Dersik

By khanifahda

758K 94.4K 6.6K

Hutan, senjata, spionase, dan kawannya adalah hal mutlak yang akan selalu melingkupi hidupku. Namun tidak se... More

Peta
Khatulistiwa
Proyeksi
Kontur
Skala
Topografi
Distorsi
Spasial
Meridian
Citra
Evaporasi
Kondensasi
Adveksi
Presipitasi
Infiltrasi
Limpasan
Perkolasi
Ablasi
Akuifer
Intersepsi
Dendritik
Rektangular
Radial Sentrifugal
Radial Sentripetal
Annular
Trellis
Pinnate
Konsekuen
Resekuen
Subsekuen
Obsekuen
Insekuen
Superposed
Anteseden
Symmetric Fold
Asymmetric Fold
Isoclinal Fold
Overturned Fold
Overthrust
Drag fold
En enchelon fold
Culmination
Synclinorium
Anticlinorium
Antiklin
Sinklin
Limb
Axial Surface
Crest
Through
Delta
Meander
Braided Stream
Oxbow Lake
Bar Deposit
Alluvial Fan
Backswamp
Natural Levee
Flood Plain
Horst
"Graben"

Axial Plane

10.9K 1.4K 68
By khanifahda

Axial Plane ialah suatu bidang yang memotong puncak suatu lipatan. Karena perpotongan tersebut maka bagian samping dari suatu lipatan menjadi kurang simetris.
.
.

Kata orang, sekali-kali kita harus menghabiskan waktu sendiri tanpa orang lain. Misalnya saja jalan-jalan seorang diri, makan sendiri, nonton film sendiri dan lain sebagainya. Hal itu melatih agar kita tak selalu bergantung pada orang lain. Sendiri membuat kita sadar bahwa tak ada yang namanya abadi di dunia ini. Kita lahir seorang diri dan kembali dengan membawa diri kita masing-masing. Kawan saja bisa jadi lawan, lalu apa yang bisa diharapkan secara lebih? Belajarlah untuk terbiasa mandiri sebelum kita bergantung pada orang lain yang bisa saja menorehkan kecewa kepada kita.

Seperti halnya Gayatri yang sekarang menikmati me time setelah menjalani serangkaian kegiatan yang cukup menguras pikirannya di semester 7 yang penuh dengan perjuangan ini. Dirinya juga sudah menjalani KKN kelas karyawan. Tinggal skripsi untuk memperoleh gelar sarjana sains.

Seperti sekarang ini, Gayatri lebih memilih jalan sendiri ke mall dan menikmati makanan di salah satu kedai ayam cepat saji. Banyak yang membawa pasangannya, tetapi Gayatri tidak peduli dan tetap menikmati waktunya itu. Setelah makan, gadis itu memilih menonton film bioskop. Sengaja ia sendiri karena ingin merasakan me time yang menurutnya sangat berharga itu.

Gayatri memilih film drama action luar sebagai tontonannya kali ini. Ia suka dengan drama yang di produksi oleh Warner Bros. Tapi bagi Gayatri, produksi film Hollywood memang patut diacungi jempol.

Ketika di bioskop, kembali lagi Gayatri harus melihat pasangan muda mudi yang berpacaran. Matanya beberapa kali tercemar dengan adegan ala-ala pacaran yang membuatnya jengah. Gadis itu berdecak, mengapa bioskop dijadikan tempat semacam itu? Padahal bagi Gayatri bioskop adalah tempat paling tepat untuk melepas penat dari hiruk pikuk ibu kota setelah sebulan penuh berkutat dengan pekerjaan yang melelahkan.

Dari awal film diputar hingga habis, Gayatri tetap tenang di tempatnya. Gadis itu menikmati adegan demi adegan yang luar biasa itu. Berkali-kali ia juga pernah merasakan sendiri dan ini ia menonton film dengan genre yang sama, tetapi Gayatri tak pernah bosan. Baginya menonton film lebih terasa tegang ketimbang melaksanakan sendiri. Ketika merasakan secara nyata, Gayatri hanya merasa jika ia harus menuntaskan misinya itu dengan cepat dan akurat, selain itu, tak ada. Paling akan terdesak ketika lawan sama-sama mempunyai senjata tajam yang seimbang.

