Alpha Mate ✔

By RahmaE27

37.7K 2.1K 76

Selain pria dan wanita, dunia ini terbagi lagi menjadi tiga sub gender, yakni Alpha, Beta, dan Omega. Kisah... More

satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
pengumuman
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
duabelas
tigabelas
empatbelas
limabelas
enambelas
tujuhbelas
delapanbelas
sembilanbelas
duapuluhsatu
duapuluhdua
lastchapter
bonuschapter

duapuluh

637 47 4
By RahmaE27

Hallo.. gak ada komentar apapun untuk chap ini.. so..happy reading.

...

Kabakura yang sekarat segera dilarikan ke rumah sakit, Arima yang tadinya menangis tersedu kencang kini hanya bisa mengeluarkan air mata tanpa henti. Tangan kanan nya setia menggenggam tangan lain nya yang mulai dingin.

Yuki berada di belakang pengemudi menekan pedarahan di kepala Kabakura yang tak mau berhenti. Eiji di depan fokus mengemudi dengan kecepatan penuh, jangan remehkan status lamanya sebagai pengemudi handal.

Sesampai nya di rumah sakit Fujiwara, Arima segera menyebut nama-nama yang akan membantunya mengoperasi Kabakura, mengandalkan kekuatan nya sendiri tak akan mungkin sempat.

Diruang operasi yang penuh dengan perintah medis terdengar tak putus sejak dua jam yang lalu, feromon Arima yang tak bisa dikendalikan menguar memenuhi ruangan.

"Arima-sensei.. tenangkan dirimu..!!" ujar salah satu dokter, beruntung tak ada omega yang bekerja disini, jadi tak perlu timbul masalah kedua bila hal ini di teruskan lebih lama.

Arima menatap dokter tersebut sejenak lalu mengendalikan kembali feromonnya. Keringat dingin terus mengalir dari pelipisnya dan segera di seka oleh perawat pribadinya."Aku tak akan membiarkanmu pergi dariku lagi. Aku akan membunuh siapapun yang mencoba menyakitimu..!!" sumpah nya dalam hati.

Melalui perjuangan besar, akhirnya Kabakura bisa di selamatkan, meski koma menghantui dirinya. Setidaknya Arima tahu jika Kabakura masih hidup. Begitu operasi selesai ia segera meminta kedua anak buah Kabakura yang dibawah pengawasan nya kini, bergerak. Memburu Hifumi kembali, bila perlu bunuh jika ia melawan.

"Accan.." panggil Eiji pelan membuka ruangan pribadi wakil direktur Fujiwara's Hospital.

Ia sontak mendongak dan memeluk tubuh kurus sahabatnya, seharusnya kini Kabakura yang berada di pelukan nya, tapi ia juga tak tega bila harus kehilangan cinta pertama nya. Ia akui, sejak dulu ia menyukai Eiji. Tak ada siapapun yang tahu tentang ini.

"Tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa padanya, kau tahu benar, jika dia itu kuat." Eiji setia mengusap punggung Arima penuh kasih sayang. Mungkin Eiji adalah yang pertama tahu kini jika pria di pelukan nya ini menyukai Alpha yang terbaring koma di ranjang, peralatan medis menunjang keselamatan, mengawasi keadaan vital dan menyediakan obat-obatan yang di perlukan untuk membuatnya bangun.

"Aku takut.. Aku takut semua ini adalah salah ku, aku yang mengudang Yuki yang akhirnya membawa gadis itu, seharusnya aku tidak melepaskan nya saat itu. Aku menyesal Eccan, aku tidak akan melepaskannya kali ini. Tapi mana mungkin Tuhan akan berbaik hati padaku, dosaku... perbuatan ku terlalu besar untuk di maafkan." Racaunya mengundang kerutan halus di dahi Eiji.

Ini mungkin saat paling kelam di hidup Arima, saat di mana ia di hadapkan dengan sebuah ketakutan akan kehilangan yang besar dari seseorang yang bahkan pertemuan nya tidak di rencanakan. Begitulah Tuhan, manusia bisa merencanakan tapi Tuhan lah yang mewujudkannya.

