Hiraeth

Por karishaourdellia

3.3K 1.8K 288

Perasaan tidak akan bisa menjadi satu kesatuan utuh jika satu pihak sibuk dengan semestanya dan satu pihak la... Mais

Prolog
1. Heart Paper
2. Trying To Find It
4. First Snow
5. Missing You
6. Destiny
7. We're Strangers Now
8. There's Something Strange
9. Wanna Hug You
10. Hidden Thing
11. Just Secret
12. Tonight
13. Towards Getva
14. Debate
15. Rain be Rain
16. Blood
17. Not a secret anymore
18. Hope
19. The truth
20. 'Bout Us
21. Comeback
22. Surprise

3. Incident

201 118 13
Por karishaourdellia


· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Vi melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Sesekali juga ia melirik kearah spion memastikan jarak aman kendaraannya.

Satu jam sudah Vi berada diperjalanan setelah pemotretannya selesai. Selain memegang alih perusahaan orang tuanya, Vi juga berprofesi sebagai model di beberapa majalah yang cukup terkenal di Seoul. Wajah tampannya tak bisa disia-siakan begitu saja oleh pemegang majalah dalam maupun luar negeri.

Di detik berikutnya, layar ponselnya menyala dengan dan nama Rey tertera disana. Lelaki itu mengirimnya sebuah pesan.

Bayi Besar:
Belikan aku pizza ditempat biasa!!!
Jika tidak, aku tidak akan membukakan pintu.

Pesan itu masih bisa dibaca oleh Vi meskipun ia sedang dalam keadaan menyetir. Karena saat ini suasana jalanan tak seramai biasanya.

"Lihat, ia terus bersikeras untuk diet, tapi apapun ia masukan kedalam mulutnya,"ujar Vi pada dirinya sendiri.

He's like a baby who is begging his father for food.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Rain berjalan ditrotoar dengan langkah yang sedikit lebih cepat dari sebelumnya. Menurut cerita yang ia dengar, dikawasan ini banyak anjing liar yang berkeliaran pada malam hari dan sering mengejar siapapun yang melintas dihadapannya.

Salah satu hal yang sangat ditakuti oleh gadis ini adalah anjing. Kadang ia bingung, bagaimana bisa orang memelihara binatang itu?

Sesekali juga gadis itu menoleh kearah belakang, sebelum akhirnya ia mendapati seorang pria yang jauh lebih tua darinya berlari kearahnya. Rain yang melihat itu melirik sekeliling, tapi tidak ada hal aneh yang ia dapati.

Pria itu melewatinya masih dengan berlari sebelum akhirnya memasuki mobil hitam yang terletak diperkiran salah satu toko besar.

Rain berusaha untuk tetap berpikir positif.

Tapi pikiran positif itu hilang begitu saja ketika ia melihat seekor anjing berukuran besar sedang berlari kearahnya. Kakinya lemas, tangannya gemetar, keringat dingin muncul begitu saja dari keningnya.

Rain pun berlari sekencang yang ia bisa. Ditengah larinya, ia tak sadar bahwa ada lubang besar ditengah trotoar. Dan,

Bruk!

"Akhh!" teriak Rain setelah kaki kirinya terperosok kedalam lubang itu. Ia rasa pergelengan kakinya remuk saat itu juga.

Bad day.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Vi membawa paper bag berwarna coklat susu dengan lambang pizza didepannya. Berjalan menuju mobil berwarna hitam pekat yang terparkir miliknya.

Belum sempat ia membuka pintu mobil, ia mendengar teriakan wanita dari trotoar disebrangnya. Vi terus memperhatikan gerak gerik wanita yang terlihat sangat kesakitan dan pria tua yang mencoba menenangkannya.

Terlihat pria tua itu berdiri lalu melihat ke arah jalanan.

Vi menghela nafasnya kemudian membuka pintu mobil dan meletakkan pizza dikursi sopir.

Vi diam sejenak, melihat kearah dua orang itu lagi, "Rey sedang menunggumu, Vi. Jangan sampai kau tiba dan pria itu sedang meringis kelaparan," celoteh Vi pada dirinya sendiri.

Persetan dengan Rey, rasa simpati yang dimiliki oleh Vi benar-benar besar. Vi sangat tidak bisa melihat orang lain kesusahan, bahkan ia bisa sulit tidur malam setelah ia melihat seorang pengemis tua yang terlihat sangat kelaparan. Ia berpikir bagaimana keadaan pengemis itu sekarang dan seterusnya.

Vi memutuskan untuk menghampiri dua orang itu.

"Apa yang terjadi?," suara berat Vi membuat kedua orang itu menoleh kearahnya.

Rain yang tadinya meringis kesakitan hanya bisa bisu dan memperhatikan Vi dengan tatapan yang tak bisa ditebak. Ada sesuatu yang timbul dalam hatinya. Gadis itu sedikit panik sekarang.

Rain takut Vi akan mengenalinya.

"Gadis ini terperosok ke lubang itu,"ujar pria itu dengan jari telunjuk yang mengarah ke lubang besar, "Sepertinya pergelangan kakinya terkilir."

