Me And The Six Prince

By Vi124444

87.5K 9.1K 115

Diandra, seorang gadis manis, pintar, ramah, senang berteman, dan tidak membeda-bedakan, bertemu dengan enam... More

1. Keep It Focus
Kritik dan Saran
2. You've changed
3. Im still here
4. The day
5. Xavier
6. Are You Still With ur Bf?
7. Im sorry goodbye
8. I like you
9. Curhat
10. About Alex & Diva
11. Pernyataan Cinta yang Pertama
12. Truth or Dare
14. Hope of a Mother
15. Jealous Girl
16. Jealous Girl (2)
17. Incident
18. Erland
19. Im Bear
20. Pria yang sedang cemburu
21. Sahabat Yang Menjadi Lawan Terbaik
22. It's Not About Love Triangle
23. Digandeng atau Digendong?
24. Touring
25. Childish
26. Poor Diandra
27. Would you be mine?
28. Perubahan Sikap
29. Meet your parents
30. Milikmu
31. Our Holiday
32. Edo
33. New life
34. Jerman dan Koma
35. When We Were 25 yo
36. It's Okay
37. Come Back
38. Dia Yang Menciptakan Jarak
39. Kesempatan
40. Pregnant
41. Meet My First Love
42. Meet your parent (2)
43. Be My Wife, Babe
44. Milikmu Seutuhnya
45. Extra Part

13. Obrolan Seorang Sahabat

1.9K 233 9
By Vi124444

13. Obrolan Seorang Sahabat

Di, bisa ketemu sebentar?

Setelah membaca pesan tersebut, Diandra menaruh handphonenya di atas buffet di sebelah tempat tidurnya. Dia tidak membalas pesan tersebut. Karena baginya, hubungannya dengan si pengirim pesan sudah selesai.

Sudah sore, Diandra masih malas untuk mandi sore. Hari ini digunakan Diandra untuk malas-malasan. Waktu liburnya masih panjang. Biasanya dia mengunjungi orang tuanya di Kalimantan, namun kali ini Diandra belum mendapatkan lampu hijau untuk berangkat kesana, karena orang tuanya juga sedang merintis bisnis baru diluar kerjaan mereka.

Tok... tok... tok...
Suara ketukan pintu membuat Diandra yang sedari tadi hanya rebahan akhirnya bangkit. Bi Piah memberitahu kalau Rivan datang.

"Minta tolong bilangin ke Rivan ya, Bi, Diandra mandi dulu sebentar."

"Baik, Non."

Setelah Bi Piah pergi, Diandra menutup pintu kamarnya dan pergi mandi.

Rivan pasti mau nanyain kejadian di puncak tiga hari yang lalu. Pikir Diandra. Sebenarnya Diandra sendiri terkejut dengan perubahan sikap Xavier padanya. Bahkan selama mereka kenal, dia belum pernah ngobrol santai dengan pria tampan itu.

Rivan mengirim pesan pada kekasihnya dan memberitahu kalau dirinya sudah mendarat di rumah sahabatnya itu. Milly yang sedang berlibur ke London dengan keluarganya itu belum membaca pesan Rivan.

Tak lama Diandra turun dari tangga dengan mengenakan kaos dan celana pendek selutut. Rambutnya yang panjang sebahu diurai.

"Tumben gak ngapel?" tanya Diandra sambil duduk di sofa di depan Rivan.

"Milly lagi liburan sekeluarga."

"Oh."

Cukup lama suasana hening, Rivan sedang menimbang-nimbang kalimat pembuka apa untuk membahas masalah di puncak tiga hari yang lalu itu.

"Kenapa? Kayak ada yang dipikirin gitu!"

"Hmmm... Di, soal..."

"Xavier?" tebak Diandra yang diangguki sahabatnya itu. "Gue juga bingung."

"Sebenernya gue juga bingung."

"Kenapa?"

"Xavier itu... gimana ya gue jelasinnya!" Rivan reflek menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu. "Gini, simpelnya Xavier itu orangnya cuek, tapi ramah, susah ditebak,"

"Cuek, ramah, susah ditebak? Ambigu banget!" Diandra spontan tertawa untuk mencairkan suasana.

