KALE [END]

By SiskaWdr10

47.7K 3.1K 365

[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka ter... More

01.Tersayang
02.Lingkungan Kale
03.Stempel pemilik
04.Kejadian silam
05.Si datar candu
06.Dua hama
07.Karangan Salsabila
08.The power of love
09.Kale keliru
10.Putri hujan
11.Bule peduli
12.Gugur
13.Pelukan hangat
14.Bundadari
15.Ancaman
16.Psycho
17.Sebuah rasa
18.Tersangka
19.Celah keuntungan
20.Duri manis
21.Momen
22.Cinta ke benci
24.fired
25.Puncak masalah
26.Kacung
27.Tupperware
28.Wanke
29.Sekolah robot
30.Tumbuh
31.Pecah
32.Macan tidur
33.Bertahan
34.Sampah
35.first kiss
36.Air dan minyak
37.Jealous
38.Mabuk
39.Alasan
40.Over posesif
41.Marah besar
42.Badut
43.Omes
44.Hampa
45.Mainan
46.Roti dan susu
47.Jawaban
48.New thing
49.No LGBT
50.Story night
51.Program Gapara
52.Labil
53.Tugas
54.Taktik
55.Bertingkah again
56.Perangkap
57.Kesibukan
58.Permintaan
59.Tidak baik
60.Menjauh
61.Kado
62.Lolipop
63.Terbongkar
64.Double kill
65.Berakhir
66.Terbiasa sepi
67.Selamat lulus
68.About Tapasya
69.Kebenaran
70.Pada akhirnya
71.Milik ku [END]
hiii

23.Bekas luka

409 30 2
By SiskaWdr10

{}Kurang-kurangin kuat

                               ******

"Ah, ini bukan apa-apa kok." Jawab Anya dengan senyum manisnya. Kale langsung percaya dengan mudah.

"Hati-hati ya, aku duluan. Bye." Ucap Kale.

Anya melambaikan tangan pada Kale untuk perpisahan. Ia segera berjalan mencari kopaja untuk pulang kerumahnya. Menunggu dengan keresahan sungguh tidak menyenangkan.

Dari jauh sana ada laki-laki yang memantau keresahan Anya, ingin sekali ia mengantar Anya pulang dengan selamat, tapi apa boleh buat, tokoh figuran akan tetap jadi tokoh figuran, mungkin jika Tuhan berkehendak ia bisa saja jadi tokoh utama yang disandingkan dengan Anya.

"Ini gimana cara pakainya ya?" tanya Anya saat dirinya sudah duduk di dalam kopaja.

Setelah berada dalam kamarnya ia segera googling dan mempraktikannya ke kamar mandi. "Negatif?" tanya Anya pada dirinya sendiri. "Apa artinya?" tanya Anya lalu kembali membaca artikel. Ia bernafas lega saat dinyatakan tidak hamil. Tapi tetap saja, ia sedih karena mahkotanya sudah di renggut begitu saja oleh Kevin.

"Apa ini beneran?" tanya Anya. "Setau Anya orang yang udah ngelakuin hal itu pasti hamil deh."

Antara polos dan bodoh, Anya ada diantara keduanya. "Ah ini gara-gara pas pelajaran biologi Anya jarang nyimak jadi begini." Ucap Anya kesal.

Ia menyimpan tespek itu di dalam lemarinya. Lalu ia turun ke bawah untuk makan.

"Anya, apa kamu baik-baik aja?" tanya Senja sambil menuangkan air ke gelas milik Anya.

Senja ternyata masih ingat hal kemarin. "Nggak Bun, kemarin kayanya Anya terbawa perasaan karena habis nonton drakor sama Sifa." Kilah Anya.

Dengan mudah Senja percaya. "Mama tadi besuk Ayah." Ucap Senja.

Putrinya itu langsung tersedak. "Gimana keadaannya?"

"Membaik, dia nanyain kamu." Kata Senja.

Anya jadi merasa bersalah, ia sudah lama tidak menjenguknya. "Nanti aku kesana deh, Ma."

Sebagai balasan Senja mengangguk. "Bunda juga bicarakan masalah kedepannya sama Ayah kamu, katanya dia mau menebus salahnya di dalam sel." Kata Senja dengan mata memerah. "Ayahmu minta di bebaskan sebelum kamu gradution nanti, semangat sekolahnya ya."

