LOVESICK - NOREN

By spica01

12.8K 1.8K 241

"Lee Jeno, man, kau itu sakit cinta alias lovesick..." "Ini bukan Love-sick, tapi Love-sucks!" Noren/ Jenren... More

LOVESICK 01: Gloomy Morning and Chaotic Feeling
LOVESICK 02: Honey Black Tea and Caffe Latte
LOVESICK 03: Egg and Bacon
LOVESICK 04: Sparks and Rioters
LOVESICK 05: Apple and Cinnamon
LOVESICK 06: Birthday Party and March Baby (Part 1)
LOVESICK 07: Birthday Party and March Baby (Part 2)
LOVESICK 09: Fool and Pool (Part 2)
LOVESICK 10: So Called Dating and Slandering
LOVESICK 11: Dodo and Flamingo

LOVESICK 08: Fool and Pool (Part 1)

725 131 16
By spica01


Warn: ooc, bxb, harsh words, typos, etc

.


.

I love you

From my head

Tomatoes

(insert vegetable pun here...)

.


.


Acara berakhir pukul sepuluh malam, dan para tamu sudah hampir seluruhnya meninggalkan lokasi pesta. Termasuk Haechan, yang beralasan kalau dia harus menjemput Napoleon 'Sausage' Bonaparte, dachshund kesayangan yang sejak pagi dititipkan di rumah orang tuanya. Halah, bilang saja kalau sebenarnya dia tidak mau diperbudak Irene untuk membereskan sisa-sisa pesta, dasar manusia serba banyak alasan...

(Walaupun tubuh penuh rajahan tato dan berjiwa metal, namun mereka tetaplah anak yang berbakti pada setiap perkataan orang yang lebih tua. Para member Sugar Pain kelewat menghormati Irene, bahkan sampai memanggilnya akrab pakai sebutan eomma segala. Oleh karena itu, Jeno dan Jaemin memutuskan untuk menginap di sini, selesainya mereka membersihkan kekacauan di kebun belakang rumah Keluarga Lee.)

"Kau tahu, kurasa Chenle menyimpan rasa pada Mark." Jaemin tiba-tiba berujar, ketika Renjun khidmat mengumpulkan kaleng soda yang berserak di mana-mana. Jeno ikut berhenti menumpuk piring dan mangkuk pada satu meja, kemudian ikut mendengarkan si pemuda berambut pink bermonolog ke udara. "Kau bisa lihat pipi memerah anak itu, dan dia selalu jadi gagap bicara setiap kali berhadapan dengan leader kita." Entah sebenarnya ia bicara pada siapa, karena Jaemin kini tengah berdiri di pinggir kolam renang dengan kantong plastik besar berisi sampah dalam genggaman.

Mark menawarkan diri untuk mengantar pulang para teman Renjun ke kediaman mereka masing-masing. Dan reaksi Chenle memang terlalu berlebihan saat tawaran tersebut disampaikan. Sudah lewat dari satu jam terhitung sejak mobil Mark keluar dari garasi, dan tiga orang 'yang terpilih' mulai melakukan kerja rodi. Dan pembicaraan ngawur sejak tadi muncul silih berganti, kebanyakan tentu saja keluar dari mulut Jaemin sendiri.

Renjun memutar bola mata seraya menghela napas. Dia sudah kelewat hapal dengan tingkah para orang terdekatnya jika alkohol mulai menguasai kesadaran mereka. Gejalanya selalu sama; bicara sendirian, emosi labil bagai kapal terombang-ambing oleh badai di lautan, mendadak jadi mellow, kemudian masuk mode seratus persen galau. "Chenle hanya kagum pada Mark, lagipula dia pernah cerita padaku kalau sudah punya orang yang disukainya." Renjun lekas menghampiri Jaemin, takut kalau-kalau bassist itu terjun bebas karena tidak menyadari ada hamparan kolam di depannya.

"Eiii, siapa memang orang yang Chenle suka, utututu, apakah aku tahuuu???"

Renjun tidak menjawab pertanyaan bernada imut barusan. Dia dengan sukses merebut kantung sampah, tepat di saat Jaemin berniat membuang isinya ke atas kolam. Diraihnya lengan hoodie Jaemin, dan Renjun berniat menuntun pemuda itu masuk ke rumah lewat pintu belakang. "Kurasa kau mabuk Na. Rebahan dulu di sofa sana, minum air putih banyak-banyak, setelah itu baru mandi air hangat kalau sempat." Sebenarnya dia baru saja memapah Irene ke kamar, dan wanita itu langsung mendengkur begitu tubuhnya bertemu empuk kasur.

"Whaaa?? Kata siapa, aku tidak mabuk kok..." Jaemin mengerling seraya terkekeh senang sewaktu sebelah lengan kokohnya berusaha disampirkan pada pundak sempit pemuda yang lebih mungil.

"Ayolah Na, cooperate with me, dam*it..."

"Biar aku saja."

Renjun menengadah dari upaya membujuk Jaemin, dan mendapati Jeno sudah berdiri menjulang di depan mereka.

