House of Cards✓

By dydtedi

8.5K 1.3K 788

Even if you say you see the end Even if you say it will collapse again Even if you say its a useless dream Ju... More

Prolog
1st Card
2nd Card
3rd Card
4th Card
5th Card
6th Card
7th Card
8th Card
9th Card
10th Card
11th Card
12th Card
13th Card
14th Card
15th Card
16th Card
17th Card
18th Card
Secret Card
19th Card
21st Card
22nd Card
23rd Card
24th card
25th Card
26th Card
27th Card
Epilog
Author's Card

20th Card

225 42 32
By dydtedi

Hai, selamat bertemu lagi🙏
____________

[Fr : Jung Hoseok]
Jihye maaf, ada urusan penting yang mendadak harus kuselesaikan. Kau boleh menginap di rumah Ibu, aku akan menjemputmu besok sepagi mungkin.

Jihye berdecak pelan, meletakkan ponsel pintarnya ke atas meja makan usai membaca pesan yang baru saja masuk. Padahal ia tidak ada niat untuk menginap malam ini. Besok dia harus berangkat kerja pagi-pagi dan mengurus naskah-naskah yang terabaikan hari ini. Raut wajah Jihye yang tampak tak senang menarik perhatian ibunya.

“Ada apa? Hoseok tidak bisa ke sini?” tanya perempuan paruh baya tersebut. Usai menyelesaikan makan malamnya.

“Katanya ada pekerjaan yang mendadak harus diselesaikan. Apa aku pulang naik taxi saja ya, Bu?”

Nyonya Han berdecak. “Jangan konyol, Jihye-ya. Kau ini sedang mengandung. Ibu tidak akan bisa tenang membayangkan terjadi sesuatu padamu di perjalanan. Menginap saja di sini.”

“Tapi aku harus berkerja besok.”

“Suruh Hoseok menjemputmu pagi-pagi sekali.” Nyonya Han bangkit untuk membereskan makan malam mereka. Jihye pun turut membantu.

“Dia sudah berkata seperti itu tadi.”

“Kalau begitu tidak ada yang perlu kau resahkan. Menginap di sini saja semalam. Anggap saja kesempatan langka karena kau sudah lama tidak pulang ke rumah.”

Tidak ada pilihan lain. Jihye harus bermalam di rumah ibunya hari ini. Sembari dalam hati berharap semoga dia tidak terlambat bekerja besok pagi. Izin berturut-turut tanpa keterangan jelas bisa saja membuatnya mendapat masalah.

Alih-alih tidur di kamarnya, Jihye memilih tidur bersama ibunya. Namun saat akan membaringkan diri, pandangannya teralih oleh sesuatu berwarna silver di atas nakas. Tepatnya lembaran berpita yang rasanya cukup familiar untuknya. Undangan?

Han Nara.

Nara?

Jihye menyipit mata, nama yang tercetak di halaman depan terasa begitu familiar buatnya. Keduanya. Baik mempelai perempuan dan laki-laki. Jihye berdoa semoga yang ada di pikirannya tidaklah benar. Namun saat ibunya datang, Jihye tidak menahan diri untuk bertanya.

“Apakah Ibu kembali bertemu ayah?”

Ada ekspresi terkejut yang tidak disukai Jihye. Jihye tidak menyukai kebenarannya.

Sooner or later we’ll wonder why we gave up

The truth is every one know

Almost is never enough.

Dunia tidak pernah adil, katanya.

Banyak harapan yang dipangkas kenyataan, banyak doa yang terjawab dengan kesedihan,  juga semoga yang berakhir dengan mengapa tanpa karena.

Kadang Hana berpikir, mengapa mencintai saja harus menjadi perkara yang sesulit ini? Bukankah semuanya bisa dibuat lebih sederhana? Hana mencintai Hoseok, Hoseok mencintai Hana. Mereka bahagia bersama dan saling menjaga pada akhirnya. Apa Hana tidak cukup pantas untuk itu? Mengapa takdir tidak bisa digariskan seperti itu saja, tanpa adanya Jihye sebagai penghalang?

Penghalang. Apakah Hana terlalu kejam jika menyebutnya seperti itu?

Hana bahkan lebih dulu mengenal Hoseok. Jihye bahkan tidak pernah mengenal laki-laki itu sebelum ini. Hana tidak pernah berhutang apa pun pada Jihye. Kenapa Hana harus terpaksa mengalah?

Kenapa Hana harus merelakan apa yang sebenarnya adalah miliknya.

Perempuan itu hanya ingin memeluk lelakinya lebih lama lagi. Lelakinya. Lelaki Jihye sekarang ini.

“Jung Hoseok?”

Namun tentu, hal-hal yang kita inginkan, tidak selalu bisa kita dapatkan.

Dunia memang tidak adil,

setidaknya menurut Hoseok.

Hoseok bahkan tidak tahu harus melakukan apa. Demi Tuhan, jika ditanya, apakah masih ada perasaan yang tertinggal untuk Lee Hana? Jawabannya tentu masih. Hubungannya dengan Hana tidak terjalin secara singkat. Banyak hal yang telah terlewati. Senang, sedih, suka, duka. Hoseok bahkan masih ingin mempertahankan Hana saat itu. Namun sekarang, apakah Hoseok bisa menyakiti dua perempuan sekaligus pada akhirnya? Tidak bisa. Dia juga pasti turut tersakiti.

Ini salah.

“Hoseok―” Hana hendak melepaskan diri, tapi Hoseok mengeratkan pelukan. Menahan Hana agar tetap di dekatnya, terjangkau gapaiannya. Hoseok masih belum ingin melepaskan Hana, sekali lagi.