Ah ucapan Senja sungguh menyentuh, mata Anya ikut berkaca-kaca. "Anya bakalan belajar sungguh-sungguh." Jawab Anya.

Senja sangat sadar suasananya jadi berubah melow, ia pun kembali tersenyum dan mengusap pundak Anya dengan lembut. "Bertahan ya, Mama juga bakalan kerja sampingan buat kamu." Ucap Senja.

Tidak seharusnya Senja bekerja sampingan, pasti akan melelahkan baginya karena tidak terbiasa, tapi apa boleh buat tabungan keluarga Anya juga semakin hari semakin menipis.

Pemandangan di depan Salsabila ini sangat indah. Ya, Kale. Salsabila tengah mengerjakan proposal bersama Kale di salah satu caffe, Kale begitu fokus dengan pekerjaannya seolah melupakan gadis di depannya yang asik memandang wajah Kale.

Anya mengirim pesan pada Kale untuk mengajaknya ke warung Mang Dadung besok pulang sekolah, tapi sampai hari yang ditentukan oleh Anya masih tak ada balasan dari Kale, bagaimana ada harapan dibalas, dibaca saja tidak. Mungkin memang Kale sesibuk itu sekarang.

Es Doger menjadi teman kesepian Anya disaat hatinya merasa bimbang, ia ingin bercerita, ingin berkeluh kesah dan ingin dipeluk dengan hangat.

"Boleh Mamang temenin?" tanya Mang Dadung yang melihat kesedihan di wajah Anya.

Lawan bicara Mang Dadung itu tersenyum manis dan mengangguk kecil. "Gimana capek Mang kerjanya?" tanya Anya.

Mang Dadung mengangguk. "Ya capek atuh Neng Anya namanya juga kerja, kalau nggak mau capeknya ngumpulin upil aja di rumah."

Jawaban Mang Dadung membuat Anya terkekeh kecil. "Neng Anya sendiri gimana beberapa hari belakang ini, capek?"

Ditariknya nafas dalam-dalam untuk menjawab pertanyaan tersebut. "Banget." Jawab Anya.

"Cari orang yang mau kamu ajak cerita, biar bebannya berkurang sedikit." Saran Mang Dadung.

"Orang spesial?" tanya Anya.

Mang Dadung menggeleng. "Nggak harus orang spesial Neng Anya, kadang orang spesial yang membuat beban kamu bertambah."

"Mang satu." Ucap salah satu pelanggan.

"Neng sebentar ya." Ujar Mang Dadung pada Anya, Anya mengangguk.

Sebenarnya apa maksud ucapan Mang Dadung tentang orang spesial tadi? Kale tak mungkin melakukan hal yang membuat beban Anya bertambah.

Karena sudah semakin sore Anya memutuskan untuk pulang saja.

Kale sendiri tengah sibuk untuk keberangkatannya ke Yogyakarta, ia beberapa hari kedepan mungkin akan semakin sibuk dengan tugas dan dengan Salsabila.

Tak ada waktu untuk Kale memikirkan hal yang lain selain Ica. Kadang-kadang Kale pulang malam untuk mempersiapkan acaranya.

Hari ini pun ia pulang malam, Risa mengantarkan makanan ke kamar putranya itu yang tengah sibuk dengan laptop.

Risa menghela nafas dalam-dalam. "Makan dulu, Kakak ketua." Ledek Risa.

Kale memandang sekejap pada Bundanya. "Bun, aku nggak mau diganggu." Pinta Kale dengan wajah datar.

"Yaudah, Bunda suapin aja gimana?" tanya Risa membuat Kale berdecak kesal.

"Bun."

"Apa Bang?" tanya Risa sambil menyodorkan sendok pada mulut Kale.

Akhirnya Kale membuka mulut dan memakan suapan Risa. "Kamu itu sebentar lagi bakalan nggak ada di rumah, selagi kamu di rumah Bunda harus mastiin makan kamu."

"Hm." Jawab Kale.

Dengan pakaian sederhana Anya sendiri membesuk Ayahnya malam-malam dengan membawa masakan rumahan.

Elang mencium puncuk kepala Anya dengan sayang. "Gimana keadaan kamu?"

"Sehat, Ayah sendiri gimana?" tanya Anya. Elang mengangguk.

"Jadi anak baik yang, sayang. Maafin Ayah." Ucap Elang dengan mata penuh penyesalan.

Anya mengusap lembut tangan Elang. "Iya, Ayah. Ayah jangan banyak pikiran, Anya mau terus liat Anya sehat."