"Jika saat itu kau tidak memanggil Yuki, aku mungkin tidak akan pernah lagi bertemu dengan mate ku Accan. Arigatou,, terimakasih karena kau sudah membawanya kepadaku. Aku akan melakukan apapun untuk membuatnya jadi milik mu jika kau minta." Entah apa lagi yang harus di katakan untuk menghibur Arima, Eiji tidak tahu.

...

Sudah dua hari ini Kabakura tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun, ya Arima sendiri menyatakan jika pemuda itu mengalami koma. Hatinya sakit melihat perban di sekujur tubuh, bahkan saat operasi kemarin di temukan gumpalan darah di otak nya yang membuat seperti ini. Namun sekali lagi terimakasih untuk Tuhan tak mengambil Kabakura secepat itu, meski ia selalu meringis membayangkan sakit yang di tanggung Kabakura.

Arima ingin sekali memeluk tubuh Kabakura yang terbaring lemah, namun ia tidak bisa, bisa-bisa tubuh pemuda ini hancur saat Arima memeluknya, lagipula, terlalu banyak luka hingga ia tidak bisa di sentuh untuk beberapa waktu. Hingga saatnya tiba, Arima berjanji akan memeluk pemuda ini erat bahkan tak sanggup untuk melarikan diri lagi.

"Jika saja aku tak melepaskan tanganmu, jika saja aku bisa memelukmu saat itu, aku yakin kau tidak akan seperti ini, ini salahku yang mengundang wanita iblis itu hingga melukai kalian. Aku pasti akan membuat dia membayarnya." Janji Arima dengan pandangan tajam, tapi begitu ia menyentuh tangan yang selamat itu, amarahnya menguap entah mengapa, ia ingin menangis tapi tak ada airmata yang sanggup di keluarkan lagi.

...

Sementara semua orang tengah mencemaskan keadaan Kabakura, Akira terbujur lemah di atas ranjangnya karena heat.

"Akira kau tidak apa?" Kazusa dari luar membujuk isterinya untuk makan dan minum obat, ah..jika bisa tidak perlu obat, karena obat alami Akira sudah ada di sini. Plak.. ini bukan saat nya untuk main-main, ia sangat khawatir saat ini, Akira di dalam melawan heat nya sendirian dan Natsusa di gendongan nya menangis semakin keras karena merindukan ibunya.

"Akira.. buka pintu nya yaa?? Dengarlah Natsusa semakin menangis, ia pasti ikut merasakan sakitmu."

Bisa saja, Kazusa membuka dengan kunci cadangan tapi jika ia nekat melakukan nya mungkin vas berharga ratusan dollar itu akan mendarat di keningnya yang mulus. Ia tidak ingin itu terjadi.

"Kazusa...??!!!" suara lembut ibunya terdengar membuat jantungnya berdebar kencang.

"Ada apa ini?" Suara bass Ayahnya juga tak ingin kalah, satu lagi, ada sosok yang mengikuti kedua orang tuanya, itu Haruto.

Habislah aku..

Kazusa tersenyum bodoh menghadapi orangtuanya sendiri yang terasa seperti mertua galak. Natsusa sudah berpindah ke gendongan Fuka, wanita cantik itu menimang cucunya penuh kasih sayang. Perlahan bayi itu tak menangis, tinggal sesugukan, mungkin ia lapar, batin Fuka.

"Yuuta? Kau disini?" panggil nya seolah bisa merasakan aura kehadiran sekertaris penganti yang tak kalah cakap itu.

"Ya Nyonya.. Ada apa?" Fuka tersenyum melihat wajah lembut Yuuta, pemuda itu meski seorang Beta, ia tak kalah tampan dengan para Alpha, bahkan auranya, hanya sekali lihat orang lain akan mengira ia Alpha.

Fuka meminta Yuuta untuk mengambil persedian ASI Akira yang pasti di sediakan sejak awal. Jika tidak bagaimana menenangkan Natsusa yang kelaparan saat Akira tidak ada?

