayaran, perjalanan kembali kerumah. Ah tidak bisa. Terlalu lama. Langit keburu gelap.

"Aku tidak bisa."

Jaehyun mengangguk, menerima jawaban Rosie dengan lapang dada tanpa memaksa.

"Yaudah aku antar pulang aja."

Rosie kembali menatap Jaehyun dengan heran. Kemudian memundurkan badannya satu langkah dari pria itu. "Kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa kamu melakukan hal-hal itu sejak kemarin? Selalu muncul dihadapanku beberapa hari terakhir?"

Jaehyun terdiam bingung. Ia tidak mengerti dengan Rosie. Mengapa gadis itu mudah sekali bicara to the point dengan seseorang? Membuat dirinya yang kini terlihat sebagai korban karna bingung harus menjawab apa pertanyaan gadis itu.

Jaehyun menggigit bibirnya. Lalu menyisir poninya kebelakang menggunakan jarinya.

"Bukankah sudah terlihat jelas?"

Rosie memicingkan matanya. Seolah-olah tidak mengerti apa maksud ucapan Jaehyun. "maksudmu?"

"Aku tertarik denganmu. Bukankah terlihat dengan jelas?"

"Apa? Apa yang membuatmu tertarik denganku?" Rosie bertanya dengan cepat, seperti berbicara tanpa berpikir, dan Jaehyun tidak mau kalah, ia juga menjawab pertanyaan Rosie dengan cepat.

"Cantik." Jaehyun berkata jujur. Bahkan ia mengatakannya sambil menatap kedua bola mata Rosie.

Rosie memegang kening kepalanya yang tiba-tiba terasa panas. "Manusiawi. Selain itu?"

"Cantik. Semua yang kamu lakukan terlihat cantik dimataku. Hanya itu. Apa tidak cukup?"

Rosie sontak menutup wajahnya. Menyembunyikan semburat merah yang mulai muncul di pipinya. Ia benar-benar salah tingkah. Ia terjebak dengan pertanyaan yang ia buat. Tentu saja ia tidak mungkin bisa mundur. Pilihannya saat ini hanya satu. Face the truth. Kembali menjawab pertanyaan dari pria yang masih setia menunggunya dihadapannya.

Rosie akhirnya kembali menurunkan tangannya yang tadi sempat menutupi wajahnya selama beberapa saat. Menarik nafas dalam-dalam. Kemudian menatap Jaehyun dengan tidak suka.

"Aku gadis yang keberapa kamu gombali seperti itu?"

"Itu bukan gombalan, itu memang fakta. Dan kamu adalah gadis pertama yang membuatku berterus terang."

Jantung Rosie rasanya ingin meledak. Ia benar-benar akan pingsan ditempat rasanya. Bagaimana bisa pria dihadapannya ini benar-benar bermulut ringan? Mengatakan hal yang menurutnya tidak bermakna apa-apa namun sangat membekas di telinga Rosie dan sudah pasti akan terekam dikepalanya ini hanya tinggal soal waktu untuk membuat kata-kata itu untuk hidup di hatinya.

"Jika kamu hanya ingin mempermainkanku tolong pergi sekarang. Atau aku yang akan pergi lebih dulu." Rosie berkata dengan penuh penekanan disetiap kalimatnya. Membuat Jaehyun berdiri dengan kaku ditempatnya.

1..

2..

3..

4..

Okey aku yang akan pergi.

Rosie berjalan meninggalkan Jaehyun yang sedari tadi hanya diam ditempatnya. Suasana sore ini sudah cukup menegangkan baginya. Ia tidak ingin menghabiskan waktunya hanya untuk menunggu Jaehyun pergi lebih dulu meninggalkannya.

"Rosie,"

Suara Jaehyun membuat langkah gadis itu terhenti. Rosie menutup matanya perlahan. Kemudian melirik sebentar ke jam tangannya. 17.30

"Bagaimana jika aku ingin serius denganmu? Apa aku harus mencegahmu untuk pergi?"

Rosie memutar badannya kearah Jaehyun. Memandang Jaehyun dengan serius. Kemudian menundukkan kepalanya sejenak lalu mengepal tangannya kuat-kuat. Setelah merasa semua nyalinya kembali terkumpul Rosie kembali mendongakkan kepalanya pada Jaehyun lalu berjalan kembali menghampiri pria itu.

Kini gadis itu merapikan rambut Jaehyun yang berantakan karna tertiup, "Kau yakin ingin serius?"