"Iya, dia itu aslinya cuek sama perempuan. Tapi karna dia ganteng, banyak yang suka sama dia, ngajak dia kenalan, ngajak dia jalan, yang selalu di iya-kan, tapi abis mereka jalan, gak ada kelanjutannya lagi. Kayak angin lalu, kayak gak pernah terjadi apa-apa," setelah menyelesaikan kalimat panjangnya, Rivan mengambil gelas berisi sirup di depannya lalu meneguknya, "Bentar, gue haus!" Diandra gemas dengan perilaku sahabatnya itu, "lanjut nih ya!" Diandra mempersilahkan, "nah, perempuan-perempuan ini cantik-cantik, gaul-gaul, kekinian, hits, menggelegar!"

"Rivan!"

"Iya, lebay dikit, Di!" katanya cengengesan yang dimaklumi Diandra. "Nah, udah dua hari ini, gue kan sibuk karena Milly mau ke London, terus barusan sebelum kesini, gue iseng main ke tempat Bima, katanya Xavier aneh."

"Aneh kenapa?"

"Jadi jutek, mood swing." jawab Rivan. "Di, sebenernya yang waktu itu, awalnya gimana?"

"Kepo!"

Rivan langsung melompat ke sebelah Diandra yang langsung diserbu cubitan oleh sahabatnya itu.

"Emang kepo! Sumpah!"

"Pas gue tidur, gue kebangun karna haus, Xavier di belakang gue, terus langsung yang kayak lo liat."

"Udah?" tanya Rivan. Diandra mengangguk simpel. "Yang gue liat, kayak mau nyium lo."

"Emang!"

"Terus?"

"Terus apa?

"Kalian..."

"No! Gue gak melakukan itu ke sembarang pria!"

"Xavier bukan sembarang pria!"

"Kok lo belain dia?"

"Gue gak belain siapa-siapa." Rivan gak mau kalah. "Kalo gue jadi lo, gue pasti langsung nyosor!"

"Ih, laki-laki macem apa lo?"

"Kan kalo gue jadi lo!"

"Kenapa lo harus nyosor kalo jadi gue?"

"Ini Xavier, Di! Bukan Parjo!"

Rivan menyebut salah satu OB* di kampus mereka yang terkenal sok ganteng dan terlalu pede itu. Diandra menahan tawanya, hanya menyisakan senyuman yang masih tertahan.

"Emang Parjo kenapa?"

"Lo mau nyosor Parjo?"

"Kok jadi Parjo?"

"Ih, kok bahasnya jadi kemana-mana sih, Di?"

"Kan lo duluan!" Diandra tak mau kalah.

Rivan menyerah menghadapi sahabatnya itu. Diandra tipe orang yang susah cerita apa yang dia alami pada orang lain. Kalau pun harus cerita, dia hanya menceritakan garis besarnya.

Suasana menjadi hening, Diandra pergi ke dapur dan mengambil camilan untuk Rivan. Sebuah notifikasi pesan masuk di handphone Diandra yang dilirik oleh Rivan. Rahang Rivan mengeras melihat nama si pemilik pesan dan isinya.

Diandra baru saja menyiapkan camilan untuk Rivan dan membawanya ke ruang tamu, sahabatnya itu sudah tidak ada di tempat.

Kemana sahabatnya itu? Tidak biasanya dia pergi tanpa pamitan. Diandra spontan mengecek handphonenya di atas meja, dan terbelalak membaca pesan tersebut. Buru-buru dia keluar rumah. Dugaannya benar, Rivan membuka paksa pintu mobil sport yang berhenti di belakang mobilnya.

"Turun lo, anj*ng!"

Seorang pria tampan turun dari mobil. Raut wajahnya juga terlihat emosi. Rivan melayangkan pukulannya tepat di wajah pria itu, yang langsung di balas oleh pria itu.

"Gue emang udah lama kesel sama lo! Lo kayak pengganggu hubungan gue sama Diandra!" kata pria itu.

"Lo bangs*t, anj*ng!"

Diandra menarik lengan Rivan. Rivan yang masih emosi dan nafsu untuk melayangkan tinjunya pun melepaskan kasar lengannya.

"Rivan, Davin, udah! Kalo kalian kayak gini, gue gak mau ketemu kalian lagi. Jelas?!" tegas Diandra. Dia berbalik meninggalkan dua pria itu. Lengannya di tahan Rivan.