Bersyukur sekali Elang memiliki putri secantik dan sebaik Anya.

"Jangan gara-gara kasus Ayah kamu jadi down, Ayah percaya sama kamu." Kata Elang.

"Anya nggak selemah itu." Balas Anya membuat keduanya terekekeh kecil

Waktu pembesukan telah habis dan Anya diperintahkan untuk segera pulang, sebelum pulang Anya memeluk Ayahnya dengan erat. Sewaktu kecil Elang lah yang menjadi tempat keluh kesah Anya, tapi sekarang tidak lagi. Mereka harus saling menutupi satu sama lain agar keduanya sama-sama tidak terbebani.

Anya harus bercerita pada Kale tentang Kevin, Anya juga sangat yakin kalau respon Kale akan membuatnya tenang sekalipun itu kesalahan terbesar yang Anya alami.

Sesampainya di kamar, Anya langsung memencet nomer Kale. Tapi tak ada jawaban, untuk yang ke empat kalinya Kale menjawab.

"Apa? aku sibuk." Jawab Kale to the point.

Jawaban Kale membuat Anya membeku di tempat. "Urusan eskul?"

"Hm." Jawab Kale.

"Oke deh, semangat ya." Ujar Anya dengan senyum getirnya.

Pip....

Kale mematikan sambungan secara sepihak, ah menyebalkan sekali Kale ini. Sesibuk-sibuknya Kale pasti tak akan cuek seperti tadi, setidaknya beri kabar dari jauh-jauh hari agar Anya tidak cemas. Anak itu jadi banyak berubah sekarang.

                            🐟🐟🐟

Anya:
Walaupun sibuk, jangan lupa jaga kesehatan ya❤️

Pesan dari Anya hanya Kale baca saja, tak ada waktu untuk membalasnya ia berangkat sangat pagi sekali hari ini karena akan berangkat menuju kota istimewa.

Untuk pertama kalinya Kale makan di meja makan bersama keluarganya di situ juga ada Ica yang disuapi oleh Bi Isma. Sedangkan Risa menuangkan makanan untuk Kale.

"Bun, itu kebanyakan." Ucap Kale yang porsi makannya sedikit.

Febrianto terkekeh kecil istrinya itu memang terlalu peduli pada putranya. "Heh, nanti kamu kan lumayan lama di sana, pasti kangen masakan Mama." Ucap Risa berlebihan padahal hanya tiga hari.

"Masakan Bi Isma kali." Tandas Ica membuat Kale tertawa kecil.

"Ngaku-ngaku aja." Jawab Kale.

Risapun ikut tertawa. "Masak berdua ya, Bi." Ucap Risa.

Mereka makan dengan hikmat dan benar saja makanan Kale tidak habis, masih tersisa cukup banyak."

"Ica Abang mu lihat nggak habis makannya, padahal makanan kamu habis." Ucap Risa mengompori.

"Bunda." Rengek Kale yang tidak cukup menampung banyak makanan.

"Abang mah Ica marah ni." Kata Ica sambil mengerutkan bibirnya.

"Iya-iya ku habisi." Jawab Kale. Ia tak mau melihat Ica sedih.

Dengan berat hati Kale menghabiskan makanan di piringnya. Setelah habis Kale berpamitan pada orang-orang di rumah dan meminta do'a agar seluruh kegiatannya dilancarkan.

"Aamiin, Le. Oleh-olehnya jangan lupa." Ucap Febrinato.

"Ayah! apa mentingin oleh-oleh, Bunda pengen kamu selamat dan jangan lupa banyakin foto-fotonya." Ucap Risa.

Kale hanya dapat geleng-geleng kepala mendengarnya. Ia berjongkok untuk mengobrol dengan Ica. "Kamu mau nitip apa?"

Ica nampak berpikir. "Sama kaya Bunda, pulang lagi kesini dengan selamat." jawab Ica.

Dengan lembut Kale mencium puncuk kepala Ica cukup lama dan akhirnya Kale berangkat diantar oleh Ayahnya.

Sesampainya di sekolah Kale jadi tontonan karena ia memakai kaos anak ekstrakulikuler pencinta alam. Semakin manis.

Epot dan Jawa tanpa rasa malu memasuki ruangan anak pecinta alam. "Ciah, kata Bule semalem dia nitip dodol." Ucap Epot.

