The Blue Of Sharingan

By Levon_Blade94

80K 6.9K 1.8K

Uzumaki Boruto x Uchiha [name] ⚠Sedang revisi ulang . . . . Kehidupan Uchiha [name] sebagai keturunan klan Uc... More

Prolog
[1] Uchiha, Uzumaki dan Nishimura
[2] Menara Perbatasan
Tokoh
[3] Markas Orochimaru
[4] Misi Penyelamatan dan Rasa Sakit
[5] Desa Konoha
[6] Kembali ke Rumah
[7] Menjadi Chunin
[8] Kedatangan Para Kage
[9] Kunjungan ke Kirigakure
[10] Berlatih?
NEW BOOK!!!
Lanjut? atau Tamat?

[11] Kebersamaan dengan Kagura

1.9K 275 20
By Levon_Blade94

    ┣━━━━━━━━━━━━━━┫

Sarada Twin
Boruto x Reader

Boruto hanya milik Masashi Kishimoto
[name], Bokuto, Kuroo, dan Inorin karakter OC buatan saya.

Cerita ini murni hasil pemikiran saya sendiri bukan plagiat. Saya menerima Kritik dan sarannya.

Dilarang Plagiat!!!

┣━━━━━━━━━━━━━━┫




~<〝Happy Reading Minna-san〟>~

A/N : Di sarankan untuk membaca ulang. Jangan lupa vote dan komennya reader-san^^ Sankyu~





"ARGH!"

Burung-burung yang sedang bersembunyi di pepohonan beterbangan. Membuat beberapa helai daun ikut berjatuhan. Semua itu karena teriakan dari seseorang.

Kagura terkekeh geli saat menyaksikan [name] berlutut sambil memukul-mukul tanah di depannya. Aura suram mengelilingi gadis bersurai hitam panjang itu. Mulutnya terus mengeluarkan gumaman tidak jelas.

Wajah [name] sangat kotor dengan beberapa debu yang menempel, begitu pula dengan pakainnya. Surai hitamnya pun nampak acak-acakan. Benar-benar definisi gembel di pinggir jalan.

"Sudahlah [name]-chan. Lain kali mungkin kau bisa menang dariku." Kagura menghampiri [name] lalu ikut duduk di sampingnya.

Dengan wajah berantakan serta kedua mata yang sudah mulai berkaca-kaca, [name] menoleh ke arah Kagura. "'mungkin' katamu!?" seru [name]. Ia kembali menghadap tanah.

"Rasanya aku seperti siput saja saat sedang berhadapan denganmu." lirih [name]. Mengingat setiap dia mencoba menyerang Kagura pasti dia selalu telat beberapa detik dan berakhir dirinya yang mendapatkan serangan dari Kagura.

Gelak tawa terdengar di telinga [name]. Ia menoleh ke samping dan melihat Kagura yang tengah tertawa. Suaranya begitu lembut untuk di dengar. Tanpa sadar [name] ikut tersenyum. Rasanya sosok di sampingnya ini hanyalah orang biasa, bukan seorang ninja yang memikul banyak beban berat.

Tersadar akan sesuatu, [name] terkekeh. Ia berdiri kemudian membersihkan dirinya dari debu-debu yang menempel. Hal itu membuat seluruh perhatian Kagura tertuju kearahnya.

"Mungkin kau benar." [name] menatap lurus ke depan.

Sebuah senyuman lebar terbit di wajah [name]. "Suatu saat nanti aku akan mengalahkan dirimu, Kagura-kun." Lanjutnya sambil melirik Kagura yang terdiam menatap ke arahnya.

'Suatu saat nanti!'

Diam-diam Kagura tersenyum. Ia berdiri lalu berjalan mendahului [name].

"Dan langkah pertama yang harus kau lakukan adalah mengisi energi mu dulu."

Mendengar perkataan Kagura sontak membuat [name] semakin membara. Dengan asap yang tiba-tiba keluar dari hidungnya [name] berjalan menyusul Kagura dan menyamai langkahnya. Kini mereka berjalan beriringan.

"Aku ingin satu ramen porsi besar!"

"Tapi aku ingin gratis." lanjut [name].

Gelak tawa menyelimuti keduanya. Kagura menyentil kening [name] kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dasar kau ini."

