A Little Like Fate || NoRen

By mxjooaa

139K 17.4K 1.8K

Ceritanya cukup ringan (mungkin). Slow burn. Super fluffy. Some smut (later). Langsung baca aja soalnya aku g... More

01. Not Even a Smile hmph!
02. An Inch Closer
03. No More Stupid Lies
04. Every Inch Counts
😆HAPPY NOREN DAYYY!!!😆
Dripping Wet | NoRen (18+)
05. Is It Normal?
06. Puppy L̶o̶v̶e̶
07. The Ideal Type
08. Thump! Thump!
09. The Bravery
10. The Good Kind of Thrill
12. Indirect Kiss?
13. I Want to Get Closer
14. A Special Birthday Present
15. The Observer
16. Mini Hotpack, Renjun. [ Part 1 ]
17. Mini Hotpack, Renjun. [ Part 2 ]
18. More Than Enough
19. Fück Boba
20. The So Called Date
21. I'm Serious.
22. Paboya!
23. Fucked Up
24. Take It Slow
25. Don't Go Anywhere
26. Late Night Dive
27. Better
28. Keep It as Secret
Hi!!
29. As Long As You're Happy
30. And I Choose You
hi!!
31. A Bitter Truth
32. Please, look at me

11. Stay Over

3.2K 573 48
By mxjooaa

It was instinctive,
the way I fell for you.
Like an effortless
intake of breath.

- Josh Walker

***

Renjun mengeringkan rambut sambil sesekali melirik sekitarnya. Film horor yang ia tonton bersama teman-temannya tadi masih terus terbayang di dalam kepalanya. Saking takutnya Renjun bahkan tidak berani memejamkan mata saat membilas rambut tadi. Inilah hal yang paling tidak ia suka dari film horor, the aftereffects. Selama beberapa hari ke depan ia akan tetap seperti ini. Apa lagi ia selalu sendiri saat malam karena Haechan baru pulang kerja pagi buta. Tsk.

Renjun mematikan sebentar hair dryer-nya untuk mencari sisir, dan saat suasana kamarnya kembali hening, ia mendengar suara ketukan-ketukan oleh benda runcing di kaca jendelanya. Renjun dengan cepat membalikkan tubuhnya tapi ia tidak mendapati apapun di luar jendelanya. Tidak mungkin jika ada seseorang yang mengetuk dari luar karena ia ada di lantai 7.

Jantung Renjun berdetak semakin kencang, tangannya mulai dingin, ia merasa tidak nyaman, namun ia masih tetap berusaha menepis pemikiran negatifnya. Mungkin ia hanya salah dengar, mungkin ini hanya efek dari rasa takutnya setelah menonton film tadi, mungkin....

Tuk! Tuk!

Renjun kembali mendengar suara di kaca jendelanya dan tanpa berbalik ia segera berlari keluar dari kamarnya menuju kamar Jeno dan Jaemin. Dengan panik ia membuka kamar mereka lalu masuk dan menutupnya dengan cepat. Jaemin yang baru saja menutup mata dan Jeno yang tengah naik tangga kecil menuju ranjang atas sontak terkejut mendapati Renjun memasuki kamar mereka dengan sangat panik.

"Ada apa Renjun-ah? Apa ada pencuri?" dugaan pertama Jeno sudah pasti pencuri, namun Renjun menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia kembali turun dan menghampiri Renjun untuk menenangkannya. Jaemin yang penasaran juga bangkit dari posisinya semula.

"Ada hantu," suara Renjun sedikit bergetar karena rasa takut,"Ada hantu di kamarku."

"Hantu?" Jeno menaikkan kedua alisnya. Sejujurnya ia cukup skeptis dengan hal-hal seperti hantu dan alien, tapi ia tidak sampai hati untuk tertawa karena Renjun terlihat sangat ketakutan.

"Mungkin itu hanya perasaanmu Renjun-ah, karena kita baru saja menonton film horor," ucap Jaemin untuk menenangkan Renjun.

"Awalnya kupikir juga begitu, tapi tiba-tiba ada suara ketukan lagi di kaca jendelaku," Renjun masih bersikeras karena ia benar-benar yakin itu hantu.

"Ketukan di jendela? Yaa, jangan-jangan itu memang pencuri," kali ini Jeno terdengar cukup panik. Ia segera mencari tongkat baseball yang diberikan Mark sebagai kenang-kenangan untuk berjaga-jaga. Jaemin juga segera bangkit dari ranjangnya untuk memeriksa kamar Renjun. Ketiganya kembali ke kamar Renjun bersama-sama dengan posisi Jeno dan Jaemin berada di depan sebagai tameng bagi Renjun.