"Biar aku saja yang membawa Jaeminie, kau tahu sendiri seperti apa dia kalau tengah mabuk begini..."

Di bawah langit musim semi dan bermandikan cahaya artifisial dari lampu-lampu penerangan kebun belakang, mata keduanya beradu. Jeno begitu menyukai lentik bulu mata yang menyentuh pipi saat Renjun berkedip beberapa kali, sementara bibir (yang mirip squishy) itu mengerucut sebagai tanda bertanya-tanya dalam hati. Mungkin Renjun agak kaget karena diajak bicara oleh Jeno secara tiba-tiba, karena biasanya mereka akan membuka percakapan kalau hanya ada kesempatan saja-atau jika memang ada suatu hal yang mewajibkan mereka untuk bicara.

Dan Renjun baru sadar kalau wajah Jeno ternyata berubah jauh lebih mature dari terakhir ia melihatnya saat di studio foto. Ah, mungkin hanya Renjun saja yang tidak pernah menaruh perhatian berlebih pada lingkungan sekitar, selain keluarga dan kesibukan dunia kerja. Ia tidak terlalu detil memikirkan perkembangan fisik teman-teman sang kakak, dan melakukan interaksi dengan mereka laiknya relasi antar saudara.

Ya, Renjun akui kalau Jeno adalah sosok pemuda dengan fisik menarik. Tubuh tegap lengkap dengan wajah rupawan. Sebagai publik figur, hal tersebut tentu sangatlah lumrah dalam dunia bisnis hiburan. Namun ada satu hal pembeda yang menurut Renjun cukup kentara; Lee Jeno kelewat murah hati, serupa malaikat yang kepalanya berhias lingkaran halo suci. Ada hal-hal yang membekas tentang pemuda ini, dan Renjun tentu ingat pada semua hal baik yang melibatkan Jeno dalam hidupnya tanpa terkecuali.

Ada banyak hal yang membuat dia berpikir kalau Jeno sebenarnya adalah jelmaan makhluk suci dalam samaran wujud manusia bumi.

Portal-portal entertainment dunia maya selalu merilis berita baik tentangnya. Ya, sekali dua kali mungkin ada rumor yang berkata kalau dia tengah terlibat asmara, namun selebihnya hanya kabar positif yang terus mengudara. Jeno dan fanbase loyalnya sering melakukan charity bersama-sama. Terakhir Renjun dengar (setelah tur band usai), mereka menyumbang cukup besar untuk orphanage dan nursing home, bertepatan dengan hari kasih sayang yang jatuh pada Februari lalu.

Atau ada juga hal-hal kecil dan sederhana yang pernah Renjun saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Ketika Jeno dengan telaten mengajak Lord Ginger (scottish oranye milik Irene) dan Ttalgi (welsh corgi gembul kepunyaan Mark) bermain di ruang tengah rumah mereka. Atau Jeno yang dengan sukarela membantu mencuci piring-piring kotor dan membereskan kekacauan saat mereka selesai berpesta-seperti sekarang ini contohnya.

Mark juga pernah bilang kalau putra tunggal Lee Donghae itu gemar sekali menyambangi (sekaligus rajin memberi donasi) shelter binatang terlantar, tentunya jika dia punya waktu senggang.

Duh, kalau mau jujur, Renjun itu lumayan lemah pada laki-laki yang sayang binatang! Mana belum lama ini Jeno sukses mendapat izin dari keluarga untuk mengadopsi tiga kucing domestik sekaligus di apartemennya! Mau sedermawan apalagi dia, hah?!

Dan Renjun menahan keinginan untuk berkata kalau dia ingin menjumpai 'anak-anak' yang Jeno adopsi, karena hal tersebut bakalan terdengar sangat-sangat-sangat bukan Renjun sekali.

Dan kenapa juga dia bisa tahu banyak mengenai kehidupan Jeno sih? Ah, ini pasti karena Mark terlalu sering menceritakan perihal teman-temannya ketika ia pulang ke rumah untuk menghabiskan quality time bersama keluarga.

Yep, pasti karena itu.


Okay, let's back to the present time...

Jaemin berhenti melantur sejenak, dia mengerjap terburu, lalu menunjuk bergantian pada Jeno dan Renjun dengan senyum terkulum lucu. "Eiii, apa itu???"

Benak yang berkabut akibat efek alkohol malah dipaksa menyaksikan gambar imajiner yang menyeruak di sekitar mereka. Bukan sekadar bunga-bunga atau pelangi penuh warna lagi yang tercipta, melainkan dahsyatnya cahaya hasil ledakan supernova.

Ini memang bukan cerita dimana fate mate mengalami peristiwa serupa ketika mereka berjumpa untuk kali pertama. Lagipula, kalau ini cerita dimana alpha-omega bertemu, maka sudah pasti indra penciuman mereka bakal dipenuhi oleh segala macam jenis bau; dari yang manis serupa permen, sampai mengalahkan harumnya bubuk deterjen.

Jadi... ini Jaemin yang gila atau bagaimana ya??

Oke, fix, Jaemin rasa dia memang sudah gila.