"Hehe."

[name] memasang peace sign di tangan kanannya sambil tersenyum lebar ke arah Kagura.

"Ngomong-ngomong aku jadi rindu ramen ichiraku."




****

"Um~ enak sekali!" Dengan mulut penuh makanan [name] bersenandung ria. Kedua pipinya mengembung dengan rona merah muda yang menghiasi.

Berbeda dengan [name] yang sibuk berceloteh hingga mengayun-ayunkan kedua kakinya, Kagura nampak tenang sekali saat menikmati ramen miliknya.

Sesekali Kagura terkekeh geli melihat kelakuan [name] yang seperti anak kecil.

"Pelan-pelan makannya, [name]-chan."

"Hum~"

***

"Akhirnya tenaga ku kembali terisi penuh," Dengan penuh semangat [name] meninju udara. Tak lupa ekspresi puas menghiasi wajahnya.

Kagura yang berada di sebelahnya menggeleng pelan. "Tentu saja, kau menghabiskan 5 mangkok ramen tadi."

Mendengar ucapan Kagura membuat [name] mendengus kesal. "Habisnya satu porsi itu cuman sedikit."

"Satu mangkuk penuh padahal."

"Hump!" Tidak terima dengan perkataan Kagura, [name] memalingkan wajahnya ke arah lain. Kedua pipinya mengembung, tak lupa telinganya mengeluarkan asap. Menandakan jika dia sedang marah.

Melihat sikapnya yang seperti membuat Kagura speechless. Namun setelahnya ia tersenyum. Setidaknya di sini Kagura bisa membuat [name] merasakan kenyamanan tanpa harus ada tekanan yang menyelimuti sang putri bungsu uchiha.

"Dokorode. . ."

Kagura menghentikan langkahnya. Ia masih menatap ke arah [name] yang nampaknya enggan mendengarkan dan malah terus berjalan.

Meskipun rasanya gugup sekali, Kagura mencoba memberanikan diri. "Nanti malam!" serunya tiba-tiba. Dan sepertinya hal itu berhasil menarik perhatian [name]. Melihat bagaimana langkah [name] berhenti, tapi gadis dengan surai hitam legam itu masih enggan menghadap ke arahnya. Setidaknya Kagura berhasil membuat [name] mau mendengarkannya. Ia merasa lega.

Beberapa butir keringat mulai bermunculan di pelipis Kagura. "A—"

'Bagaimana ini!? Tiba-tiba semua kalimat yang sudah ku susun hilang begitu saja!'

Merasa ada yang mengganjal, [name] berbalik lalu menghadap Kagura. Menatap tepat pada kedua netra merah muda yang selalu ia kagumi.

Kedua tangan Kagura semakin bergetar, meskipun begitu ia mencoba menahan dan menyembunyikannya. Irama detak jantung nya mulai tidak beraturan. Rasa-rasanya ia seperti sudah marathon mengelilingi lapangan luas. Berdetak begitu cepat.

"Akan ada pameran. M—maukah kau pergi dengan ku?" Akhirnya Kagura berhasil mengatakannya. Rona merah menghiasi kedua pipinya. Ia menunggu respon dari gadis di depannya. Jantungnya semakin berdetak kencang.

"Pameran?" tanya [name] ulang.

Kagura mengangguk sebagai respon dari pertanyaan [name].

[name] menatap lekat lelaki di depannya. Wajahnya yang datar terasa mengintimidasi, menurut Kagura. Beberapa kali di dalam hati, Kagura memanjatkan doa kepada tuhan agar [name] menerima tawarannya.

"Maksudmu kencan ya?" celetuk [name].

Hal itu sontak membuat wajah Kagura memerah sempurna. 'Kenapa sangat blak-blakan!?'

Merasa malu tujuannya telah di ketahui, Kagura menutup wajahnya dengan satu tangan. "A-ano jika kau tidak—"

"Aku mau!"

Kedua mata Kagura melebar. Ia menatap terkejut ke arah [name]. "Eh?"

Melihat reaksi Kagura yang nampak berlebihan membuat [name] terkikik geli. Ia berjalan mendekati Kagura kemudian berhenti tepat di depannya.