Saat mereka memasuki kamar Renjun suasananya sangat hening. Jendelanya juga masih tertutup rapat dan terkunci dari dalam. Tidak ada tanda-tanda orang masuk secara paksa. Jeno dan Jaemin mengendap-endap menuju jendela, tangan Jeno sudah menggenggam erat tongkat baseballnya, dan tiba-tiba suara itu kembali terdengar.

Tuk! Tuk! Tuk!

Renjun menahan nafas untuk tidak berteriak sambil menggenggam erat T-shirt Jeno, sedangkan Jeno dan Jaemin tiba-tiba tertawa.

"Renjun-ah, yaa, kau benar-benar harus melihat hantunya," ucap Jeno sambil berusaha meraih tangan Renjun. Renjun merasa bingung mengapa Jeno dan Jaemin malah tertawa, jadi ia memberanikan diri untuk mengintip dari balik bahu Jeno.

Tuk! Tuk! Tuk!

Seketika Renjun bernafas lega saat mendapati beberapa ruas ranting tertiup angin mengetuk-ketuk kaca jendelanya. Jadi tadi itu hanya ranting huh?

"Tidak ada hantu, Renjun-ah, ini hanya baby Groot yang sudah dewasa," ucap Jaemin setelah ia puas tertawa.

"Ah, benar. Haha," Renjun tertawa garing untuk menutupi rasa malunya.

"Kau bisa tidur sekarang, tidak akan ada hantu di sini," ucap Jeno yang kemudian emnenteng kembali tongkat baseballnya bersiap untuk pergi.

"Benar, benar, tidak ada hantu," imbuh Jaemin.

Renjun masih tidak yakin bisa tidur setelah ini. Ia tidak akan nyaman tidur sendiri dengan suara ketukan-ketukan menyeramkan di jendelanya. Ya walaupun ia tahu itu hanya ranting tapi tetap saja.

"Uh, apa aku boleh tidur bersama kalian? Aku tidak berani tidur sendiri," ucap Renjun lirih. Jemari mungilnya bermain-main dengan ujung T-shirtnya. Sebenarnya ia malu mengatakan ini tapi ia benar-benar takut tidur sendiri.

"Boleh. Kau bisa tidur bersama Jeno di ranjangnya karena aku tidak bisa diam saat tidur," jawab Jaemin spontan yang mendapat sikuan dari Jeno. Tidur bersama Renjun di ranjang sempitnya tentu saja itu tawaran yang menggiurkan tapi Jeno tidak akan berani mengambilnya karena itu sangat berbahaya untuk Renjun. Ahem.

Renjun terdengar tidak keberatan dengan tawaran Jaemin jadi ia segera menatap Jeno untuk meminta izin,"Uh, Jeno-ya..."

"Jangan!"

"Huh?" Renjun tidak bisa menutupi kekecewaannya. Mau tidak mau sepertinya ia harus meminta tolong pada Chenle dan Jisung.

"Maksudku, biar aku saja yang menginap di sini. Aku akan tidur di ranjang Haechan, kau tidurlah di ranjangmu," terang Jeno yang membuat Renjun lega seketika. Yang jelas ia tidak akan tidur sendiri.

"Boohoo! Kau benar-benar membosankan Jeno-ya," ucap Jaemin kecewa sambil berjalan keluar dari kamar Renjun menuju kamarnya. Sekarang hanya tinggal Renjun dan Jeno.

"Kau yakin ingin tidur di ranjang Haechan. Kau bisa mengambil ranjang atas kalau kau mau Jeno-ya."

"Tidak, tidak, aku tidak masalah," ucap Jeno yang kemudian duduk di ranjang Haechan,"Rambutmu masih setengah basah, apa kau sedang mengeringkan rambutmu tadi?"

"Mhm. Aku mendengar suara itu saat mematikan hair dryer untuk mencari sisir," terang Renjun yang membuat Jeno terkekeh. Laki-laki mungil itu kembali berdiri di depan kaca yang tergantung di dinding dan mulai menyalakan kembali hair dryer-nya.