Setelah selesai menonton bioskop, gadis itu memilih untuk membeli es krim yang berada tak jauh dari bioskop. Setelah mendapatkan  pesanannya, Gayatri memilih duduk di kursi yang disediakan oleh pihak mall. Biasanya kursi tersebut banyak diisi oleh keluarga maupun pasangan.

Kemudian pikiran Gayatri melayang pada Raksa yang sudah hampir 6 bulan belum pulang. Laki-laki itu mendapatkan tugas tambahan di Papua. Rencana yang seharusnya hanya 3 bulan kini diperpanjang hingga satu tahun lamanya. Kaget? Pastinya. Gayatri hanya bisa menerima. Sepanjang Raksa di Papua, ia jarang berkomunikasi dengan laki-laki itu karena terkendala sinyal dan kesibukan masing-masing. Meskipun demikian, minimal mereka juga saling memberikan kabar seminggu sekali, itupun hanya sebentar saja. Namun suatu ketika dalam waktu sebulan mereka juga pernah tak berhubungan sama sekali karena keadaan yang belum kondusif di Papua.

Getaran gawainya membuyarkan lamunan Gayatri. Segera gadis itu melihat siapa yang mengiriminya pesan.

"Hai, bagaimana kabarmu?"

Perlahan senyum Gayatri muncul. Setelah hampir 2 minggu tak bersua, Raksa akhirnya mengirimi pesan di siang hari ini.

"Jangan telepon ya? Jaringannya belum mendukung sepenuhnya. Kalau pakai telepon biasanya langsung putus."

Raksa kembali mengirimnya pesan. Segera Gayatri membalasnya.

"Hai juga. Alhamdulillah baik. Kamu gimana kabarnya?"

"Iya nggak apa-apa."

"Alhamdulillah baik. Sedang melakukan aktivitas apa?"

Raksa membalas pesan Gayatri. Gayatri kembali mengetikkan balasannya.

"Hari ini aku me time sendiri ke mall. Makan sendiri nonton sendiri, hehe."

"Oh gitu. Hari ini aku dapat kelonggaran 1 hari saja. Besok udah mulai operasi pengamanan. Semoga saja cepat membaik dan bisa balik ke Jakarta."

Gayatri hanya bisa menghela nafasnya. Sekedar bertukar kabar, dirinya tak bisa menggunakan WA, hanya SMS dan telepon biasa.

"Sudah menghubungi mama?"

Gayatri menunggu balasan Raksa yang lumayan lama. Mungkin terkendala sinyal yang sering ngadat.

"Sudah kok. Sebelum SMS kamu, aku sudah SMS mama."

Gayatri tersenyum. Raksa masih sama, laki-laki itu sangat menyayangi mamanya sehingga sering memberi kabar ketika ada peluang dan sinyal.

"Jaga kesehatan dan jaga diri baik-baik. Kamu pulang, kita mabar."

Gayatri terkekeh sendiri. Raksa pernah menghubunginya jika pulang nanti, dirinya diajak mabar mobile legend sampai puas. Dan Gayatri? Dengan senang hati menerimanya. Ia bahkan berani bertaruh dengan Raksa.

"Iya bawel."

"Sudah ya? Ternyata aku masih ada koordinasi sama komandan walaupun ada kelonggaran. Nanti kalau sinyal sudah bagus, aku bakal hubungi kamu lagi. Sampai jumpa, jangan kebanyakan kopi dan begadang."

Gayatri tersenyum melihat pesan terakhir Raksa. Ia tak membalasnya lagi karena Raksa juga sudah tidak memegang gawainya lagi. Semenjak mereka dekat, Raksa sering memberinya perhatian kecil semacam mengingatkan agar tak terlalu banyak minum kopi dan begadang. Walau begitu, Gayatri kadang ingat akan pesan Raksa dan kadang lupa sehingga masih sering begadang dengan ditemani beberapa cangkir kopi hitam.

Gayatri menatap sekitarnya. Semakin menjelang sore, pengunjung semakin padat. Maklum saja hari ini adalah hari sabtu dimana banyak masyarakat yang menghabiskan weekend untuk pergi ke mall.