[name] memiringkan kepalanya. Dengan penuh senyuman tulus menghiasi wajahnya, ia berkata. "Aku merindukan momen-momen kita menghabiskan waktu bersama."

Angin berhembus di sekitar mereka. Beberapa dedaunan ikut terbang dan kembali berjatuhan ke tanah. Surai hitam [name] pun ikut tertipu, menambah kesan rupawan di wajahnya.

Detik itu juga rasanya semua beban di pundak Kagura terasa hilang. Ia merasakan geli di perutnya, seperti banyak kupu-kupu yang beterbangan di dalam. Jantungnya pun enggan kembali berdetak dengan normal.

***

Kagura terdiam. Rona merah menghiasi kedua pipinya. Ia begitu terpesona melihat penampilan [name].

Rambut hitamnya di sanggul dengan beberapa helai anak rambut keluar di setiap sisi wajahnya. Dress berwarna merah maroon lengan pendek serta panjangnya selutut sangat cocok di pakainya.

[name] terkekeh malu saat menyadari Kagura terus menatap ke arahnya. Sama halnya dengan Kagura, [name] juga terpesona melihat penampilan lelaki pemilik manik merah muda itu.

Dengan kemeja berwarna krem berpadu hijau serta rambutnya yang di sisir ke belakang membuat nilai plus nya bertambah. Pesona Kagura memang tidak main-main. Siapa pun dengan mudahnya akan jatuh cinta padanya.

"Ekhem." Kagura mencoba memecahkan kecanggungan di antara keduanya. Ia mengulurkan tangan kanannya, yang tak lama langsung di terima oleh [name].

Keduanya mulai berjalan memasuki sebuah gedung yang akan menggelar pameran drama dengan judul "Di antara Kita". Setelah membeli tiket, Kagura dan [name] menuju ruangan pertunjukan. Mereka duduk di kursi penonton bagian tengah. Letaknya sangat nyaman untuk menonton.

Sepanjang berjalannya pameran, Kagura sama sekali tidak melepaskan genggamannya dari tangan [name]. Bahkan sesekali dirinya mengusap lembut punggung tangan sang gadis dengan ibu jarinya.

Awalnya [name] merasa gugup. Namun seiring berjalannya pertunjukan ia mulai merasa nyaman. 'Tangan Kagura sangat hangat.' batin [name] sambil melirik tangannya yang di genggam Kagura. Sesekali ia juga melirik Kagura yang nampak menikmati pertunjukannya.

Seiring berjalannya waktu, suasana di dalam ruangan itu tiba-tiba menjadi tegang. Terutama setelah mendengar teriakan histeris dari sang pemain utama wanita yang telah di tinggal menikah oleh sang terkasih.

[name] terdiam melihat alurnya. Tiba-tiba di dalam pikirannya mulai membayangkan bagaimana jika ia berada di posisi wanita itu. Di beri banyak ucapan dan janji manis namun berujung drastis. Kehidupan kisah asmara yang semulanya aman dan tentram malah rusak karena pengkhianatan dari salah satu pihak. Segera dirinya menggelengkan kepalanya. Diam-diam berdoa dalam hati agar tidak mengalami hal tersebut.

Samar-samar mulai terdengar isakan dari beberapa sudut kursi penonton.

[name] berkedip. Tidak menyangka alur ceritanya bisa membuat para penonton menangis. Merasa bingung karena di kebanyakan cerita ia sibuk melamunkan hal-hal yang tidak penting.

Ia melirik ke arah Kagura. [name] bisa melihat lelaki itu nampak mengusap ujung matanya.

'Ugh, kenapa feel nya tidak bisa aku rasakan?'

Setelah menonton sekitar 1 jam lewat beberapa menit, akhirnya keduanya keluar dari gedung pameran. Masih dengan tangan terikat satu sama lain.

[name] bersenandung ria. Sedangkan Kagura di sebelahnya tersenyum. Rona merah samar menghiasi pipi mereka berdua. Saat ini mereka sedang berkeliling di sekitar kota sambil menikmati indahnya malam. Bulan bersinar dengan terangnya. Bintang-bintang pun bermunculan. Pemandangan yang sangat di sayangkan jika tidak di lihat.

Tepat saat mereka sampai di depan gedung tempat [name] tinggal sementara saat berada di sana, Kagura berhenti berjalan lalu menarik pelan [name] agar ikut berhenti.