Jeno hanya mengamati Renjun dalam diam. Outfit tidur Renjun hari ini adalah oversized white tee yang panjangnya hampir mencapai setengah pahanya dan juga celana pendek yang tertelan T-shirtnya, membuat Renjun terlihat seperti hanya mengenakan T-shirt longgar tanpa apapun di bawahnya. Jeno menelan ludahnya. Ia berusaha memalingkan wajahnya, namun tidak lama matanya kembali mengamati Renjun. Kali ini tatapannya turun pada paha dan betisnya. Kaki Renjun sangat ramping dan bahkan kau tidak akan mendapati otot-otot menonjol seperti halnya kaki laki-laki pada umumnya. Jeno juga mempertanyakan keberadaan bulu kaki Renjun. Kaki Renjun pasti terasa lembut, seandainya ia bisa menyentuh sebentar saja.

Fuck.

Jeno merasa sedikit bersalah karena pikiran kotor kembali memenuhi kepalanya. This is completely uncalled for. Ya, ia menyukai Renjun dan ia masih sangat muda jadi wajar saja muncul pemikiran kotor seperti itu, tapi ia tidak ingin terlalu terpengaruh oleh nafsu saja. Ia harus belajar untuk mengendalikan diri dan pikirannya.

"Apa tema kita malam ini couple tee?" tanya Renjun sambil terkekeh, ia masih tetap dalam posisinya memunggungi Jeno dan hanya menatapnya dari pantulan cermin. Jeno mengenakan T-shirt putih tanpa lengan dari brand yang sama dengan T-shirt longgar yang dikenakan Renjun, untuk bawahannya ia juga mengenakan celana pendek tapi tidak sependek celana Renjun, celana yang dikenakan Jeno masih mencapai bagian atas lututnya.

"Aku juga memakai celana pendek hitam," imbuh Renjun sambil mengangkat ujung T-shirt bagian belakangnya, menampakkan celana pendek sedikit ketat yang ia kenakan. Well, itu benar-benar pendek, Jeno tidak bisa mengarahkan matanya ke tempat lain, selain pantat Renjun.
Damn. Padahal baru saja ia berpikir mengenai pengendalian diri tapi lihat dirinya sekarang.

"Oh...ya, kau benar. Kita terlihat seperti pasangan," jawab Jeno dengan senyum kikuk. Mendengar penuturan Jeno, Renjun sedikit berbalik untuk menatapnya kemudian tertawa.

"Kita seperti pasangan?" ucapnya mengulangi ucapan Jeno sambil masih terkekeh,"Kau benar."

Jeno menggigit bibir untuk menahan agar senyumnya tidak terlalu lebar. Mendengar Renjun mengulangi pernyataannya membuat Jeno membayangkan mereka benar-benar berada dalam situasi tersebut. Menjadi pasangan dan tinggal di kamar yang sama....sigh. Hanya membayangkan tidak akan membantunya sama sekali.

"Aku akan mematikan lampu," ucap Renjun sambil menggulung kabel hair dryer-nya. Rambutnya kini terlihat lebih fluffy setelah kering dan melihatnya saja membuat Jeno ingin membelainya.

"Okay," Jeno mulai membaringkan tubuhnya dan bersiap untuk tidur. Matanya sama sekali tidak meninggalkan Renjun sampai lampu dimatikan dan ia tidak bisa melihat apapun. Kini ia hanya menajamkan telinga untuk mendengar setiap hal kecil yang dilakukan Renjun.

Setelah naik ke atas ranjang, Renjun segera menarik selimutnya sampai di bawah dagu. Ia juga memastikan kaki atau lengannya tidak mencuat keluar dari dalam selimut karena ia tidak ingin jika saat tidur nanti tiba-tiba ada tangan misterius yang merabanya. Membayangkannya saja membuat Renjun merinding. Ia menutup matanya rapat-rapat agar kantuk segera datang. Setelah beberapa saat ia tidak mengantuk sama sekali, padahal saat pulang kerja tadi ia merasa benar-benar mengantuk dan ingin segera tidur. Renjun mengganti posisinya menghadap tembok lalu kembali memejamkan matanya, berharap bisa segera terlelap, namun sepertinya tidak berhasil. Matanya masih terasa segar.

Tuk! Tuk! Tuk!

Renjun tahu itu suara ranting tapi tetap saja ia masih merasa takut. Ia masih ingat adegan saat tokoh dalam film tadi berlindung di dalam kabin di tengah hutan, ada suara ketukan di kaca jendelanya sebelum kemudian berubah menjadi suara cakaran di tembok dan diikuti suara tawa yang menyeramkan. Sial. Renjun bahkan masih ingat jelas bagaimana wajah hantunya, sekarang ia jadi semakin takut. Apa lagi suasana kamarnya gelap gulita.

