Arthur

By Annisa_im

86.1K 8.2K 418

Tentang kumpulan luka yang menghiasi Jiwa,Kumpulan dosa yang berimbas, dan takdir menyakitkan yang harus dile... More

Bersua
datangnya melukai
mulai memusuhi
sisi lain
Fitnah
Fakta
membentengi
kesalahan
tidak menghargai
pertemuan kembali
Topeng tak kasat mata
diam bukan berarti lemah
Bagaimana bisa aku lupa
langkah kedua
Balasan
dirinya yang sebenarnya
Seseorang yang baru
Mencoba sabar
Kesakitannya
Tidak Peduli
Bertemu Anne
Pilihan
Syarat Harta
Air mata pilu
Dalam hangatnya
Duri yang menusuk
Menata
tutur katanya senjatanya
tata krama yang tepat
Johanes yang bahagia
kepura-puraan

Hidup baru yang tak sampai

2K 213 1
By Annisa_im

Selamat membaca






Arthur mengelap sudut bibirnya saat ia sudah menyelesaikan makannya. Sembari menunggu yang lain makan, arthur hanya diam menatap jalanan luar. Hujan sedikit mereda. Walaupun begitu langit masih menunjukkan kelabunya.

Bunyi dering telepon Arthur membuat fokus yang lain mengarah padanya. "dari siapa?"tanya mikael yang baru saja memakan bakso terakhirnya. Arthur melihat siapa yang menelponnya.

"kakek James.."lirih arthur. Ia kemudian mengangkatnya.

"halo kek.."

"halo boy, where r u?"

Arthur terdiam, apa ia harus memberi tau?arthur yakin sekali James takkan mau melepaskannya.

"di restoran." jawabnya asal.

"maksud kakek, dimana kamu tinggal sekarang?"

"intinya aku sudah tidak mau tinggal satu atap sama papa dan istrinya." kukuh, arthur masih kukuh tidak mau memberitahukan dimana ia berada.

"kamu keras kepala juga ya sama seperti papamu. Setidaknya tinggal bersama kakek, aku khawatir dengan keadaanmu."

"aku baik-baik saja. Tanpa papa dan istrinya aku akan baik-baik saja."

Terdengar helaan nafas frustasi dari sana. Arthur tau dan dapat merasakan, James tulus kepadanya. James selalu merasa bersalah padanya juga mendiang mamanya.

"kenapa......kenapa kakek ga berikan saja harta warisku untuk anak-anak hana?"

Satu pertanyaan itu akhirnya terucap oleh bibir arthur langsung, membuat anne,refal,mikael dan azarel terdiam hening dan tidak tau harus berkata apa.

"sampai aku matipun, aku tidak rela."

"mereka juga cucumu. Aku tidak membutuhkan hartamu."

"kau tidak mengerti nak, aku melakukan ini demi memberi hukuman pada papamu dan istrinya. Aku tidak pernah tenang setelah kematian mendiang anak menantuku..."

"jika begitu keputusanmu. Jika kamu mati, sumbangkan saja harta emasmu ke badan amal. Aku tutup ya.."

Langsung saja dengan sedikit tidak hormat arthur memutus sambungan itu. Sungguh, arthur sangat tidak membutuhkan harta Herjuno yang sangat melimpah bahkan mungkin hingga keturunan ketujuhnya. Arthur hanya ingin bahagia tanpa mereka lagi.

"aku tidak menyangka ucapanmu terdengar savage." kekeh refal yang ada disampingnya.

Selesai makan mereka memutuskan pulang ke rumah masing-masing. "aku ada urusan."ucap arthur.

"urusan apa?"tanya anne.

"sebentar saja, kalian pulang duluan. Aku tak lama." dengan segera arthur menghentikan taksi yang lewat.

"mau kemana dia?"gumam anne.




****

Arthur berhenti didepan sebuah toko hewan peliharaan. Ia masuk ke dalam dan mencari seseorang yang mungkin sedari tadi sudah menunggunya.