Yuuta kemudian mengangguk dan segera melesat ke dapur, membuka lemari khusus menyimpan makanan bayi itu. Begitu kembali membawanya, Natusa segera di berikan itu, ia menghabiskan persediaan terakhirnya hari ini, biarlah, setelah ini Akira akan membuatnya(?) lagi.

Di tempat lain berjarak meter, Kazusa merasa di ambang Jurang dan neraka, jika Ayahnya adalah Neraka maka Haruto adalah Jurangnya meski sedari tadi Ayah Akira itu hanya diam melipat tangan di depan dada.

"Apa yang terjadi pada Akira? Kenapa dia tidak mau membuka pintu?" tanya ayah nya dengan suara yang tajam. "Apa mungkin ia sudah bosan dengan mu?" sambungnya lagi, Kazusa sontak mengangkat dagu dan memangutkan bibirnya ke depan.

"Hidoi yo Tou-san." Rengek Kazusa, ia takut jika apa yang di katakan Kei menjadi kenyataan.

"Hentikan komentar konyolmu itu Kei.. kau tidak membantu sama sekali." Hanya Haruto mungkin yang mempunyai sedikit nurani pada Anak menantu nya. "Kazusa bangunlah." Ya.. sejak tadi Papa muda ini bersujud di hadapan kedua sosok Kakek tampan.

"Biarkan aku membujuknya, mungkin ia mau.. Kau tahu, tidak baik membiarkan omega yang heat sendirian, tanpa obat." Haruto mengangkat sebelah alis, Kei mengangkat bahu nya acuh dengan nasib putera kandungnya sendiri.

"Setidaknya dukung anakmu ini Tou-san." Protes Kazusa tak mengingat tempt umur dan waktu, alhasil ia mendapatkan jitakan keras dari sang Ayah di keningnya.

"Ittai Yo tou-san.." bibirnya tambah di majukan dengan tangan mengusap jejak merah yang ditinggalkan dengan sengaja.

Fuka sudah pergi duluan melihat lawakan ayah dan anak itu bersama sang cucu dan Yuuta. Tak ada yang bisa menolong Kazusa lagi jadi ia melesat ke sisi Haruto di depan pintu menunggu memanggil Akira.

"Kei...!!" seru Haruto membuat Kei sukses mendengus. "Kau terlalu memanjakan mereka." Ujarnya sarkas ke arah Kazusa, dimana lagi harga diri Kazusa harus di tempatkan sebagai anak dari Fujiwara Kei..?

"Akira.. Kau baik-baik saja?" Haruto memulai, suaranya melembut dan penuh dengan kecemasan yang di sembunyikan. "Ini Tou-san.. bukalah pintunya Akira..?!" terkesan tegas namun tak memaksa. Terlepas dari semua yang mereka lakukan ini adalah keputusam Akira untuk memilihnya atau tidak.

Berkali-kali, Kazusa harus merasakan kekalahan dari Haruto, Akira tampak selalu menuruti keinginan Haruto, atau sebaliknya, Haruto selalu tahu isi hati Akira. Tak ada yang bisa memutuskan ikatan batin antara Ayah dan anak.

Tak menunggu lama, suara pintu terbuka mencerahkan penglihatan Kazusa, ketika Akira membuka sedikit celah di ambang pintu, Haruto menarik Kazusa yang tersentak ke dalam kamar. Sejak dulu, ia selalu memberikan hal tepat pada pasangan di sekitar mereka.

Kei mendesah panjang lagi dan segera mengikuti Haruto, mereka ingin cepat-cepat bermain dengan cucu tampan tapi harus tertunda karena masalah anak-anak nya. Ma.. Yang penting adalah tujuan mereka tercapai dengan sempurna.

Di dalam kamar penuh feromon manis Akira, Kazusa duduk di tepi ranjang memunggungi isterinya yang sepertinya masih tak terima di ganggu.