“Sebentar saja Hana-ya, sebentar.” Banyak pertentangan pribadi yang ia lalui sebelum berhasil sampai sini. Mengetuk pintu kediaman Hana dan kembali bertemu dengan gadisnya setelah sekian lama. Hoseok tahu apa yang dilakukannya sudah jelas salah. Namun dia hanya ingin sebentar saja. Sebentar.

Hana tidak ingin hanya sebentar. Lebih baik tidak sama sekali.

“Hoseok lepas!” sergahnya.

Kau tahu, tidakkah lebih sulit rasanya melepaskan orang yang seharusnya tidak bersamamu jika seperti ini keadaannya?

Kadang ketika kau berusaha untuk melupakan seseorang, menghapus perasaan yang pernah berkembang dan setiap kenangan yang telah terekam, tidak bertemu orang itu sama sekali adalah cara yang terbaik. Sebab ketika kita bertemu dengannya lagi, bisa saja perasaan ingin memiliki itu datang kembali. Pemikiran-pemikiran tentang ‘bukankah seharusnya kita adalah pasangan yang cocok?’ atau ‘aku hampir menjadi orang paling bahagia karena memilikimu.’ atau “kita hampir berhasil mewujudkan impian kita, bukan?” Sungguh pemikiran seperti itu sama sekali tidak membantu. Kita semua tahu, hampir saja tidak pernah cukup. Pada akhirnya, semuanya hanya akan berakhir sebatas masa lalu.

Hana benar-benar tersiksa. Satu sisi dia ingin menahan Hoseok sebisa kemampuannya. Namun di sisi lain dia sadar, pada akhirnya tetap dia yang akan terluka. Tautan itu tetap akan terlepas.

Hoseok tahu, lebih baik untuknya tidak kembali ke sini.

“Kenapa Hana-ya?”

Lebih baik untuknya tidak kembali mengungkit permasalahannya dengan Hana.

“Ini salah.”

Lebih baik untuknya tidak kembali membuat Hana menangis karenanya.

“Ini salah. Kau datang kemari dan tiba-tiba memelukku itu salah, Jung Hoseok! Kau sudah punya istri! Kau tidak bisa seenaknya melakukan ini padaku!”

Hoseok tahu ini salah, tapi kenapa dia tidak bisa berhenti? Sejujurnya, dia ingin melupakan fakta bahwa dia telah menikah untuk sementara. Dia ingin berandai bisa mengulang waktu. Dia ingin egois sekali lagi.

“Apa kau begitu marah dengan kenyataan aku sudah menikah?”

“Kau bercanda ya?”

Bukannya menanyakan hal itu saat ini sudah tidak ada gunanya sama sekali?

“Semarah itu hingga membohongiku tentang Jimin?”

“Aku tidak pernah berbohong tentang apa pun padamu!” Hana mengusap sedikit air mata yang keluar sebab terlalu kesal. Dia benar-benar tidak tahu apa yang tengah terjadi. Mengapa Hoseok tiba-tiba menemuinya dan melakukan semua ini. Demi Tuhan dia harus menahan perasaan ingin merengkuh dan menampar Hoseok secara bersamaan. Hana benci dirinya yang seperti ini.

“Semarah itu hingga membuatmu menangis?”

“Sebenarnya apa urusanmu datang kemari? Kita sudah tidak punya hal yang bisa dibicarakan lagi, Hoseok!” Hana tidak ingin terlihat berlebihan, tapi memang lebih baik semuanya tidak lagi dilanjutkan.

“Aku ada.” Hoseok bersikeras. “Ada yang ingin kutanyakan, kenapa kau mengakhiri hubungan kita jika sampai saat ini pun kau belum bisa melupakan aku?“

Pertanyaan macam apa itu?

“Kau mabuk ya? Sudah jelas karena kau sudah menjadi suami orang! Jika kau susah payah datang ke sini hanya untuk memperdebatkan hal itu lagi, lebih baik pergi, Hoseok. Istrimu menunggu di rumah.”

Hana menunjuk pintu rumahnya yang terbuka, secara terang-terangan mengusir Hoseok. Bagi Hana, ini tetap salah. Meski mereka tidak melalukan apa-apa.  Pertanyaan Hoseok salah, Hoseok kembali menemuinya secara pribadi pun salah. Mau bagaimana pun jawaban Hana, bukankah akhir hubungan mereka juga tetap sama?

Apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak akan mudah dipisahkan oleh manusia.

Katanya.

Hoseok menatap lurus kedua bola mata Hana. “Istriku tidak ada di rumah, aku punya waktu semalaman untuk bisa menyelesaikan ini semua denganmu.”

xxxxxxx
Almost is never enough, right?

Terima kasih yang sudah membaca sampai sini💜
Maaf sudah menunggu😭
Btw terima kasih juga yang sudah merekomendasikan HOC ke temennya 💜💜
Sayang kalian banyak-banyak💜

Dydte, 4 September 2020

Continue Reading

You'll Also Like

26.8K 4K 10
tentang jimin dan segala tipu muslihatnya untuk kelabuhi hea. © 2018
196K 9.7K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
35K 1.9K 5
Mereka bilang, cinta itu sederhana. Hanya saat cinta itu datang dan membawa hatimu pergi, biarkan berjalan sesuai semestinya. Biarkan semesta menuntu...
274 99 29
REAKSI IV (Republik Anak Sosial IV), itulah nama yang diusulkan ketua kelas kami. Meski sang wakil ketua kelas-hingga sekarang-masih lebih suka nama...