"lo terlalu lama membuat gw menunggu." keluh sang gadis dengan kacamata dan rambut cepolannya. Arthur hanya memasang senyum tidak enak hati.

"maaf lia, sekarang mana?"

Gadis bernama Cecilia itu pergi sebentar kedalam dan saat ia keluar sudah ada anak anjing husky dalam gendongannya.

"lo sanggup mengurusnya?jujur aja gw kaget pas liat pesan dari lo mau mengadopsi anak anjing." ujar cecilia terdengar cukup akrab dengan si datar arthur. Wajar, itu karena mereka teman satu sekolah menengah pertama.

"aku hanya kesepian." lirih arthur dengan senyuman tipisnya. Lia mengerti apa arti senyuman yang dipaksakan itu.

Mencoba mengalihkan topik, lia memberi beberapa petunjuk dan cara mengurus anak anjing. Dan jenis-jenis makanannya. Dan apabila jika sedang sakit.

"nama apa yang akan lo beri?"tanya lia nampak antusias. Cecilia memang sangat supel, itu mengapa banyak para pelanggan yang senang jika dilayani olehnya.

"apa lo ada saran nama?"

Lia nampak berpikir keras. Ia harus menggunakan nama yang sangat bagus untuk anjing lelaki ini.

"hum...bagaimana jika Prince?"

"prince?"

"ya! Namanya prince saja. Dulu lo selalu ngomong kan lo punya kelinci yang namanya prince putih namun sayang dia mati. Jadi kenapa ga sekali lagi aja namain peliharaan prince?"

Arthur mengangguk."ya namanya prince."



****

(Arthur at 14 y.o)

"aku dengar dari laili si sekretaris kelas. Katanya sekolah kita kedatangan dua siswa baru." ujar cecilia yang senang sekali membawa berbagai macam berita yang ia dapat dari banyak sumber siswa.

"terus kenapa kalau ada siswa baru?" tanya mikael yang sedang meraut pensilnya. Sementara arthur hanya sedang menulis sedikit catatan.

"hanya asik saja kalau dibicarakan. Namanya juga cewek, senang urusin urusan orang." kekeh cecilia dengan cengiran menyebalkannya.

"dan laili bilang mereka hanya anak dari single parent yang bekerja sebagai karyawan saja."

"ada yang salah dengan itu?" tanya arthur namun tak menoleh pada cecilia yang duduk diatas mejanya sedikit menghalangi sih.

"ada rumor yang bertebaran. Ibu mereka itu bukan sebagai karyawan saja namun ia juga menggoda bos besarnya."

Bruk!

Arthur memukul mejanya sedikit keras, menimbulkan suara yang membuat satu kelas mengarah padanya namun setelahnya kembali pada kegiatan masing-masing.

"jangan jadikan kehidupan orang lain sebagai topik yang mau lo bahas didepan gw. Lia, stop bahas masalah orang lain." jika arthur sudah berucap panjang lebar cecilia hanya bisa diam. Ayolah, maaf, tadi ia terlalu bersemangat. Memang mulutnya ini harus ia sekolahkan lagi.

Cecilia yang menunduk itupun melototkan matanya saat ia lihat tetesan merah menodai buku catatan arthur, ia mendongak dan mendapati hidung arthur yang mimisan.

















Diana melipat tangan didepan dada. Memijit pangkal hidungnya didepan sang anak yang memerhatikan setiap pergerakannya. "baru kemarin kamu pulang dari rumah sakit. Sekarang kamu habis berkelahi dengan teman sekelasmu?"

Diana marah, itu yang arthur tau sekarang. Diana kembali seperti dulu, menjadi diana yang overprotect dan selalu mengkhawatirkannya. Ya, anemia akut kembali menyerang tubuhnya. Kabar itu membuat diana menganggapnya sakit-sakitan lagi.

"siapa suruh mulut mereka ga dijaga. Apa pantas mereka berbicara kurang ajar?padahal mereka anak-anak terdidik." dengus kesal arthur mengingat anak-anak disekolahnya yang memakinya anak manja. Dia benci sebutan anak manja.