"Apa yang membuatmu seperti ini Akira?" jika tak ada yang memulai maka ini tak akan berakhir. Baru beberapa detik, suara isakan kecil melesat dari bibir mungil Akira. Kazusa yang peka dengan keadaan Akira segera memeluk dan menenangkn, apapun itu yang membuat Akira menangis pasti bukan hal yang menyenangkan, itu tidak mungkin 'kan?

"Semua Hiks salahku Kazusa-san.." Kazusa menatap lekat kedua manik yang basah karena airmata.

"Jika saja.. Jika saja aku tidak memisahkan mereka semua ini tidak akan terjadi.. Aku tidak pantas menjadi ibu dari Natsusa, seharusnya aku tahu jika Fumi-chan akan datang dan membuat Kabakura-senpai dalam bahaya, seharusnya aku bisa mencegah semua ini terjadi. Seandainya aku melakukan nya..."

"shushh.." Kazusa mengusap airmata Akira yang masih mengalir dengan senang hati hingga membuat kemeja kerja nya basah.

"Kita hanyalah manusia biasa Akira, kita tidak bisa mengendalikan takdir, bahkan untuk mengetahui apa yang akan terjadi esok, semua orang tidak ada yang tahu. Ini bukan salahmu.."

"Tapi Kazusa-san.." ia masih sesugukan.

"Kubilang ini bukan salahmu Akira, tak tahu semua ini akan terjadi. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri Akira, kau tahu aku benci melihatmu menangis." Kazusa mengecup kedua mata sembam itu dengan lembut, selembut permen kapas, seringan awan di langit biru yang cerah.

Perlahan namun pasti tangisan Akira berhenti dan sesugukan juga sudah hilang. Ia hanya menikmati pelukan hangat Kazusa yang nyaman. Dari dulu hingga sekarang Akira suka sekali dada bidang yang penuh dengan kehangatan ini. Ia semakin mengeratkan pelukan dan memasukkan kepala nya semakin dalam. Kazusa merasakan gerakan pelan itu terkekeh pelan. Mengusap-usap punggung Akira, sesekali rambut bagian belakang Akira yang sangat lembut. Ia ikut-ikutan terbuai.

Lupakan tentang seks dan apapun itu, Kabakura pasti akan baik-baik saja, dokter terbaik sudah di kerahkan untuk menyembuhkan nya. Jadi mereka tak perlu khawatir. Semua akan berjalan dengan baik sesuai putaran takdir masing-masing.

Kazusa bisa merasa jika feromon Akira semakin terkendali dan berangsur memudar. Dengkuran halus memenuhi pendengarannya dan sentuhan geli menerpa kulit di dada bidang nya. Akira tertidur bahkan setelah seharian ini dengn perut kosong. Kazusa ingin membangunkan tapi tak tega. Mama muda ini pasti lelah dengan segala aktivitasnya di kampus belum lagi merawat Natsusa yang terkadang rewel.

...

Kabar gembira datang dari Nakamura Yuki. Sebab orangtua yang sudah lama meninggalkan nya sendiri telah kembali dan ia bersiap untuk menjemput di bandara. Tak ingin lambat mengenalkan Eiji, ia bahkan membawa pria omega itu ikut. Kegugupan melanda hati Eiji tat kala melihat siluet pasangan suami isteri bertubuh serasi berjalan mendekat. Style keduanya persis bak aktris Hollywood di sana, wajar saja, waktu yang di habiskan kedua nya di sana tidak sedikit, minimal mereka tahu gaya berbusana apa yang cocok di kenakan.

"Yuuu-chaaan...." Eiji sedikit tersentak ketika mendengar panggilan akrab itu kembali. Ibu Yuki, .... Memeluk Yuki dengan penuh kerinduan, belum sempat beradu tatap, kedua mata hazel itu berkaca-kaca. Suami yang setia mendampingi terkekeh pelan sembari mengusap rambut isterinya yang masih seperti anak gadis, kelakuan nya.

"Dan siapa ini Yu-chan?" akhirnya perkenalan yang di tunggu-tunggu berjalan dengan lancar. Yuki menggandeng tangan mate nya yang gugup, "Aku ada di sini Eiji-san.." Yuki berbisik menenangkan. Kedua raut wajah kedua lawan nya penuh tanya, menanti sang anak bicara.