"Dodol?" tanya Kale bingung, pasalnya itu bukanlah oleh-oleh dari Yogyakarta.

"Dodol mah dari Garut ih oon." Kesal Jawa sambil menepis perut Epot.

Kale kembali merapikan barang bawaan anak-anak yang lain. "Semoga lancar ya men." Kata Jawa.

"Semoga pulang bawa oleh-oleh ya." Tandas Epot. Kale hanya menoleh sekejap pada kedua biang kerok tersebut.

Salsabila datang keruangan itu dengan senyum manisnya. Ia juga mengenakan baju bebas karena memang ia akan ikut. "Widih, siap ni kita meluncur." Ujar Salsabila sok asik. Kale tersenyum tipis.

Akhir-akhir ini Jawa sungguh muak bila melihat kedekatan Salsabila dengan Kale walau dengan alasan apapun itu, seharusnya Salsabila sadar Kale ini bukan orang yang tepat untuk digoda.

Epot bingung melihat perubahan raut wajah Jawa. "Nape lo?" tanya Epot.

"Cabut yuk." Ajak Jawa lalu bangkit dari duduknya.

Jawa mendekati telinga Kale dan berbisik. "Jangan terlalu deket Salsabila, pikirin perasaan Anya." Ucap Jawa.

Epot hanya menyengir kuda melihat Kale memandangnya. "Bae-bae lo, jangan lupa baca do'a qunut biar nggak diikuti Nenek lampir." Ucap Epot menyindir Salsabila.

Kale tersenyum mendengar ucapan Epot yang nyeleneh. Ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya.

Setiap langkahnya Jawa memberikan umpatan pada Kale, ia tak habis pikir mengapa Kale semakin menempel pada gadis caper itu.

Tanpa memikirkan hal lain Jawa mulai menghidupkan rokoknya tapi dengan cepat Epot matikan. "Gila, bentar lagi pelajaran Bu Neneng yang Indra penciumannya setajam silet, lo mau berdiri di depan kelas lagi gara-gara ketahuan ngerokok?"

Jawa memasang wajah datar, Bu Neneng adalah Guru yang paling Jawa benci. Ia menjambak rambutnya sendiri lalu menendang barang yang berada deket dengannya.

"Gue mau jadi selingkuhan Anya aja kalau gini." Ucap Jawa terbawa emosi.

Epot langsung memandang sinis pada Jawa. "Apaan si, kaya nggak ada cewek lagi aja mau sama yang punya temen."

"Lah, Kale aja maruk." Jawab Jawa.

Anak ini tengah sensi sekali. "Yaelah wa, cuma temen."

"Gue udah lama lho pot nggak ribut lagi." Ucap Jawa.

"Mau?" tanya Epot. Jawa mengangguk.

"Gue si ogah." Kata Epot. "Kita bentar lagi jadi kelas tiga, univ yang kita cari bukan unvin sembarangan lho." Ucap Epot yang terus saja mencermahai Jawa.

Tak ada Kale malah Epot yang menjadi penceramah dadakan. "Lo nggak ada niat gitu pergi dari hadapan gue sekarang? Berak atau jadi rumput gitu?"

Epot langsung memasang wajah datar. "Gak sabi lo."

Anya sendiri tengah melamun sendirian di UKS saat presentasi di kelas tadi ia hampir saja pingsan. Ada apa dengan tubuh Anya, padahal hari sebelumnya ia meresa sangat sehat.

Meli petugas UKS di jam itu memberikan Anya air dengan wajah datar, mungkin ia juga tahu kasus Ayah Anya. Berita itu memang menyebar ke seluruh penjuru sekolah.

"Makasih." Ucap Anya.

Meli mengangguk sebagai balasan, tak lupa ia menutup pintu UKS dengan cukup kencang.

Ia merasa hidupnya sekarang sedikit berbeda dari kemarin-kemarin, orang-orang yang mengenalnya baik langsung membenci bahkan menyerang Anya hanya karena kesalahan Ayahnya.

Apakah manusia pantas bersikap seperti itu? Lupa dengan seribu kebaikan hanya karna satu keburukan, apa mereka merasa rugi dengan kasus Anya? sama sekali tidak.

Kalau dipikirkan Anya sudah gila sendiri. Ia lebih baik memikirkan apa yang membuatnya senang.

Bruk!

Pintu itu terbuka dan menampilkan Sifa yang terlihat bingung dan malas, itulah Sifa bila tak ada teman yang satu frekunsi dengannya di kelas lebih baik ia membolos saja.