Sebuah tanda tanya muncul di atas kepala [name]. Terutama saat merasakan pegangan di tangannya semakin erat.

Kagura menarik napas dalam. Sungguh saat ini detak jantung nya sedang tidak normal. Detaknya sangat cepat. Kagura pun bisa merasakan betapa gugupnya dirinya. Apalagi wajahnya yang sampai saat ini masih terasa panas. Tatapannya terkunci pada sepasang manik hitam legam milik gadis di depannya. Rasanya seperti ia enggan menatap ke arah lain selain manik indah milik [name].

Sinar bulan yang agak tertutupi awan kini mulai bersinar terang, menerangi keduanya. Awan-awan bergerak menjauhi bulan, seolah-olah tau saat ini apa yang akan di lakukan oleh Kagura.

Suasananya sangat pas. [name] yang menawan dengan dress merah maroonnya, serta Kagura dengan penampilan paling mempesona. Belum lagi cahaya bulan menyoroti keduanya seolah-olah memberi restu. Namun. . .

"Istirahatlah, terima kasih sudah mau pergi denganku."

[name] tersenyum mendengar perhatian dari Kagura. "Hum." Setelahnya [name] memasuki
gedung dan berjalan menuju kamarnya. Masih di tempat yang sama, Kagura terdiam. Ia menunduk menatap kedua sepatu hitam miliknya. Senyuman tipis terpatri di wajahnya.

"Mungkin lain kali saja."

***

Hari-hari pun berlalu. Kagura dan [name] terus berlatih bersama. Pengendalian terhadap pedang yang kita pegang sendiri itu tidak lah mudah. Setiap selesai latihan tak jarang keduanya babak belur. Entah itu karena hasil duel satu sama lain ataupun berlatih bersama Chojuro.

Pagi ini pun sama, Kagura dan [name] kembali bertemu di tempat latihan. Hari ini menjadi genap minggu kedua [name] berada di Kirigakure. Artinya sebentar lagi gadis bersurai hitam legam itu akan segera pulang ke rumahnya.

Kali ini [name] sudah memantapkan hati nya untuk mengalahkan Kagura. Meskipun kenyataannya dia lebih kuat di bandingkan Bokuto dan Kuroo, tapi jika sudah berhadapan dengan Kagura beda lagi ceritanya. Terutama kemampuan Kagura dalam berpedang berada sedikit lebih tinggi di atasnya. 'Kali ini harus berhasil!'. Gadis itu berjalan ke hadapan Kagura yang ternyata sudah memegang katana nya dan berlatih duluan.

"Ohayou [name]-chan." sapa Kagura sambil tersenyum yang di respon anggukkan oleh sang empu nama.

Setelahnya Kagura mengatur napasnya kemudian memasang kuda kuda penyerangan. Ia menghadap tepat ke arah [name]. Pergerakan yang tiba-tiba itu membuat [name] keheranan. 'A-apa?'

Seolah tahu apa yang di pikirkan oleh [name], Kagura mulai menjelaskan pesan dari Chojuro. "Mizukage-sama meminta kita untuk berlatih lagi tapi kali ini memakai sebuah katana asli."

Kedua manik hitam itu melirik katana yang di pegang oleh Kagura. [name] terkejut saat menyadari bahwa katana itu asli. Dari awal sampai latihan kemarin mereka berdua selalu memakai katana yang terbuat dari kayu. Meskipun [name] pernah bertarung menggunakan katana asli, tapi tetap rasanya terasa agak berbeda. Terutama sudah lama sekali semenjak ia memegang salah satu katana miliknya.

"B-baiklah." [name] berjalan menuju salah satu pohon terdekat untuk menyimpan tas yang berisi tiga katana. Ia membuka resletingnya kemudian menimbang-nimbang katana mana yang harus di pakai. Hanya saja mengingat resiko yang akan di timbulkan cukup besar membuatnya ragu.

Tapi seruan di belakangnya membuat [name] tersadar. "Tidak apa-apa! anggap saja ini untuk mengetes kemampuan berpedang mu saat memakai mereka." seru Kagura. Mendengar ucapannya barusan membuat [name] mengangguk mantap. Lagipula terakhir kali dia memakai pedang ini saat ikut menyelamatkan sang mama. Itu sudah cukup lama.