Jaehyun menatap Rosie dengan serius, lalu tanpa sadar wajahnya mengusap lembut pipi gadis itu yang sejak tadi memerah seperti kepiting rebus. Pria itu mengangguk pelan pada Rosie.

Rosie yang kembali merasakan serangan jantung kedua karena Jaehyun mengusap pipinya dengan lembut mengambil tangan pria itu dari wajahnya, lalu menggenggamnya menggunakan kedua tangannya.

"Temui kakakku sekarang juga."


🌑✨🌒


Sore kemarin, begitu Jisoo kembali mengumpulkan seluruh kesadarannya, gadis itu langsung masuk kedalam rumahnya dan mendatangi Rosie yang sudah berada dikamarnya. Kepalanya penuh dengan pertanyaan entah mana yang harus ia tanyakan lebih dulu pada adiknya. Hingga rasanya ia ngin meledakkan kepalanya. Karena pertanyaan yang tidak bertuan terus berlari-lari mengusik pikirannya.

"Siapa mereka?" sebisa mungkin Jisoo bertanya dengan lembut.

"Kamu memanggil teman-temanmu berpesta dirumah kita?" tanya Jisoo lagi.

Rosie segera menghampiri Jisoo yang berdiri didepan pintu kamarnya dan membawa gadis itu untuk duduk di pinggir kasurnya.

"Hanya Zoeey, gadis yang mungkin tidak sempat unnie lihat karna ia sudah masuk lebih dulu kedalam mobil, kami hanya menyelesaikan tugas kelompok diruang tv dan sudah tidak ada lagi. Lalu sisanya mereka hanya diluar, mereka adalah teman-teman dari abangnya Zoeey. Tidak ada yang masuk kerumah."

Jisoo menghela nafas.

"Siapa pria yang berbicara padamu?"

Rosie terdiam. Ia baru sadar kalau Jisoo pasti melihatnya berbicara dengan Jaehyun tadi.

"Jaehyun. Hanya kenalan biasa. Tidak lebih."

Jisoo memandang Rosie tidak percaya. "Kamu tertarik dengannya kan?" Jisoo menyelidik.

Rosie tahu mau sekeras apapun ia berusaha untuk berbohong, tidak ada gunanya, mengelak apalagi. Mengutarakan perasaannya tentu saja adalah jalan satu-satunya.

"I don't know, yet or later."

Jisoo mengangguk-anggukkan kepalanya layaknya seorang detektif yang akan memecehkan suatu kasus.

"Jika suatu saat nanti, ia sudah memiliki niat lain padamu, seperti menjadikanmu pacarnya atau menurutmu ia berada di fase ingin serius denganmu--bring him to me. Kita perlu mengetahui asal-asul seseorang yang ingin dekat denganmu. Siapapun itu, bahkan Zoeey juga kalau perlu. Aku akan mengalah untukmu kali ini. Aku akan membiarkanmu untuk kembali memiliki teman sepergaulan asal aku tahu asal-usul mereka. Whatever happens i need to know, whoever you want to hang out with at this time. Ok? Got the point?"

Rosie berseru senang kemudian memeluk Jisoo dengan erat. "Aaaaaaa thank you so much sist."

Ini hanya soal waktu.

Semoga dengan cara ini, dapat membuat Jisoo kembali bertemu dengan pria itu. Pria yang tidak pernah ia lupakan sosoknya, sejak pertemuan pertama mereka, di pemakaman Ayahnya.

🌑✨🌒


Setelah berkenalan singkat, Jisoo mengamati Jaehyun dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Pria itu benar-benar terlihat tenang. Seperti tidak gugup sama sekali. Berbeda dengan Rosie yang mengamati mereka berdua dari dapur sambil membuatkan secangkir kopi untuk mereka.

"Sudah berapa lama di Cambridge?" tanya Jisoo tanpa aba-aba.

"Sekitar 1 tahun lebih. Belum lama juga.." Jawab Jaehyun berbohong.

"Kuliah atau kerja?"

"Dua-duanya, aku bekerja freelance di bidang event organizer." kebohongan kedua dari Jaehyun.

"Kedua orang tuamu?"

"Sudah meninggal, aku dibesarkan oleh nenek dan kakekku."

Jisoo mengangguk paham, menunjukkan empatinya pada pria itu. "I'm sorry." Jaehyun menggeleng, mengatakan itu tidak masalah baginya. Dia sudah terbiasa dengan pertanyaan seperti itu.