Gayatri lalu menatap arlojinya. Sudah hampir 3 jam dirinya berada di sini. Gayatri lalu bangkit dan membuang sampah es krim yang ia beli ke tempat sampah. Gayatri melangkahkan kakinya menuju parkiran motor. Ia sudah menjadwalkan sesuatu hari ini. Ia sudah membuat janji.

*****

Gayatri teringat terakhir kemari adalah dua bulan yang lalu disaat dirinya sedang merasakan kerinduan yang mendalam. Gadis itu membawakan mawar merah ketika terakhir datang kemari. Saat ini, gadis itu membawa buket bunga mawar dengan berbagai macam warna.

"Assalamu'alaikum, mama. Aya balik lagi ke sini. Tiba-tiba rindu mama. Maaf Aya jarang datang kemari." Gumam gadis itu. Lalu Gayatri berjongkok dan memanjatkan doa serta tak lupa memberikan hadiah berupa Surah Yasin dan beberapa doa yang sudah ia pelajari akhir-akhir ini. Gayatri sadar bahwa dirinya dalam ilmu agama kurang begitu mendalami sehingga ia berinisiatif untuk belajar dan mendalaminya. Ia ingin menjadi manusia yang lebih berguna dan lebih baik lagi.

Selesai membaca doa, Gayatri menaburkan bunga ke atas pembaringan terakhir sang mama. Bunga di atas makam sang mama menghasilkan aroma harum yang menguar. Baunya sangat khas. Gayatri mengusap pelan dan tersenyum sebelum akhirnya bangkit.

Langkah gadis itu tidak menuju parkiran. Tetapi ia melangkahkan kakinya menuju blok lain. Makam di blok sini terlihat banyak yang baru karena tanah di blok sebelah sudah penuh.

"Assalamu'alaikum kak." Gayatri lalu berjongkok. Gadis itu mengusap pelan nisan yang bertuliskan nama lengkap Latika beserta tanggal lahir dan wafatnya. Setelah itu, Gayatri langsung membaca doa seperti halnya ia memberikan hadiah kepada sang mama.

Sehabis berdoa, Gayatri menaburkan bunga di atas pembaringan Latika yang terakhir. Gayatri menghela nafasnya panjang.

"Kemarin malam Aya bermimpi bertemu kakak. Dalam mimpi itu, kita masih sama-sama kecil. Aya dan kakak sedang bermain sepeda di jalan depan rumah. Tapi dalam mimpi itu, kakak nggak bicara sama sekali." Gayatri berbicara dengan nada lirih. Tangannya memainkan bunga yang sudah ia tebar tadi.

Gayatri lalu menghela nafasnya panjang. Kemudian gadis itu bangkit dan berjalan meninggalkan makam. Namun ditengah ia melewati makam-makam, gawainya berbunyi. Segera ia mengangkatnya.

"Halo ada apa Met?"

"Lo bisa nggak ke rumah budhe gue malam ini?" tanya Meta diseberang.

"Jam berapa?" jawab Gayatri sambil berjalan menuju parkiran. Hari semakin sore dan dirinya harus segera pulang untuk bersih-bersih.

"Habis isya deh. Datang ya? Tidur di sini juga." Ucap Meta yang membuat Gayatri berdecak pelan. "Kangen gue?"

Diseberang Meta terkekeh keras, "kagak lah! Pokoknya datang aja. Gue ada surprise ke lo pokoknya. Jangan lupa bawa baju ganti tidur kalau lo nggak mau pakai baju gue." Gayatri seketika tergelak. Meta kembali mengingatkannya akan kebiasaannya yang tak suka memakai barang orang lain seperti baju. Gayatri lebih memilih membawa baju sendiri dari rumah ketimbang meminjam. Tetapi kalau sudah kepepet, Gayatri bisa apa?

"Sudah ya sis? Bye." Meta mengakhiri panggilannya. Gayatri segera mengambil motornya yang ia titipan sepeda motor sekitaran makam. Parkiran itu sebenarnya untuk parkiran para pekerja pabrik di lingkungan sana, tetapi tak jarang para peziarah menitipkan motornya di sana juga.

*****

Gayatri memenuhi janjinya untuk datang ke rumah budhenya Meta. Ketika adzan isya, Gayatri segera melaksanakan kewajibannya dan bersiap. Gadis itu sudah memberitahu sang ayah jika dirinya hendak menginap.