Renjun kembali merubah posisinya menjadi terlentang, menyebabkan suara decitan kecil dari ranjangnya. Ia menatap langit-langit kamarnya dalam gelap, matanya sudah mulai terbiasa jadi ia bisa melihat walaupun tidak terlalu jelas.

Tuk! Tuk! Tuk!

Ia tiba-tiba teringat bagaimana hantu dalam film tersebut merangkak di langit-langit rumah tokoh utama dengan posisi terbalik. Renjun jadi ingin menangis, kenapa di saat-saat seperti ini malah ingatannya semakin jelas. Ia menyesal dan bersumpah untuk tidak menonton film horor lagi.

"Renjun-ah kau tidak bisa tidur?" suara parau Jeno memecah keheningan yang hari itu sangat dibenci Renjun. Mendengar suara Jeno tentu saja membuatnya merasa lega.

"Jeno-ya, bisa minta tolong nyalakan lampunya?" suara Renjun terdengar sedikit bergetar. Jeno segera bangkit dan menyalakan lampu kamar. Ia mendapati Renjun mengubur diri di bawah selimutnya dengan wajah tegang.

"Kau baik-baik saja?"

"Mhm. Aku hanya tidak ingin tidur dalam gelap malam ini. Maaf sudah membangunkanmu."

"Tidak masalah. Apa kau tidak bisa tidur?"

Renjun menggelengkan kepalanya,"Aku tiba-tiba teringat wajah hantu di film tadi."

Jeno tidak bisa menahan senyum mendengarnya,"Mau menonton video lain agar kau bisa sedikit melupakan hantunya? Aku akan menemanimu."

Renjun kembali menggeleng,"Ini sudah malam dan kau harus tidur. Kau ada latihan pagi besok."

"Tidak masalah, aku bisa bangun pagi. Turunlah," ucap Jeno yang kemudian kembali ke ranjang bawah. Renjun mempertimbangkan tawaran Jeno sejenak. Ia merasa tidak enak tapi juga ia ingin mencari pengalihan dengan ditemani Jeno.

"Huang Renjun-ssi?" panggil Jeno dari ranjang bawah.

Tuk! Tuk!

Ergh whatever, Jeno sendiri tidak terlihat keberatan kan? Renjun meraih ponsel dan selimutnya kemudian turun menyusul Jeno.
Jeno duduk di ranjang Haechan dengan posisi bersandar pada tembok dan Renjun duduk menempel di sampingnya dengan posisi melipat kaki di depan dada.

"Kau ingin menonton video apa?" tanya Renjun sambil membuka Youtube.

"Terserah kah saja, aku akan menonton apapun."

"Okay!" Renjun membuka kompilasi video kucing dan anjing. Ia pikir dengan melihat kelucuan mereka ia akan segera lupa wajah hantu di film tadi.

Saat Renjun fokus dengan videonya, yang terjadi pada Jeno malah sebaliknya. Ia sama sekali tidak bisa fokus. Sesekali Jeno melirik pada Renjun. Mereka menonton video dari ponsel, hal itu tentu saja membuat tubuh mereka benar-benar menempel, lengannya bersentuhan langsung dengan lengan Renjun. Dari jarak sedekat ini Jeno bisa mencium wangi shampo dan sabun yang Renjun gunakan.

Setiap kali Renjun tertawa karena tingkah hewan dalam video, Jeno ikut tersenyum menatapnya. Mata Renjun sangat cantik, saat tertawa ia juga terlihat cantik, bahkan saat bingung pun dia juga terlihat cantik. Tidak peduli apapun yang dia lakukan, Renjun selalu cantik di mata Jeno.

"Jeno-ya, lain kali aku ingin bertemu kucingmu," ucap Renjun sambil sedikit melirik Jeno.

"Kucingku?"

"Mhm. Hari ini aku bertemu kucing milik Ten hyung dan Johnny hyung, mereka sangat menggemaskan, jadi aku teringat pada kucingmu."

"Aku akan membawamu bertemu dengan mereka lain kali," jawaban Jeno tentu saja membuat Renjun tersenyum puas. Mereka kembali fokus pada video yang diputar, setelah habis mereka akan memutar video lain yang juga berisi hewan-hewan.