Kini Jisoo berpangku tangan, bingung ingin menanyakan hal apalagi pada Jaehyun. Ia juga sebenarnya hanya penasaran saja bagaimana sosok Jaehyun sebenarnya, tidak berniat untuk mengintrogasi se-serius ini tapi pertanyaan-pertanyaan seperti itu malah keluar dari mulutnya tanpa ia duga. Membuatnya seperti seorang ayah yang akan menikahkan putrinya dalam waktu dekat.

Selang waktu setelahnya Rosie datang membawakan dua cangkir kopi hangat dengan tangannya yang sedikit tremor karna gugup, namun setidaknya kehadirannya kini membuat suasana jadi lebih cair.

"Oh iya ada satu hal yang perlu kamu patuhi untuk kamu yang katanya serius ingin dekat dengan Rosie."

Rosie menatap saudarinya itu dengan penasaran. Ia bahkan tidak tahu apa yang akan Jisoo katakan pada Jaehyun saat ini.

"Apa itu?" Jaehyun menatap Jisoo dengan serius.

Jisoo memainkan kuku-kuku tangannya yang sudah terwarnai cantik dengan nail polish berwarna merah. Raut wajahnya berubah menjadi sedikit lebih menegangkan dari sebelumnya.

"Jangan pernah membawa dia pulang selarut ini. Dan jangan pernah mengajak dia keluar pada malam hari!" nada suara Jisoo yang awalnya pelan terus meninggi perlahan namun tetap dibawah alam sadarnya. Ia masih dapat menguasai dirinya.

"Unnie!" Rosie menegur Jisoo dengan cepat. Wajahnya mulai pucat ia benar-benar takut Jisoo akan membongkar aibnya pada pria yang baru saja ia kenal dan sudah mulai mencuri perhatiannya.

"Kenapa?" Jaehyun bertanya dengan penasaran. Membuat Rosie menutup telinganya dengan spontan apapun yang terjadi ia tidak bisa mencegah kakaknya untuk mengatakan apapun yang ingin saudarinya itu katakan. Jaehyun melirik kearah Rosie dengan bingung. Memerhatikan tingkah gadis itu yang terlihat seperti orang ketakutan saat ini.

Jisoo bangkit dari duduknya, berdiri sambil menatap Jaehyun dengan serius. "Dia memiliki phobia—"

"Jisoo STOP!" Rosie berusaha menghentikan ucapan Jisoo selanjutnya ia bahkan sudah tidak memanggil saudarinya itu dengan sopan. Ia yakin Jisoo sudah tidak bisa mengendalikan dirinya saat ini.

"Chaeyoung takut akan malam. Ia takut akan gelap. Ia tidak bisa melihat suasana pada malam hari! Aku yakin kamu tidak akan bisa menghadapi dia jika ia mengintip keluar saja ke jendela pada malam hari."

"Jisoo—" Rosie menghentikan saudarinya itu dengan suara memohon. Namun tidak untuk Jaehyun yang sudah terlalu larut dengan adegan yang sedang terjadi saat ini. Ia sama seperti Jisoo, tidak memerdulikan Rosie yang saat ini benar-benar sudah terlihat pucat karna takut dengan apa yang akan Jisoo lakukan padanya selanjutnya. Rasa ingin tahu Jaehyun mengalahkan rasa empatinya pada gadis itu.

Pukul 7 Malam. Gemuruh guntur kembali terdengar. Rosie yakin diluar pasti sangat mendung, bahkan tidak ada cahaya dari bintang yang menerangi malam kali ini. Jisoo menarik tangan Rosie dengan kuat lalu membawa adiknya itu yang sedang meronta sekuat tenaga tidak ingin dibawa kedepan pintu rumah mereka.

Jaehyun mengekor di belakang mereka, ia sangat ingin tahu apa yang akan Jisoo lakukan pada Rosie saat ini. Rosie terus berteriak melawan, ketakutannya benar-benar sudah menguasai dirinya kali ini, sebisa mungkin ia ingin melepaskan dirinya dari genggaman tangan Jisoo.

"Kamu penasaran kan apa yang akan terjadi jika Rosie melihat ke langit saja sebentar pada malam hari?" Jisoo bertanya dengan senyum kecilnya. Namun ada hal yang mengganjal menurut Jaehyun. Mata Jisoo saat ini sedang berkaca-kaca. Hati dan pikirannya seolah saling bertolak belakang dengan apa yang akan ia lakukan.

Tanpa pikir panjang Jisoo membuka pintu rumah mereka lalu mendorong Rosie ke teras rumah dengan paksa, kemudian menutup pintu rumah mereka sambil menguncikan Rosie dari dalam rumah.