Ketika hendak keluar, hujan tiba-tiba turun. Gayatri lalu menatap jam tangannya. Sudah pukul setengah 8 lebih ternyata.

"Nunggu reda saja." Ucap ayah ketika Gayatri menatap luar rumah dari jendela ruang tamu. Hujan yang turun malam ini agak lebat sehingga tak mungkin ia menerobosnya. Akhirnya Gayatri memberi tahu Meta jika masih terjebak hujan 
di rumah.

"Duduk dulu." Ucap ayah ketika melihat Gayatri yang masih berdiri menatap hujan. Akhirnya Gayatri duduk di sofa ruang tamu.

"Nak Raksa belum balik ya?" tanya ayah pada Gayatri.

Gayatri menggeleng, "belum, dia dapat tugas tambahan di Papua. Masih belum kondusif juga."

"Kamu nggak kangen?" tanya Ayah kembali. Semenjak mereka saling memaafkan dan memperbaiki hubungan yang renggang, ayah lebih sering mengajak Gayatri berbicara. Gadis itu juga mencoba menerima dengan baik takdir yang sekarang menjungkirbalikkan kehidupannya. Namun Gayatri sangat berterima kasih kepada Tuhan yang telah berbaik hati kepadanya sehingga ia bisa merasakan kasih sayang seorang ayah walaupun terlambat.

Gayatri terkekeh pelan, "ya begitulah, Yah." Dibilang rindu pada Raksa, Gayatri rindu. Tapi dia bisa apa selain merindukan dalam diam dan saling menyebutkan nama masing-masing disetiap doa mereka?

Gayatri lalu bangkit dari duduknya ketika hujannya reda. Sekitaran 30 menit hujan baru berhenti. Bulan Januari ini memang sedang tinggi-tingginya intensitas hujan di daerah tropis.

"Yah, Aya berangkat dulu." Gayatri berpamitan dengan sang ayah. Dulu agak canggung ketika Gayatri membiasakan hal ini, tetapi seiring berjalannya waktu, ia sudah terbiasa dan malah seperti kebiasaan yang wajib ia lakukan ketika hendak pergi.

"Iya hati-hati. Jangan ngebut." Pesan ayah. Beliau tahu jika putrinya itu kalau sudah mengenakan kuda besi kadang lupa daratan. Gadis itu seakan lupa jika melajukan sepeda motor dengan kecepatan tinggi, padahal dirinya ialah seorang polisi yang harus taat peraturan lalu lintas.

"Iya ayah, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." Gayatri segera mengambil motornya dan memakai jas hujan untuk antisipasi bila mana di jalan tiba-tiba hujan.

Gayatri melajukan motornya dengan pelan karena jalanan yang licin. Ia tak mau berakhir sia-sia di jalan. Walaupun sudah terbiasa menyetir kendaraan dengan kecepatan gila, tetapi Gayatri masih waras untuk tetap berhati-hati apalagi ini habis hujan.

Setelah kurang lebih 45 menitan karena macet, Gayatri sampai di rumah budhe Meta. Dahi gadis itu mengernyit ketika melihat kendaraan yang berjejer dan asing baginya terparkir di depan rumah.

Setelah memarkirkan motornya dengan rapi dan melepas jas hujannya, Gayatri segera mengetuk pintunya. Tak lama kemudian Meta muncul dengan baju tidurnya.

"Akhirnya lo datang juga." Meta langsung menutup pintunya ketika Gayatri masuk. Langsung saja Gayatri diajak ke kamar gadis itu.

"Siapa yang datang Met?"

Meta mengabaikan pertanyaan Gayatri dan tetap membawa Gayatri ke kamarnya. "Ada sau-"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Gayatri dibuat terkejut dengan penampakan dua gadis yang tersenyum tengil kearahnya.

"Hai Aya!" ucap mereka serempak yang membuat Gayatri terkejut.

"Disna, Karin! Kapan kal-"

Belum sempat Gayatri menyelesaikan kalimatnya, Karin dan Disna langsung memeluk erat Gayatri. Mereka tertawa girang, lalu Meta ikut nimbrung di sana. 4 jomblo, maksudnya 4 gadis lajang itu larut dalam euforia melepas rindu yang sudah menumpuk hingga tingginya melebihi gunung Kerinci, mungkin.