"Tou-chan, Kaa-chan.. perkenalkan, ini adalah kekasih ku, mate ku tercinta..."

"Sato Eiji desu.." sambung Eiji dengan jantung berdebar.

Seriuslah.. ia bukan akan kecil yang ketakutan akan sesuatu, ia sudah dewasa namun perasaan nya begitu sensitif jika membawa sesuatu yang  baru dan asing. Ia takut jika pasangan ini akan berbeda dari Fuka dan Kei, ia takut di tolak, jika itu terjadi maka ini akan menjadi akhir baginya.

Degh. Degh. Degh.

Suasana hening untuk beberapa detik kemudian pelukan hangat dan nyaman di terima EIji dari wanita cantik itu, Furihata Ayaka.

Air mata Eiji mengalir deras, untuk sesaat saja ia berpikir akan di tolak, kemudian di caci dan dan di maki keras oleh keduanya. Tapi kenyataan nya tidak.

"Terimakasih.. terimakasih sudah menjaga nya saat kami tidak ada." Ayaka mengusap air mata di pipi pemuda yang lebih tinggi darinya. Ayahnya Nakamura Shou menepuk bahu Eiji pelan lalu tersenyum mengangguki.

"Aku sangat-sangat merindukan kalian,, Tou-san, Kaa-san." Barulah setelah itu Yuki melepaskan kerinduan nya. Ketiganya berpelukan tak ketinggalan anggota keluarga baru mereka.

"Yu-chan bilang, kau dulunya beta lalu sekarang menjadi omega, kau tak apa Ei-chan?" Yuki menahan tawanya kala ibunya memanggil Eiji dengan tambahan –chan di belakang, seumur-umur ia saja tak berani memanggil begitu.

"Apa yang salah? Lagipula ia akan jadi anak Kaa-san juga nanti."gerutu Ayaka, suaminya menarik isteri kesayangan itu ke dalam pelukan dan mengusap lengan nya lembut.

"Kalian semakin mesra saja, kalau begitu kami tidak akan kalah juga." Yuki merangkul pinggang ramping Eiji, membuat sang empunya pinggang merona menahan malu. Tapi Eiji berbeda dengan Akira yang akan langsung memberikan cubitan mautnya, ia hanya akan menghadiahkan pelototan tajam ke arah pemuda itu.

"A-Aku baik-baik saja. Aku justru senang dengan gender ku yang baru ini." Ujar Eiji gugup. Ini seperti menghadapi sidang keputusan hakim karena tuhduhan mencuri, ya,, mencuri hati Yuki. Eiji menatap manik kelam Yuki sejenak lalu kembali ke hadapan calon orang tuanya, "Karena aku bisa memberikan apa yang paling penting di kehidupan kami kelak." Nadanya terdengar ambigu di telinga Yuki.

Ayaka dan Shou saling berpandangan, lalu terkekeh pelan, Yuki menatap dengan ekspresi bingung. Apa yang di perlukan dirinya dan Eiji di masa depan? Sedetik kemudian seperti ada bunyi "Ting" terdengar di kepalanya.

"Eiji-san kau.." Yuki memundurkan wajahnya beberapa centi ke belakang dan itu membuat tiga lain nya tertawa.

"Tak kusangka jika putera kita masih sepolos dulu." Ujar Ayaka aktif dengan pembicaraan. Shou tak suka banyak bicara, ia hanya menanggapi hal-hal itu dengan senyuman dan deheman jika perlu. Tapi bagaimana ia bisa menyimpan suaranya yang indah itu di hadapan keluarganya.

"Ayah harap kau dan dia bisa hidup bahagian selamanya." Doanya yang terbaik.

"Ada satu hal lagi yang ingin Tou-san dan Kaa-san bicarakan denganmu, tapi tidak disini." Merasa teralihkan lagi Eiji pesimis, tapi Yuki tak ingin melepaskan genggaman nya, "Kau juga akan ikut Ei-chan."sela Ayaka. Ketiganya nya pun pulang bersama menggunakan mobil Yuki. Kembali ke rumah hangat mereka yang kosong selama beberapa tahun ini.