Rosie terus berteriak sambil menggendor-gedor pintu rumah mereka meminta tolong agar Jisoo membukakan pintu kembali rumah mereka. Jisoo menarik nafas dalam-dalam. Tidak memerdulikan Rosie saat ini. Gadis itu malah menatap Jaehyun dengan serius saat ini.

"Kalau kamu bisa menenangkan Rosie dari ketakutannya saat ini, dalam sekejap—"

Suara Rosie kembali terdengar dari luar, gadis itu berteriak disela-sela tangisnya. Ingin dibiarkan masuk kembali kedalam rumah.

"Aku akan membiarkanmu mendekati Rosie, mau kamu serius atau tidak, bahkan aku akan memercayakan Rosie padamu jika kau benar-benar bisa menenangkan Rosie dalam ketakutan terbesar yang ia miliki, gelap ataupun malam."

Jaehyun benar-benar tidak mengerti dengan bagaimana pola pikir Jisoo sebenarnya.

"Namun satu hal yang perlu kamu ketahui lagi, baik aku ataupun adikku Rosie—Kami tidak akan mudah dibohongi apalagi dibodohi."

Jaehyun seperti tersihir dengan apa yang telah diucapkan oleh Jisoo saat ini. Dan entah bagaimana ceritanya kini pria itu telah menyingkirkan tubuh Jisoo yang sedari tadi berdiri di belakang pintu, menghalanginya untuk membukakan pintu bagi Rosie. Kini setelah pintu itu terbuka, matanya langsung melihat keadaan Rosie yang sekarang terlihat cukup berantakan. Wajahnya pucat, airmatanya terus mengalir di wajahnya dan tangannya yang menutup kedua telinganya. Seperti ada kenangan buruk yang ingin ia lupakan namun tidak bisa ia singkirkan.

Jaehyun segera membawa Rosie kedalam rumah, dan setelah pria itu menutup pintu rumah dengan rapat. Rosie langsung terjongkok lemas ke lantai. Badannya kembali bergetar hebat, dan keringat terus membasahi pelipisnya, bibirnya juga membiru seperti orang kedinginan. Jaehyun lantas mengingat sore itu, sore dimana mereka menemui Rosie yang terlihat seperti anak itik kehilangan induknya.

Jisoo mengamati mereka dari jauh menunggu waktu berlalu hingga 15 menit lamanya. Dan jika Jaehyun masih tidak melakukan apapun. Tentu saja Jisoo akan menendang pria itu dari rumahnya tanpa ampun.

Pria itu kini ikut berjongkok dihadapan Rosie, menyentuh pelan kepala gadis itu, lalu menghapus air mata yang terus mengaliri pipinya, gadis itu menangis dalam diam, dan pandangannya yang kosong menatap ke sembarang arah. Rosie menyingkirkan tangan Jaehyun dari wajahnya, sama seperti yang waktu itu ia lakukan pada Eunwoo.

Namun berbeda dengan Eunwoo, Jaehyun tidak langsung putus asa, pria itu menarik Rosie kedalam pelukannya dan menyembunyikan wajah gadis itu dipundaknya, tangannya semakin menguatkan pelukannya pada Rosie ketika gadis itu meronta ingin melepaskan dirinya dari pelukannya. Jaehyun menepuk-nepuk lembut punggung Rosie. Berusaha menenangkan gadis itu, tidak jarang ia merasakan lengannya dicakar oleh gadis itu hingga menimbulkan garis merah yang panjang dan meninggalkan luka kecil.

"Aku melihatnya," Ucap Rosie disela-sela tangisannya setelah akhirnya gadis itu mengalah untuk berhenti melepaskan dirinya Jaehyun.

"Itu hanya malam, tidak ada yang perlu ditakuti dengan malam." bisik Jaehyun kembali menenangkan gadis itu.

Pria itu membelai sorai rambut Rosie dengan lembut, "Selama ada aku disisimu, tidak ada yang perlu kamu takuti."

Entah mengapa setelah mendengar itu, dada Rosie terasa lebih ringan dari sebelumnya, air matanya mulai mereda, dan badannya sudah tidak bergetar seperti sebelumnya. Jaehyun dapat merasakan itu. Pria itu dapat merasakan bahwa kini Rosie sudah lebih tenang, membuat senyumannya mengembang.

Ia merasa puas. Ia lolos dari ujian yang diberikan Jisoo padanya, Rosie sudah berhasil ia taklukan.

🌑✨🌒


See you next week!

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 68.6K 69
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
970K 95.4K 26
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
3.1M 44.5K 30
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
16.9M 750K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...