Vi menatap Rain yang sudah sangat berantakan sekarang. Rambutnya tak teratur, isi tas yang berserakan, dan bagian betis celananya yang kotor dan sedikit robek, "Selain menggunakan kaki, kau juga harus menggunakan matamu saat berjalan."

Pria tua itu menepuk pundak Vi dan membuatnya menoleh, "Bisakah kau menolong gadis ini? Aku harus menjaga toko ku."

Jawaban Vi hanya dengan dua anggukan kepala. Tak lama, pria itu tersenyum lalu meninggalkan Vi dan Rain.

Rain masih memijit pergelangan kakinya. Vi menghirup udara dalam-dalam lalu menyamakan posisinya dengan gadis di hadapannya itu, "Jangan lakukan apapun. Kau tidak mengerti apa-apa tentang parah atau tidaknya kakimu. Kau bisa saja menambah masalah pada lukanya."

Rain hanya diam lalu menyingkirkan tangan dari kakinya.

"Bagaimana kakimu bisa terperosok ke dalam sana?" Tanya Vi sambil memasukan barang milik Rain yang berserakan ditanah.

Rain berani bersumpah saat itu juga, ia tak pernah segugup ini apalagi Vi adalah orang yang sangat ia kenal dengan baik. Walaupun, kini Vi sama sekali tidak mengenalinya karena wajahnya yang jauh berbeda dari saat ia berumur sepuluh tahun. Saat Vi masih ada didalam hari-harinya.

Jika saja kecelakaan itu tidak terjadi, pasti pria yang ada dihadapannya sekarang ini akan mengenalinya.

"Tadi ada seekor anjing yang mengerjarku."

Setelah mengatakan itu, Rain mendengar Vi terkekeh pelan, sangat pelan.

The man really likes dogs.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Rain menoleh kearah kaca mobil. Ia dapat melihat gedung besar yang warnanya serba putih.

Vi benar-benar membawanya kerumah sakit. Padahal, diperjalanan tadi Rain sudah mengingatkan agar lelaki itu membawanya ke klinik biasa saja. Rain khawatir karena ia tak punya cukup uang untuk pengobatan.

"Aku akan turun, kau diam disini. Aku akan memanggilkan suster dan memberitahunya agar membawa kursi roda kemari," ucap Vi yang membuka pintu moobil lalu berlari kecil kearah rumah sakit.

Rain benar-benar merindukan pria itu sekarang, "Vi tumbuh menjadi pria baik."

Setelah beberapa saat, Rain dapat melihat Vi berjalan dengan kursi roda dan suster disampingnya.

Vi membukakan pintu mobil lalu menyodorkan tangan, "Biar ku bantu." Rain memegang tangan Vi lalu mencoba berdiri tegak sebisanya. Setelah duduk di kursi roda, Rain menghela nafasnya kasar.

"Aku sudah ditunggu oleh temanku. Kau bisa melakukan pengobatan sendiri kan?" Ujar Vi dengan sebuah pertanyaan yang membuat Rain memutarkan isi kepalanya. Bagaimana ia membayar pemgobatannya? Selama di Seoul Rain benar-benar mengasingkan diri.

Selain Gwen, ia hanya punya Haru, adik laki-lakinya.

Rain sudah memiliki hutang banyak kepada sahabat perempuannya itu. Sedangkan Haru, ia masih bersekolah. Haru tidak mungkin memiliki uang yang cuckup untuk pengobatannya.

"Suster, kau boleh menepi sebentar? Aku ingin bicara dengan pria ini," pinta Rain. Suster hanya mengangguk lalu menjauh dari tempat Rain dan Vi berdiri.

"Sudah ku bilang, jangan bawa aku ke rumah sakit besar," ujar Rain dengan sedikit berbisik membuat Vi menyatukan kedua alisnya bingung.

"Kenapa?"

Rain menggigit bibir bawahnya, "Aku tak punya cukup uang untuk membayar pengobatan."

"Kau punya teman yang bisa membantumu?" Tanya Vi dan Rain hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. "Sudah kuduga. Jika kau memiliki teman, kau akan bersama temanmu itu sekarang. Bukan denganku."

Rain menghela nafas, "Kalau begitu, bawa aku pergi dari sini. Jangan mempermalukanku karena tak bisa bayar pengobatan nanti."

"Lukamu parah dan lebih bengkak dari sebelumnya."

"Aku bisa mengobatinya sendiri," tegas Rain sambil menatap Vi lekat.

"Tapi kau tidak punya uang, gadis pincang. Aku akan menemanimu sampai pengobatan malam ini selesai," sinis Vi yang membuat Rain membisu di tempatnya. Gadis itu masih tidak percaya. Kenapa Tuhan mempertemukan mereka dengan cara seperti ini? Kenapa Tuhan harus mempertemukan mereka dalam keadaan Rain yang tengah kemalangan?

He is kind and looks successful. And today, Rain missed him so badly.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

vote, comment and share !

Continuar a ler

Também vai Gostar

4.9M 182K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
2.5M 183K 34
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
504K 36.3K 37
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
1.5M 20.3K 24
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...