...

Di sebuah lorong sempit berbau busuk kotoran yang tersebar, seorang gadis yang tadinya di juluki malaikat harus berjibaku mencari jalan keluar, keluar dari kematian yang menanti di hadapan nya. Sudah tiga hari ini dirinya selalu tak tenang, di kejar kawanan pria berbaju hitam lengkap dengan alat-alat seperti tongkat base ball, kunci inggris maupun benda tajam lain nya. Di bandingkan mafia, itu terlihat seperti geng Yakuza yang terkenal di daerah sana.

Hifumi berjuang melawan ketakutan nya, ia tahu benar apa yang akan terjadi padanya nanti jika sampai tertangkap, tak ada yang akan menyelamatkan nya lagi, semua orang sudah pergi dari nya. Ia terbutakan oleh kecemburuan dan harta akibatnya, masa depan yang tadinya cerah berubah suram, bak lautan gelap tak berdasar.

"Aku harus pergi.. siapapun selamatkan aku..." harapan nya dalam hati hanya satu, agar ia bisa selamat, tapi bagaimana dengan Tuhan? Ia bahkan sudah merusak ciptaan tuhan yang lain nya.

Tap. Tap. Tap.

Pupil mata Hifumi mengecil dengan mata bulat sempurna. Tak ada yag bisa menjawab doa, nya terutama jeritan pilu nya ketika dirinya di tangkap salah satu pria berbaju hitam itu. Bahkan Tuhan tak menjawab doa nya, atau bahkan Tuhan saat ini hanya menonton, menyaksikan akhir baginya yang sudah di tuliskan.

...

satu minggu kemudia,,

Ruangan di penuhi aksesoris putih itu begitu tajam akan bau obat. Di tengah nya berbaring sosok pemuda yang sejak minggu lalu terbaring koma di atas ranjang. Kepulihan nya sangat di tunggu semua orang, terutama dokter tampan berkacamata yang senantiasa menemani hari-hari kosong tanpa kehadiran nya.

"Hai Kitty.. bagaimana keadaan mu hari ini?" ketika dirinya berkunjung kesalah satu ruangan VVIP, ia selalu melepas seragam doktenya ia hanya memakai kemeja dengan lengan di gulung sebatas siku dan kacamat setia bertengger di hidup bangir miliknya.

Selelah apapun dirinya ia pasti akan meluangkan waktu berkunjung, meski hanya sebatas berbicara pada Kabakura yang tidur, tak peduli pemuda itu akan mendengar atau tidak.

Seharusnya ini waktunya Kabakura untuk sadar, karena semua dokter mengatakan hal yang sama, tubuh Kabakura mempunyai pemulihan yang cepat, tapi Arima tak ambil pusing, hanya Tuhan yang tahu kapan Kabakura ini akan sadar dan membuka mata. Tugasnya kini hanya menunggu saat itu tiba.

Sejak semalam Arima tidak bisa tidur karena jadwal operasi milik nya begitu penuh, alhasil dari pagi menjelang petang dirinya baru bisa beristirahat kini, setelah semalam ia memberikan laporan pada ayahnya selaku atasan di rumah sakit.

Memilih bertumpu pada kedua lengan nya, Arima tidur dengan posisi duduk tepat di samping dimana tangan kanan Kabakura terkulai lemah dengan selang infus menempel di sana.

Entah mengapa berada di sekitar Kabakura selalu membuatnya nyaman, tak butuh waktu lama agar kedua mata indah milik nya terpejam. Setidaknya masih ada alam mimpi yang akan menampilalkan wajah tersenyum bahagia milik Kabakura, bukan wajah pucat penuh luka dan darah mengalir, ketika ia mendapat mimpi buruk itu, dirinya selalu terbangun dan mulai terisak pelan. Menggenggam tangan Kabakura erat agar oemuda itu tidak meninggalkan nya.