"Sorry, Di! Gue emosi!"

"Rivan, lo masuk!"

Perintah Diandra itu membuat Rivan semakin emosi, terlebih Davin memberikan senyum remeh padanya. Tapi dia tidak ingin mengecewakan sahabatnya lebih jauh lagi.

"Ada apa lagi, Dav?" tanyanya pelan tetapi penuh penekanan.

"Aku kangen."

"Dav, aku rasa sejak hari itu, kamu memang harus berusaha keras menahan semua rasa itu. Bahkan kamu udah gak bisa lagi selalu datengin aku hanya karna kamu kangen."

"Aku tahu."

"Aku udah menghargai pilihan kamu, sekarang kamu tolong hargai pilihan aku."

"Pilihan aku itu kamu, Di,"

Diandra tersenyum, "Mungkin kalo kamu bilang ini ke aku beberapa bulan lalu, aku masih percaya, Dav!"

"Diandra, aku bener-bener gak tahu lagi harus apa. Aku cuma mau nikah sama kamu."

Diandra tidak merespon apapun. Di umur Davin yang sekarang memang sudah memasuki waktu menikah. Diandra dan Davin memang terpaut perbedaan umur delapan tahun. Usia Davin saat ini menginjak 29 tahun.

"Kamu gak berhak bilang gitu, Dav, bener-bener gak berhak!"

"Aku tahu, Di, tapi aku bener-bener..."

"Aku minta maaf!" potong Diandra. Davin tercengang, masih diam menunggu maksud permintaan maaf Diandra. "Aku minta maaf udah menghancurkan kemauan kamu, Dav, tapi..." Diandra meraih tangan Davin. Menurut Diandra, ini dilakukannya agar hati Davin luluh, "aku gak bisa. Aku udah gak cinta lagi sama kamu."

"Bohong!" Davin menghempaskan tangannya kasar. Dia tersulut emosi. "Kamu bohong, Diandra! Dulu, kamu selalu ngerti aku, kamu selalu memahami aku, kamu selalu bilang kalo kamu cinta sama aku, kamu juga selalu bilang kalo aku masa depan kamu. Sekarang kamu tiba-tiba bilang kamu udah gak cinta? It's a bullshit!"

Diandra tersenyum lagi. Lagi-lagi wajah tenangnya itu membuat Davin semakin panik. Semakin Diandra tenang, semakin kecil harapannya untuk membujuk gadisnya itu.

"Aku... aku ngerti kamu, pahamin kamu, selalu bilang cinta sama kamu, dan bilang kalo kamu masa depan aku sebelum aku kecewa sama kamu, Dav." katanya tegar. "sekarang udah beda, aku cuma berharap kamu bisa hargai itu."

"Diandra..."

"Dav, aku rasa kayaknya kita cuma bahas masalah yang sama dengan hasil yang sama. Kamu juga baru pulang dari rumah sakit, kan? Mau mampir dulu? Aku bikinin jahe?"

Hancur! Harapan Davin hancur! Semakin dia melihat Diandra yang tegar itu, semakin dia membenci dirinya juga perempuan yang merusak hubungannya dengan Diandra.

Davin mengepalkan tangannya, memperlihatkan urat-urat tangannya. Tanpa menerima ajakan Diandra, dia pergi begitu saja dengan mobilnya.

* OB : Office Boy

* * *

Continue Reading

You'll Also Like

39.1K 4.8K 10
Baca I am Their Lovers dulu! jangan lupa vote dan follow ya~ [COMPLETE] ✨✨✨✨✨✨✨✨✨ Milky Aprillina Dwi Angelina. Gadis cantik yang menjadi satu-satuny...
1.4M 153K 26
Bagaimana jadinya jika seorang gadis cantik yang penakut dan tidak mengenal dunia malam tiba-tiba bertransmigrasi ke dalam sebuah novel romansa berju...
2K 27 1
Leodra Maheswari, seorang gadis gendut dan jelek, yang harus menikahi seorang CEO Tua karena harus menggantikan saudari tirinya. Leodra harus menggan...
19.9K 11 3
Bunga di tanah, cangkul di tangan. Hujan membasahi dirinya yang sudah tidak bernafas. Semua hanya karena dia memilih untuk mempercayai seorang yang m...