2. You've changed
Sesosok wanita cantik dan modis langsung bangkit ketika melihat Diandra dan Gio datang. Dia tersenyum sambil menyambar Diandra. Setelah Diva memesan sesuatu untuk mereka berdua, dia langsung to the point membahas rencana surprise untuk Rivan.
Diandra dan Gio yang mendengar rencana yang di jabarkan Diva dengan bersemangat hanya mengangguk-angguk karena mereka menganggap diri mereka hanya sebagai tim hore di rencana ini.
Bahkan Diandra pikiran Diandra melambung jauh. Apakah Diva salah satu perempuan yang naksir Rivan? Karena biasanya mereka akan sangat bersemangat untuk menarik perhatian pria pujaannya di hari ulang tahunnya. Tapi kan Diva harusnya tahu kalau Rivan itu bucin banget sama Milly.
Dan mereka masih disini, setelah kenyang dengan makanan dan pembahasan yang menurut Diandra dan Gio "lu atur aja deh", Diva mengajak Diandra dan Gio wefie.
"Lo balik ke arah mana, Di? Gue anter yuk!" Diva menawarkan Diandra yang membuat Diandra dan Gio tercengang. Biasanya yang bersemangat nganterin Diandra pulang itu laki-laki, kenapa ini perempuan.
Diandra tersenyum, "Eh gak usah, Div, gue bawa mobil kok!"
"Parkir dimana?"
"Di gedung E"
"Yaudah bareng yuk, gue juga mau ke kantin, ketemu anak-anak,"
Anak-anak yang dimaksud Diva adalah The Six Prince. Diva memang dekat dengan The Six Prince, bukan karena dia adalah salah satu dari pacar The Six Prince, tapi dia adalah perempuan yang termasuk kalangan The Six Prince, terlebih mereka satu jurusan.
* * *
Melihat Diva yang berjalan ke arah mereka setelah berpisah dengan Diandra dan laki-laki yang bersama Diandra, Diva pun diserbu pertanyaan.
"Lah, Div, lu kenal sama temennya Rivan?"
"Eh lu abis ngapain sama temennya Rivan?"
"Kok gak sekalian diajak kesini, Div? Kan kita pengen kenalan juga?"
Yang paling seru diantara mereka adalah Erland dan Bima. Tentu saja Rivan dan Milly sudah menghilang dari perkumpulan mereka. Sesekali Xavier ikutan nimbrung, sedangkan Alex dan Edo terlihat cuek dan hanya memandangi gadget mereka.
"Iya tadi gue abis ketemuan sama Diandra sama Gio, terkait Rivan yang sebentar lagi ulang tahun. Kan kita udah biasa ngasih surprise, tapi mungkin bakalan lebih seru lagi kalo Diandra dan Gio kita ajak. Gimana? Setuju gak?"
"Setuju dong!"
"Inisiatif sekali anda!"
"Masih ngarepin Rivan lu, Div? Move on!" kali ini Alex nimbrung.
Diva tertawa, "Gue udah move on kok! Kan sekarang sukanya sama lo, Lex, tapi lo gak peka, males gue," kata-kata Diva membuat Alex bungkam. Diva tertawa lagi, "becanda, Lex,"
* * *
Seperti yang kalian tahu ritual perempuan yang menyetir mobil sendiri itu banyak banget. Masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin mobil, menghidupkan AC, mengeluarkan gadget dari dalam tas, dalam kasus Diandra di tambah lagi memasang headshet bluetooth untuk menelepon kekasihnya tersayang, membuka sepatunya, mengatur tempat duduk ternyaman untuk menyetir, dan memasang seatbelt.
Nada sambung terdengar di telinga Diandra. Orang disebrang telepon masih belum mengangkat. Baru saja Diandra ingin mengakhiri sambungan tiba-tiba orang disebrang menerima sambungan.
"Halo, Di?"
"Davin, gimana? Operasinya udah selesai?"
"Udah, baru aja,"
Davin. Kekasih Diandra. Seorang dokter kandungan. Mereka sudah menjalin kasih selama tiga tahun sebelum Diandra masuk kuliah. Mereka tinggal di real estate yang sama, namun mereka jarang bertemu. Lagi-lagi kesibukan mereka dan jadwal mereka yang bentrok membuat mereka jarang bertemu.
"Di, aku laper banget, mau makan dulu di kantin, nanti aku telfon lagi ya,"
"Oke deh, bye, Dav,"
"Bye, Di,"
Diandra memaksakan diri tersenyum.
Aku ada operasi jam 11 ya
Masih terngiang di pikiran Diandra pesan singkat Davin hari ini. Hanya itu. Davin berbeda dari hari ke hari. Itu yang Diandra rasakan. Memang jadwal Davin yang adalah dokter itu pasti hanya mempunyai waktu yang sedikit untuk Diandra, Diandra sangat tahu dan paham akan itu. Dulu sesibuk apapun mereka, mereka selalu menyempatkan diri untuk berbagi cerita, apapun itu. Namun semakin kesini, hal itu semakin jarang dan sekarang sudah tidak pernah.