Malam semakin larut saat ponsel Renjun tiba-tiba jatuh di pangkuan Jeno. Renjun kembali mengambilnya tapi tidak lama kemudian ponsel di tangannya perlahan kembali terjatuh. Jeno dengan sigap menahannya, membuatnya berpegangan dengan tangan Renjun.

"Sepertinya aku mulai mengantuk," ucap Renjun lirih,"Tunggu sebentar lagi, ya."

"Mhm," Jeno terlalu gugup untuk menjawab lebih banyak. Tangan besarnya kini membungkus tangan Renjun yang lebih kecil. Perlahan, sangat perlahan, Jeno bisa merasakan kepala Renjun mulai bersandar di bahunya. Posisi mereka saat ini membuat jantung Jeno berdetak lebih cepat. Bayangkan saja, ia ada di ranjang bersama orang yang ia sukai, duduk saling menempel, tangannya memegang tangan Renjun, dan kepala Renjun bersandar nyaman pada bahunya.
Ponsel Renjun kembali jatuh di pangkuan Jeno namun tangan Jeno tetap memegang tangan Renjun.

"Renjun-ah? Huang Renjun?" Renjun sama sekali tidak menjawab panggilan Jeno. Ia sudah sangat mengantuk saat pulang tadi tapi rasa takut membuatnya terpaksa menahan kantuk. Setelah Jeno menemaninya ia merasa lebih aman jadi ia bisa tertidur lebih cepat.

Jeno menelan ludah, tangannya yang masih memegang tangan Renjun kini perlahan menggenggamnya, berusaha selembut mungkin agar tidak membangunkan Renjun. Jeno memainkan jemari mungil Renjun dengan jari-jari panjangnya. Ia tidak bisa menahan senyum melihat betapa Renjun sangat menggemaskan. Ia kembali melirik kepala Renjun yang tersandar di bahunya, lalu tatapannya turun pada bahu sempit yang kini bergerak naik turun seiring dengan hembusan nafas Renjun. Dengan posisi tidur seperti itu bagian atas T-shirt longgar Renjun tentu saja sedikit terbuka mengizinkan Jeno melihat cukup jauh ke dalam. Jujur saja, insting Jeno membuatnya tidak ingin mengalihkan pandangan dari dada mulus Renjun, namun rasionalitas seakan menamparnya cukup keras hingga ia memalingkan wajahnya. Tidak seharusnya ia bersikap seperti itu.

Jeno menggigit bibirnya lalu menghela nafas. Kalau bisa ia tidak ingin berubah posisi, ia ingin mereka tetap seperti ini sampai pagi. Tapi ia tahu betul efek yang akan ia dapatkan jika terlalu lama dalam posisi ini. Ia tidak yakin bisa mengendalikan dirinya.

Dengan berat hati ia membantu Renjun untuk berbaring di ranjang Haechan. Sebelum menutupi tubuhnya dengan selimut, Jeno tidak bisa menahan diri untuk menatap betis ramping Renjun hingga pahanya. Jeno hanya bisa mengumpat dalam hati lalu dengan cepat menutup tubuh Renjun dengan selimut yang tadi dibawanya. Jeno menatap wajah Renjun yang tengah terlelap, dia sangat cantik untuk ukuran laki-laki dan wajahnya sama sekali tidak pernah membuat Jeno bosan. Renjun selalu memiliki banyak ekspresi wajah yang menggemaskan, tapi wajah datarnya saat tidur pun membuat Jeno ingin menatapnya lebih lama.

"Aku bersikap seperti orang mesum," gumam Jeno merutuki dirinya sendiri sebelum kemudian naik ke atas ranjang Renjun agar pikirannya segera tenang. Namun ia salah. Di ranjang Renjun ia bisa mencium aroma Renjun sangat kuat, seolah Renjun tengah tidur di sampingnya.
Damn it! Jeno tidak yakin ia bisa tidur lelap malam ini.

Continue Reading

You'll Also Like

405K 41.1K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
113K 9.3K 86
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
551K 28.7K 37
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR NYA DULU YA GUYSS.. ~bagaimana ketika seorang perempuan bertransmigrasi ke tubuh seorang perempuan yang memili...
17.1K 4.6K 26
Rindu Rembulan terancam drop out jika tidak menyelesaikan tugas akhirnya semester ini. Di tengah tekanan proses tugas akhir, kekasihnya tewas dalam k...