Tapi entah mengaoa malam ini, dirinya mendapatkan mimpi yang begitu indah. Di mana Kabakura yang sehat berdiri di bawah pohon sakura besar lengkap dengan bunga berwarna merah muda mekar sempurna dan gugur menghujani bayangan sosok Kabakura.

Ini sudah masuk musim Gugur yang dingin tapi Arima merasa tak ada satupun rasa dingin mengusik tidurnya. Ia tertidur layaknya orag yang tersihir.

Hanyut menatap keindahan ekhem ketampanan di depannya, ia tak sadar jika susasa di sekitarnya mulai berubah, meski hanya mimpi ia meras aini semua nyata, ketika ia melihat sosok tampan dengan kulit putihnya berubah pucat dengan darah mengalir dari kepala hingga melewati mata kiri Kabakura, Arima mulai berteriak memanggil-manggil.

"Tidak.. Jangan tinggalkan aku.."

Meski dengan keadaan parah, Kabakura masih bisa memberikan senyum menawan nya, tangan nya berusaha untuk menggapai Arima namun tak sampai, ada sesuatu yang menarik Kabakura menjauh, seperti bayangan hitam menyeramkan.

"Arigatou Arima-san.. Terimakasih atas semua cintamu selama ini, maaf tapi aku tidak bisa lebih lama di sisi mu, biarkan aku pergi, jangan panggil aku saat kau kesepian, jangan sebut namaku saat kau ingin sebuah kehangatan, karena aku tidak akan bisa memberikan nya. Jika ada kesempatan kedua, aku juga ingin membalas cintamu, dan kita akan hidup bahagia selama nya. Terimakasih dan selamat tinggal." Bukan senyum biasa, karena Arima bisa melihat ketulusan di dalamnya, tapi tunggu dulu.

"Tidak.. Bagaimana kau bisa pergi setelah mengatakan itu. Kembali dan katakana dengan benar, katakan kepadaku.. kumohon kembali lah... jangan tinggalkan aku.." Arima meraung kencang saat bayangan Kabakura menghilang sepenuhnya meninggalkan senyum samar di ingatan dengan jelas.

"Kumohon .. kembalilah.."

...

Assalamualaikum minna-san.. lama tidak bertemu... saya pada awalnya cukup optimis akan cerita ini mendapat tanggapan berupa comment dari semua, namun takdir berkata lain.. Comment yang saya tunggu tidak kunjung muncul di bar notifikasi saya, hanya ada beberapa reader-san baik hati yang memberikan suaranya.. Arigatou gozaimasu..

Mungkin ini salah saya yang terlalu percaya diri dengan cerita yang sarat akan kekaurangan,, saya mohon maaf..

Sekian isi hati saya curahkan,

Thankyou.
23 Agustus 2020
 

Actually publish on
29 Agustus 2020

Sorry nge skip bacaan kalian. Cuman mau curhat.. liat deh .

Alpha Mate saya muncul di sini..  ada yang bisa jelasin gak alasan Author seneng banget?

Yang tahu komen ya.. kalau ada 5 koment di chapter ini.. author bakal publish next chap.. malam ini juga.. janji..😍😍😗😗

Continue Reading

You'll Also Like

THE BΩSS [BXB] By Regal

General Fiction

225K 14.6K 35
"What if" Rasha take the throne? THE BOSS S t a t u s : c o m p l e t e [ 2018 - 2020 ]
205K 4.3K 20
Aku tidak ingin terikat hubungan dengan seorang laki laki karena trauma masalalu Aku pernah di khianati oleh laki laki bajingan Laura Putri Abraham ...
868K 93.2K 121
Akibat terlalu manly padahal berjenis omega, Albin membuat rencana untuk menjebak seorang alpha agar mau menjadi matenya.
489K 38.1K 17
#1 Japanese 01-06-2020 #1 Japanese 01-09-2020 #3 Japanese 08-08-2018 #2 Japanese 09-08-2018 #2 Mpreg 25-09-2018 #4 MalePregnancy 26-09-2018 Hos...