"Aku mengandalkan mu, Kitetsu!" [name] mengambil katana dengan sarung nya yang berwarna merah maroon berpadu orange.

Kagura tersenyum saat melihat [name] kini sudah berada di hadapannya dan bersiap di posisi menyerang. Keduanya terdiam beberapa saat. Satu helai daun nampak melayang turun di antara keduanya. Dan tepat saat daun tersebut mencapai tanah, keduanya mulai saling menyerang.

Kagura yang melayangkan pedangnya duluan ke arah [name]. Gerakannya sangat cepat, nyaris tidak dapat terlihat. Jika [name] telat beberapa detik, mungkin wajahnya akan mendapatkan tebasan.

Dengan sekuat tenaga [name] menahan katana Kagura. Diam-diam dia menyalurkan chakra miliknya ke dalam Kitetsu. "Jurus pertama : kilat tebasan api!" seru nya secara mendadak. [name] mengayunkan pedangnya kemudian keluar tebasan berwarna merah menyala menuju Kagura. Sontak hal itu membuat Kagura terpaksa mundur beberapa meter darinya.

'Yabai. Dia memang pintar mencari celah musuh.' batin Kagura. Ia cukup beruntung karena bisa menghindari tebasan mendadak barusan.

Tadi saat masih menahan serangan darinya, ia bisa melihat [name] yang seolah-olah terfokus pada katana miliknya. Padahal nyatanya gadis Uchiha itu sedang mencari celah untuk menyerang Kagura. Terbukti tadi saat [name] tiba-tiba mengincar bagian pinggang kirinya. Itu tidak sampai 10 detik saat mereka saling menahan serangan katana.

[name] semakin memegang erat katananya. Dia berdecih saat menyadari Kagura bisa membaca gerakannya dengan mudah. Berbanding terbalik dengan Kagura yang masih terkejut akan situasi di antara keduanya. Nyatanya Kagura cukup kesusahan membaca gerakan [name], dia membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi jika ingin selamat.

Suasana semakin tegang. Keduanya sibuk saling menyerang dan mencari titik kelemahan satu sama lain. Matahari yang awalnya memancarkan sinar cerah sekarang berganti menjadi warna orange yang sangat indah.

"Jurus kedua : tarian putri matahari." Tiba-tiba api keluar menyelimuti katana milik [name] serta tubuhnya. Ia berlari ke arah Kagura kemudian melompat ke udara.

[name] memaksakan tubuhnya berputar di udara, bergerak seolah-olah dia sedang menari. Dia mengangkat tinggi-tinggi katananya yang telah di selimuti api merah. "Aka!" (merah). [name] mengarahkan tebasan miliknya ke arah Kagura.

Kedua mata Kagura membulat. Pemandangan di depannya ini, rasanya seperti sebuah bulat sabit yang terbakar sedang menuju ke arahnya. Ia segera memasang kuda-kuda. Berusaha memfokuskan chakra miliknya dan menebas serangan api dari [name].

Di sisi lain [name] yang sudah kembali mendarat di tanah terkejut saat melihat api yang dia keluarkan cukup besar. Dia terbawa suasana! sungguh, [name] tidak merencanakan nya sama sekali. Api itu bisa saja mengenai Kagura dan membuatnya terluka parah.

"Kagura!"

"Suiton : orca!"

Sejumlah air besar tiba-tiba datang dan melenyapkan api milik [name]. Melihat itu membuat [name] merasakan lega. 'Yokatta.'

Namun detik kemudian [name] diam mematung. Ia bisa merasakan aura hitam pekat dari seseorang di belakangnya. Sedangkan di depannya nampak Kagura yang sedang tersenyum kikuk. 'Ouh tidak.'


"Aku menyuruh kalian untuk saling menyerang menggunakan pedang asli tanpa harus menggunakan ninjutsu. Bukankah begitu, Kagura?" Chojuro menatap tajam ke arah Kagura. Ia meminta penjelasan mengenai kejadian yang baru saja ia lihat. Awalnya Chojuro hanya ingin melihat perkembangan latihan [name] dan Kagura. Namun saat melihat posisi Kagura yang tiba-tiba berada dalam bahaya membuatnya sangat khawatir.