"Sifa sakit?" tanya Anya pada temannya itu yang sudah berbaring di matras.

Sebagai jawaban Sifa mengangguk. "Sakit apa?"

"Sakit jiwa." Jawab Sifa.

Bibir Anya mengerut, menyebalkan sekali temannya ini. Tak lama bel istirahat berbunyi dengan cepat Sifa menarik Anya menuju kantin.

Anya berpapasan dengan Kevin di kantin, Kevin memasang wajah datar sedangkan Anya menunduk karena tak mau melihat Kevin, Sifa bingung sendiri melihat kedua orang itu.

"Kevin lo ken-"

Belum selesai ucapan Sifa sempurna Kevin sudah pergi dengan tangan yang membawa teh botol. Anya sendiri berjalan menuju tempat duduk di barisan kedua.

Kening Sifa berkerut. "Kenapa dah?"

Enyahlah Kevin dari bumi ini, Anya sangat benci Kevin sampai kapanpun Anya membenci Kevin.

Sepulang sekolah Anya langsung kerumah Kale tapi Risa bilang Kale pergi ke Yogyakarta untuk beberapa hari kedepan, yang membuat Anya kecewa adalah kenapa Kale tidak mengatakan apapun, setidaknya berpamitan pada Anya.

Anya kembali pulang menuju rumahnya, semangatnya semakin menurun.

Sedangkan Kale masih di perjalanan dengan anak-anak satu esklunya. Menyenangkan sekali semua bernyanyi, bergoyang, bersorak ria seolah tak punya beban.

Kale satu tempat duduk dengan Salsabila, jadi keduanya bisa sama-sama bercerita apapun yang mereka mau. Tanpa sadar Kale banyak tersenyum pada Salsabila.

Ternyata bukan hanya Anya yang seperti selingkuh dengan Kevin, Kale juga. Keduanya ini memang tak jauh berbeda.

Mereka sampai di sana pagi dan berkemas menuju hotel. Harry dan Kak Uje senang tahun ini yang ikut eskul nya lumayan banyak.

"Tapi sadar nggak kang, kebanyakan yang ikut cewek?" tanya Harry saat mereka berjalan menuju kamar hotel.

"Iya gitu?" tanya Kak Uje heran.

Hary mengangguk. "Lihat aja, hampir kebanyakan cewek."

"Yaudah lah, gapapa." Jawab Ka Uje lalu berjalan lebih cepat dari Hary.

Anya:
Semangat, Kale!❤️

Anya mengetik pesan itu sambil tersenyum sedih, pikirannya dari semalam selalu yang tidak-tidak, apa lagi saat Anya tahu dari Jawa kalau Kale pergi dengan Salsabila.

Siang harinya anak-anak di perintahkan untuk berkumpul dan Kak Uje membaca rangkaian kegiatan mereka.

Di kesempatan itu Salsabila banyak mengambil foto Kale secara diam-diam, Kale juga beberapa kali menjadi pembicara.

Saat Kale berbicara banyak yang tersenyum-senyum sendiri, terutama kaum hawa yang centilnya melampaui batas.

"Sekarang kalian pungut sampah yang ada di dekat kalian terlebih dulu ya." Ucap Kale yang dituruti semua anak.

Kak Iyas, ketua eskul pecinta alam itu mendekati Kale. "Asik ah, sekali bilang langsung pada nurut." Ujar Kak Iyas. Kale tersenyum tipis.

Kale cukup dekat dengan Kak Iyas ini, selain bergaya tomboy Kak Iyas juga sangat humble jadi Kale tak segan-segan untuk dekat dengannya.

"Le." Panggil Iyas.

Kale menoleh. "Hm."

"Cewek yang megang kamera siapa namanya?" tanya Iyas.

"Salsabila."

"Pacar lo?" tanya Kak Iyas membuat mata Kale membelalak. "Cakepan gue." Gurau Iyas membuat Kale tersenyum tipis.

"Iye, percaya." Jawab Kale.

Mengingat pacar, ia jadi teringat pada Anya sudah lama ia tak berbicara pada Anya entah secara langsung maupun di telpon.

Selesai membersihkan sampah anak-anak kembali berkumpul. "Malam ini kalian harus beristirahat dengan cukup karena besok kita akan memulai semua kegiatan, dari mulai upacara, game dan mendaki. Siapkan mental dan Kakak peringati sekali lagi jangan ada yang pacaran mauapun PDKT karena ketunya jomblo." Ucap Iyas membuat anak-anak yang lain terkekeh kecil.