"Apa sih, Na?" Renjun bertanya, ketika kedua tangan Jaemin dikibas-kibaskan ke sekeliling mereka, seolah berniat menangkap sesuatu di udara.

"Aku butaaa, aku melihat benderang cahaya surgaaa!!!"

Untuk sedetik, Jeno maupun Renjun saling berpandangan tidak mengerti. Lalu satu kekeh geli segera lolos dari mulut keduanya. Jaemin sudah masuk stage mabuk tingkat dua, dan dia harus segera ditindak, atau kalau tidak, maka dia akan berbuat hal-hal yang lebih gila.

Jeno mengambil alih Jaemin, dan mulai memapah sahabatnya itu diikuti Renjun yang mengekor di belakang.

"Kenapa kau bercahaya?? Renjunie juga... ehh, apa sih ini?! Duuh, aku tidak mengertiii!!!" Sebelah tangan Jaemin yang tidak tersampir di bahu Jeno, tiba-tiba saja merambah ke balik kaus hitam milik temannya dan mulai meraba-raba dada bidang di sana.

Nah ini dia yang paling Jeno khawatirkan kalau tadi Renjun sampai menangani Jaemin seorang diri. Jika tadi pemuda yang lebih mungil tetap nekat dan berakhir digerayangi tangan-tangan Jaemin yang penuh dosa, maka jangan salahkan Jeno kalau satu bogem mentah mungkin akan mendarat di wajah tampan sang bassist dengan sempurna.

Dan keesokan pagi, Jaemin pasti bakalan merajuk tentang bagaimana caranya ia sampai bisa mendapatkan memar buruk rupa di sebelah pipi.


.


.


Selesai diminumkan banyak air putih dan dibaringkan pada salah satu sofa ruang tengah, Jaemin langsung meringkuk dengan nyaman bagai bayi.

Jeno masih sempat mengusap kepala Ginger yang tertidur pada keranjangnya di dekat televisi. Sementara Ttalgi mungkin kini sudah terlelap di ujung kasur Mark setelah seharian mengikuti Irene kesana-kemari.

Sebelum Jeno dan Renjun berlalu untuk menyelesaikan kerja rodi yang tertunda, Jaemin masih sempat menjerit penuh waspada; "Awas ya kalian... jangan macam-macam kalau ditinggal berdua saja, tunggu sampai Mark kembaliii!! Dengar tidak, heh, anak muda?!"

Renjun hanya mengeluh dan segera menganggap kalimat itu sebagai angin lalu.


.


.


"Apa kantung-kantung ini perlu dibuang ke bak sampah?"

Kebun belakang hampir bersih dari sisa kekacauan. Renjun tidak sadar kalau kini mereka sudah berdiri bersisian di dekat kolam.

"Huh, apa?"

Jeno menunjuk pada tiga kantung besar warna hitam di dekat semak perdu. Seakan mengerti, Renjun buru-buru mengatakan kalau itu jadi tugas sang kakak nanti. "Biar Mark saja, dia belum melakukan apapun sejak tadi."

Alis Jeno naik sebelah. "Dia err, mengantarkan teman-temanmu pulang?"

"Ya, memang. Tapi dia belum melakukan pekerjaan 'berat' seperti kita."

Setelahnya Jeno hanya tertawa pelan, tidak sadar juga ketika jemari mereka kini sudah saling bersentuhan akibat berdiri bersisian. Terima kasih pada efek sedikit soju yang membuat rasa tidak percaya diri berkurang ketika dia dihadapkan pada sosok yang disayang diam-diam.

"Hei, mau berenang malam?" Renjun membalik tubuh, hingga kini ia menghadap hamparan kolam rectangular dengan air yang memantulkan cahaya lampu.

Mendengar kalimat barusan, membuat mata Jeno terbelalak tidak percaya. Sirkuit otaknya sibuk mencerna pertanyaan yang baru saja Renjun lontarkan.

Demi apa Renjun berkata begitu?? Apa dia kerasukan sesuatu??

Dan dengan pintarnya, Jeno hanya sanggup merespon ajakan tadi dengan satu silabel kata yang kebetulan sudah sampai di ujung lidahnya:


"Ha?!"


.


Tbc~


.


.


Yuhuu, saya apdet Lovesick dulu... maafkan dibagi jadi dua part lagi, en this story escalated really quick, nggak apa-apalah ya fastburn, huhuhu...

Jadi, yang Jaemin lihat itu cuma ilusi akibat soju (bisa jadi juga high tension antara Noren bener-bener greget sampai Jaemin kena efeknya, wkwk...)

Terima kasih sudah mampir, see ya, en ciaoo!!

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 86.2K 194
"Oppa", she called. "Yes, princess", seven voices replied back. It's a book about pure sibling bond. I don't own anything except the storyline.
1.3M 57.5K 104
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
1.1M 37.1K 63
π’π“π€π‘π†πˆπ‘π‹ ──── ❝i just wanna see you shine, 'cause i know you are a stargirl!❞ 𝐈𝐍 π–π‡πˆπ‚π‡ jude bellingham finally manages to shoot...
271K 8K 89
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...