Lalu mereka berempat melepas pelukannya. Gayatri terharu karena akhirnya bisa bertemu dengan Disna dan Karin kembali. Mereka jarang bisa berkumpul dan sekarang kembali bertemu setelah sekian lama.

"Aaaa,,, gue kangen banget sama lo Ya." Ucap Disna. Gadis cantik yang kini mengenakan hijab itu langsung girang setelah melihat Gayatri.

"Gimana kabar lo?" tanya Karin. Sekarang mereka memilih duduk di atas ranjang Meta yang lumayan besar.

"Alhamdulillah baik." Jawab Gayatri. Ia masih tak percaya bisa bertemu kembali dengan geng gabut yang menemani harinya ketika pendidikan dulu.

Lalu atensi Gayatri beralih ke Meta. "Lo kok nggak bilang sih kalau ada Disna dan Karin?"

Meta terkekeh pelan di tempatnya, "sengaja, biar surprise."

"Gue kangen kalian." Ucap Gayatri kemudian.

"Gue kira kangen mas pacar." Sahut Karin yang seketika membuat Gayatri menatap Meta. Meta hanya tersenyum konyol.

"Kalian diceritain Meta apa saja?" Disna seketika terkekeh di tempatnya. "Banyak Ya."

Gayatri berdecak, "selalu rumpi kalau ketemu."

"Oh iya, gimana rasanya tugas di Sulawesi Na?" tanya Gayatri pada Disna. Kini mereka melingkar duduk di atas ranjang, persis ketika mereka kumpul bersama sebelum tugas negara menyerang.

"Seru banget, terus gue dapat pengalaman banyak di sana." Ucap Disna antusias.

"Dapat pacar juga, pengusaha karet lagi." Cetus Karin yang langsung membuat Disna memberengut kesal. Jika mereka berkumpul, nggak ada yang namanya saling menutupi, apalagi masalah asmara yang akan di bahas secara tuntas.

"Gue tunggu ya Na." Ucap Gayatri.

"Jangan dulu, gue nunggu lo aja taken sama bapak tentara, ya kan Met?" sahut Disna yang langsung membuat Gayatri melemparkan bantal ke Meta.

"Meta! Lo emang kompor ya!" Meta justru tertawa. "Biarin. Emang bener kan lo mau taken sama dia?"

"Tapi kan nggak secepatnya." Sahut Gayatri membela diri.

"Iya, nunggu bapak tentara pulang kan ya?" ucap Meta yang langsung membuat Disna dan Karin menggoda Gayatri habis-habisan.

"Semoga lancar terus ya, Ya. Oh iya semangat juga buat skripsi lo. Nggak nyangka aja lo bisa lanjut kuliah padahal lo sibuk banget." Ujar Karin.

Gayatri tersenyum, "makasih ya guys. Gue nggak tahu lagi harus bilang apa. Walaupun kita terpisah dengan jarak, tetapi kalian masih care satu sama lain."

"Ututuu.. sayang kalian deh." Meta merangkul keempat sahabatnya itu dengan sukacita yang luar biasa malam ini. Walaupun luar kembali hujan, hal itu tak mengurangi keasikan dan kegilaan mereka berempat untuk tetap happy bersama.

"Ayo kita buat ramen. Gue sudah beli tadi. Sekalian nonton film. Malam ini kita begadang sampai subuh." Ucap Disna semangat yang langsung di setujui tanpa basa basi. Mereka rindu dengan momen dimana menghabiskan waktu bersama walau hanya di kamar dan menonton film.

"Jangan lupa kumpulin gawai kalian." Peringat Karin yang langsung dilaksanakan mereka semua. Seperti peraturan, ketika mereka berkumpul bersama, gawai mereka selalu dikumpulkan sehingga tak ada yang bermain gawai selama quality time. Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama dengan saling ledek dan bertengkar yang membuat momen tak terlupakan.

.
.
.

Continue Reading

You'll Also Like

My sekretaris (21+) By L

General Fiction

319K 3.2K 22
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
672K 90.7K 46
#2 bestseller shining haha's book #1 baper (5/11/21) #1 doctor (7/12/21) #1 fiksiumum (5/11/21) #1 getaran (2/12/21) #4 roman (8/12/21) #10 chicklit...
604K 33.4K 46
Langsung baca saja ya!!
17.2M 820K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...