"Basi ah, karatan nggak tu." Celetuk salah satu anak yang lain yang langsung mendapat gelak tawa dari semua.

Malam haripun tiba Kale berniat menelpon Anya yang tengah melamun di balkon.

Dengan ceria Anya mengangkat telponnya. "Maaf, aku baru sempet ngabarin. Nggak ada waktu buat megang handphone, Nya."

"Nggak papa kok, Kale baik-baik aja?" tanya Anya.

"Iya, kamu?" tanya balik Kale.

Anya terdiam beberapa saat, ia kembali membuka suara. "Aku telat datang bulan, Le." Ucap Anya.

"Lho, emang sekarang tanggal berapa?" tanya Kale.

"Delapan, tapi kan biasanya aku mualai pms tanggal tujuh le, aku takut." Ucap Anya gelisah.

Kale di sana terkekeh kecil. "Yaampun, Anya. Cuma lewat sehari aja, coba lihat besok deh. Kalau besok atau lusa masih nggak pms kamu konsultasi."

"Makasih." Ucap Anya.

Alis Kale bertautan. "Untuk apa?"

"Sekarang aku lebih tenang ketimbang tadi." Ucap Anya.

"Sama-sama, gih tidur." Balas Kale lalu Anya mematikan sambungan.

Pip....

Selesai menelpon Anya, Kale kembali menelpon seseorang untuk melanjutkan aksinya.

Mereka mengobrol dengan sangat serius. Pagi harinya Kale bangun lebih awal dan memerintah anak-anak yang lain bangun bersama Kak Iyas. Rencananya di sini dua hari lagi.

Seluruh anak lagi-lagi dikumpulkan untuk berkumpul dan bermain game yang mengasah ke solidaritasan dan kemampuan IQ setiap anak-anak.

Game itu di lakukan sampai tiga jam, mereka tepar di lapangan pada pukul empat sore.

"Guys tebak-tebak kan ni ya." Ucap Iyas yang ingin memecahkan keheningan.

"Ayo!!!" jawab anak-anak serempak. Tak bisa dipungkiri satu eskul ini memang cukup heboh dan rusuh.

"Kenapa Ayam punya kaki?" tanya Iyas pada anak-anak.

"Karena dari sananya." Jawab salah satu siswi.

"Totet." Kata Iyas.

"Karena dia jomblo." Balas Hary.

"Itu kaki ayam atau ketua eskul." Tandas Kak Uje menyindir Iyas.

"Yhaaaaaa." Kata semua serempak.

Sial, Iyas jadi malu sendiri. "Sekarang Kale yang jawab." Tunjuk Iyas.

Wajah Kale terlihat sangat santai. "Karena Ayam, kalau cacing baru nggak ada kakinya."

"Ya!" jawab Iyas dengan senyum penuh kemenangannya.

Krik ... Krik ... Krik....

Sepi dan senyap. Sekarang Kale yang berdiri dan memegang mic.

"Gimana cara menilai orang pintar atau nggaknya?" tanya Kale.

Semua terdiam berpikir. "Suruh ngitung." Jawab anak yang lain.

Kale menyilangkan tangannya. "Suruh salto." Ucap salah satu anak.

"Waduh, swag abis disuruh salto." Tandas Kak Uje anak-anak yang lain hanya bisa tertawa.

Beberapa jawaban tetap salah dan anak-anak yang lain pasrah. "Pas-pas, jawab dah apaan." Kata Iyas.

"Sekarang kita uji Kak Iyas ya, dia pinter atau nggak. Setuju nggak?" tanya Kale yang diberikan jempol oleh anak-anak lain.

"Het, mencapai seratus kepinteran gue." Jawab Iyas dengan bangganya.

"Caranya dengan bergoyang bebek mengelilingi kami, mau nggak?" tanya Kale.

Dengan tampang polosnya Iyas menangangguk dan berjalan seperti bebek. "Semua bantu Nyanyi ya." Ucap Kale.

Anak-anak yang lain membantu bernyanyi ada juga yang tertawa melihat Iyas begitu pun Kale, bisa-bisanya seoarang ketua Kale permainkan.

Cengkrek....

Salsabila berhasil mengambil foto saat Kale tengah tersenyum, manis sekali.