Ingin mengeluh, Diandra sangat ingin. Namun hal yang paling buruk ketika Diandra mengeluhkan perbedaan sifat Davin dari hari ke hari justru akan membuat hubungan mereka berdua makin buruk. Oleh karena itu keputusan Diandra untuk menyita waktu dengan mengajar privat dan part time adalah keputusan yang benar.
* * *
"Re, Kak Di ngasih kamu beberapa soal yang mirip-mirip kaya gini, kamu tolong kerjain ya. Nanti kalo masih bingung kamu tanya aja, kalo bisa bener semua berarti Kak Di anggap kamu udah paham ya," ujar Diandra pada Rere salah satu murid privatnya.
Selagi menunggu Rere mengerjakan soal, Diandra menunggu Davin menghubunginya, namun sia-sia. Sampai suara bel membuyarkan lamunannya.
"Kak Di, tolong bukain pintu ya, kayaknya itu Mas Edo deh," pinta Rere.
Diandra mengangguk sambil tersenyum. Betapa kagetnya Diandra mendapat serbuan pelukan dari tamu yang bernama Mas Edo itu.
"Rereeee! Mas Edo kangeeen!!"
Diandra diam mematung, menunggu si pemilik pelukan melepaskan pelukannya. Sadar postur tubuh yang dipeluknya berbeda dengan Rere, Mas Edo melepaskan pelukannya. Melihat Diandra yang masih diam mematung.
"Diandra?!"
Diandra mengerutkan kening ketika mendengar Mas Edo ini tahu namanya.
"Sorry?"
"Eh sorry ya, gue pikir tadi Rere. Gue kangen banget sama sepupu tergemas gue. Lu Diandra ya?" katanya. Diandra mengangguk, "gue Edo, temennya Rivan di kampus,"
"Ooooh, hai!"
"Lu disini..."
"Oh, kebetulan gue guru privat Rere, dia masih belajar di dalem,"
Edo mengerutkan kening, "Kok gue baru tahu ya kalo lu guru privatnya Rere?" Edo masih heran, Diandra mengangkat bahu pertanda tidak tahu.
"Ya karena Mas Edo udah seribu purnama gak kesini!" sindir Rere yang menyusul dari dalam.
Edo nyengir kuda, memberikan bingkisan kepada Rere, "Itu titipan Bude buat Mama kamu," Rere menerima bingkisan Edo setengah ikhlas karena masih mengharapkan sesuatu, Edo tersenyum mengerti maksud Rere, "nah kalo ini voucer belanja buat kamu." lanjutnya. Rere langsung sumringah.
"Makasih Mas Edo!" teriaknya. Rere langsung menggandeng tangan Edo masuk ke dalam, diikuti dengan Diandra.
"Mas Edo bantuin aku ngerjain soal yang dikasih Kak Di ya, susah banget nih!"
Diandra melirik kertas soal yang sudah dikerjakan Rere, tinggal satu nomor lagi yang belum dikerjakan, namun soal yang sudah dikerjakan Rere hasilnya benar semua.
Diandra tersenyum, "Susahnya dimana,Re? Itu tinggal satu soal lagi yang belum kamu kerjain, sisanya bener semua," Edo tersenyum mendengar ucapan Diandra sambil mengacak-acak rambut Rere. "yaudah, Re, Kak Di anggap kamu udah paham materi yang ini ya. Belajarnya hari ini sampai sini dulu, kita ketemu lagi lusa ya."
"Oke, Kak, makasih buat hari ini ya,"
"Sama-sama, Kak Di pamit ya," Diandra sambil merapihkan tasnya, "Edo, gue duluan ya."
"Eh bareng aja, Di, gue juga mau balik sih!"
"Mas Edo kok buru-buru banget?"
"Mas Edo mau siap-siap futsal,"
"Rere boleh ikut gak?"
"Gak boleh, nanti kamu di modusin sama temen-temen Mas Edo, Mas Edo gak rela!"
"Yah, yaudah deh, hati-hati ya, Mas Edo, Kak Diandra,"
"Eh, Di, gue boleh minta kontak lu gak?" Edo langsung panik ketika melihat ternyata Diandra membawa kendaraan sendiri itu langsung meminta kontak Diandra.
"Untuk?"
"Diva udah bilang kan sama lu soal ulang tahun Rivan? Ya kali aja butuh,"
Diandra langsung mengambil handphone Edo dan mengetik nomornya. Sesekali Edo mencuri-curi kesempatan memandang Diandra. Manis juga.
"Yaudah kalo gitu gue duluan ya, nanti berkabar aja,"
"Oke deh, hati-hati, Di,"
Edo masih senyum-senyum di dalam mobilnya. Melihat Diandra ada di rumah Rere, Edo langsung terkejut, apalagi dia tanpa sengaja langsung memeluk Diandra. Tapi ketika tahu bahwa Diandra adalah guru privat sepupu tersayangnya yang terkenal judes itu, ditambah lagi Diandra bisa menaklukan sifat Rere itu, menjadi nilai plus sendiri. Ditambah Diandra manis dan ramah.
"Diandra tuh bucin banget sama cowoknya,"
Teringar kata-kata Milly dikantin tadi siang. Edo tersenyum, jodoh siapa yang tahu.
* * *