[name] menelan ludah. Terlihat Kagura yang menggaruk-garuk tengkuknya yang aslinya tidak terasa gatal sama sekali. "Maafkan aku, Mizukage-sama. Aku dan [name] terbawa suasana."

Mendengar hal itu membuat beberapa imajiner merah di kening [name] muncul. 'Terbawa suasana bagaimana, kau bahkan tidak bilang seperti itu!'

"Haha.." kikuk [name].

Chojuro menghela napas kasar saat melihat respon kedua orang di depannya. Dia terdiam sejenak, kemudian tersenyum. Chojuro menoleh ke arah [name], yang tentu saja di tanggapi dengan keterkejutan. "Tapi meskipun begitu aku bangga pada kalian berdua." Chojuro mengalihkan pandangannya ke arah Kagura.

"Aku tidak menyangka kalian berdua bisa berkembang begitu pesat. Terutama kamu, [name]."

Mendengar pujian seperti itu membuat [name] segera memalingkan wajahnya ke arah lain. "Tidak juga." elaknya namun terdapat rona merah tipis di kedua pipinya.

Chojuro terkekeh. Hal itu menarik perhatian [name] dan Kagura. "Ngomong-ngomong bagaimana persiapannya?"

[name] memasukan kembali katana nya ke dalam sarung sebelum menjawab pertanyaan Chojuro. "Aku rasa sudah semua."

"Kau yakin?"

"Iya."

Chojuro mengangguk kecil. "Baiklah. Lebih baik kau segera istirahat dan persiapan dirimu untuk besok." ujarnya. Dengan rambut agak acak-acakan lalu tubuh serta pakaiannya yang kotor, [name] mengangguk. Mengiyakan ucapan Chojuro.

Dari kejauhan Kagura mulai berjalan mendekat ke arah Chojuro dan [name]. "Kau sudah berusaha dengan keras." timpal Kagura. Ucapan keduanya membuat hati [name] terasa hangat.

"Baiklah." Dengan itu [name] melangkah menjauh dari mereka berdua. Namun sebelumnya ia mengambil terlebih dahulu kedua katananya yang lain.

Merasa [name] sudah tidak ada di jarak pandangan keduanya, Chojuro angkat bicara. "Benar, kan ucapanku."

Kagura masih menatap jalan yang telah di lewati [name] pun mengangguk setuju. Sehari sebelum latihan dirinya bersama [name], Chojuro mengatakan jika [name] mempunyai kemampuan spesial. Dan Kagura harus membantunya agar bisa mengeluarkan dan mengendalikannya.

Senyuman manis terbit di wajah Kagura saat kembali mengingat perjuangan [name] saat berlatih bersamanya.



________________________________________

Jum'at, 21 Agustus 2020

   
HEI HEI HEI!!
Gimana nih update sekarang?
Hehe udah lama banget aku gak update.

Lanjut gak lanjut gak?

Revisi : Kamis, 31 Agustus 2023

Continue Reading

You'll Also Like

216K 41.4K 61
Gelap, dingin, dan sunyi.. Itulah yang selalu (Name) rasakan dalam hidupnya. Sampai ketika ia selesai membaca novel hingga tertidur, dia mati. Dan no...
4.1K 425 8
"Walau lo besok lupa dan anggep gue strangers gue gapapa sumpah demi alex gue gapapa. I love you, Kang Dagyeom"
93.2K 9.8K 16
𝗧𝗼𝗽-𝗠𝗶𝗻 𝗬𝗼𝗼𝗻𝗴𝗶 𝗕𝗼𝘁𝘁𝗼𝗺-𝗣𝗮𝗿𝗸 𝗝𝗶𝗺𝗶𝗻
12.3K 1.2K 15
ᴍɪɴɪᴍᴀʟ ᴄᴜᴍᴀɴ ¹ ᴋᴀᴛᴀ ❝ 𝐄 𝐀 𝐒 𝐘 ❞ 𝘄𝗮𝗿𝗻𝗶𝗻𝗴 ! typo,curse words etc. 𝘀𝘁𝗮𝘁𝘂𝘀 : ongoing (n.) ketikan agak absurd © jo yongseok ────── ∙...