Setelah berputar Iyas merasakan capek, ia pun duduk. "Nah gimana, gue pinter atau nggak?"

"Nggak." Jawab Kale, semua anak-anak kembali bingung. "Karena orang pinter pasti nggak bakalan berhasil dikerjain." Jawab Kale dengan wajah santai. Anak-anak langsung memberikan Kale tepuk tangan.

Sedangkan Iyas sendiri memasang wajah datar. "Sialan lo." Ucap Iyas.

Malam kembali tiba, Anya sedih karena hari ini juga ia masih belum datang bulan. Anya kembali menelpon Kale.

Kale yang sedang mengobrol bersama teman-temanya akhirnya menepi untuk mengangkat telpon.

"Hallo?" ucap Kale.

Anya terisak disana. "Kamu nangis?" tanya Kale.

Sesegara mungkin Anya mencoba biasa saja. "Kamu lagi sibuk?" tanya balik Anya.

Walaupun Kale punya niat jahat pada Anya tetap saja bila mendengar Anya menangis rasanya pilu. "Kamu kenapa?" tanya Kale yang khawatir.

"A-a-a-anya takut." Jawab Anya.

"Takut apa?"

"Hari ini Anya masih belum datang bulan." Balas Anya. Kale malah terkekeh kecil.

"Mungkin kamu agak telat." Kata Kale dengan santai.

Anya berdecak kesal Kale tak tahu keadaan yang sebenarnya  hingga membuat Anya panik ini. "Kale aku takut." Ucap Anya mengulang perkataan tadi.

Kale kembali menenangkan Anya. "Kenapa harus takut? kamu nggak papa, coba besok konsultasi ke Bidan, aku tahu alamatnya."

"Tahu dari mana?" tanya Anya curiga.

Kalau Kale menjawab ia pernah mengantar Anisah urusannya bisa semakin panjang. "Dulu pernah nganter Tante aku. Maaf tapi aku nggak bisa anter, gapapa kan?"

"Gapapa kok, makasih." Jawab Anya.

Disana Kale menunjukan senyum tipis khas dirinya. "Yaudah sana tidur gih, aku juga mau tidur bentar lagi."

"Oke, semalam malam." Jawab Anya lalu mematikan sambungan telpon.

Setelahnya Kale memberikan alamat itu pada Anya dan pada seseorang yang akan mengintili Anya.

"Cailah, romannya sengaja banget telponan pinggir gue." Ucap Iyas yang ternyata ada di pinggir Kale.

Kale jelas terkejut. "Kapan kesini?"

"Yaelah Le, gue dari tadi di sini, lo di panggil noh sama selingkuhan lo buat makan malam berdua." Ujar Iyas.

Tanpa menjawab Kale langsung menemui Salsabila. Makan malam dengan konsep alam sungguh membuat nafsu makan semakin bertambah.

"Buat gue?" tanya Kale.

Salsabila yang sedang duduk mengangguk. "Ayo makan."

Ini juga seperti first dinner Salsabila bersama Kale, mungkin Kale tak sadar kalau dia masuk dalam perangkap Salsabila.

Kale selalu bisa membuat Anya tenang, Anya pun memeluk guling dan tertidur. "Makasih Kale." Ucap Anya sebelum matanya tertutup.

Keesokan harinya setelah pulang sekolah Anya meluncur menuju bidan yang Kale perintahkan. Mulai dari Anya keluar dari gerbang hingga ia sampai di Bidan ada seseorang yang mengintiliny dari jauh.

Jantung Anya berdetak kencang ia takut jawaban Ibu Bindannya tak sesuai dengan harapan Anya.

"Mari kita periksa terlebih dulu." Kata Ibu Bidan itu. Anya menurut saja.

Setelah pemeriksaan ternyata hasilnya sangat mengejutkan.

"Ini serius kan?" tanya Anya.

                              *******

1.Anya

2.Kevin

3.Salsabila


Continue Reading

You'll Also Like

Twelves By E

Teen Fiction

19.5K 2.1K 16
Menjalin hubungan lima tahun lamanya bukanlah waktu yang bisa dibilang singkat. Semuanya berjalan dengan sebagai semestinya selama itu. Sampai dimana...
1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
102K 8.5K 71
Spin Off TRAVMA Kesalahpahaman di masa lalu membuat Darma ingin membalaskan dendam atas kematian sang pacar. Darma pun membentuk geng motor demi memb...
3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...