"itu bukan alasan kamu untuk melakukan kekerasan. Mama ga pernah ajarin kamu hal itu. Kamu bisa dikenai tuntutan atas itu."

Arthur memilih diam. Ia tidak mau melawan diana terus. Biar bagaimanapun diana memang benar. Itu bukan alasannya memakai kekerasan harusnya ia belajar untuk tidak peduli akan hal itu.

"lalu bagaimana aku menjelaskan pada temanku, mengenai mereka yang tidak pernah melihat papa mengantar atau menjemputku disekolah?" lirih arthur bertanya sambil masih menunduk. Diana ikut terdiam, ia menurunkan tangannya dan meremat pinggir rok panjangnya.

****

"kamu mau memelihara anak anjing?" anne nampak melongo melihat apa yang baru saja dibawa oleh arthur.

"apa aunti tidak mengizinkan?" tanya arthur nampak ragu, ah harusnya ia minta izin dulu biar bagaimanapun anne pemimpin dirumah ini.

"ah boleh kok boleh, hanya saja. Siapa yang akan menjaganya disaat kalian sekolah?" tanya anne.

"saat sekolah aku akan menitipkanya ke petshop didepan ruko kasturi, disana temanku ada yang bekerja."

"sungguh?"

"iya."

"ok, boleh kok. Asalkan kamu rawat dengan benar dan baik. Omg, siapa namanya?" anne nampak gemas dengan anak anjing husky itu.

"Prince."

"ah...apa karena pemiliknya seorang pangeran jadi anjingnya juga diberi nama yang sama?"ledek anne membuat arthur tersenyum.

"jangan panggil aku pangeran, aku merasa seperti anak 8 tahun yang candu buku fantasi."

"baiklah pangeran.."

"aunti!"

Arthur kemudian masuk ke kamarnya. Membersihkan diri selepas itu ia mulai membuka buku-buku pelajarannya. Terlintas banyak pikiran akan hari esok dalam benaknya. Jika ia sudah tidak bersama jordan lagi, maka jordan tidak akan membiayai segala kebutuhan kehidupannya lagi. Apa itu akan membebani anne nantinya?

Apa ia harus mencari kerja sampingan?iya, sepertinya ia harus mencari kerjaan sampingan demi menutupi kebutuhan pengobatannya.

Sebenarnya arthur tidak harus pusing memikirkan pasal uang. Anne bukan orang yang pelit, anne sangatlah kaya bahkan mungkin harusnya ia mampu membeli mansion mewah daripada apartment sederhana ini. Ya meskipun sederhana cukup luas dan terpenting nyaman baginya.

Arthur tersentak dari lamunannya saat prince menjilati kakinya. Kehadiran makhluk berbulu kecilnya ini sedikit mampu mengobati lukanya. Arthur memilih memulai kehidupan baru dan lebih bersyukur pada apa yang ia punya ketimbang jatuh dan terpuruk.

Ia sudah berjanji untuk hidup demi diana yang telah mati-matian menghidupinya.


****

11 tahun yang lalu.

"habiskan makanan kamu, nanti setelahnya kita akan membuat pekerjaan rumah sama-sama ya."

"iya ma.."

Diana tersenyum saat arthur yang masih berusia 5 tahun itu sangat senang ia ajak belajar bersama. Anaknya makan dengan lahap. Membuat hatinya senang dan bersyukur.

Diana yang tengah asik memerhatikan anaknya makan pun terusik dengan dering telponnya. Ia melihat siapa yang menghubunginya saat ini.

Inara

Tentu diana senang inara menghubunginya. Diana senang dengan kabar menikahnya dion dengan inara beberapa bulan yang lalu. Dan beberapa bulan yang lalu juga inara dinyatakan hamil. Diana senang luar biasa.

Kekasih tak sampainya, yaitu dion sudah melangkah pada hidup baru sebagai seorang suami dan ayah. Mereka mencoba bahagia meski tak bersama. Mereka belum tau, duka yang sebenarnya telah siap menanti didepan sana.

"ada apa nar?"

"mba, aku senang banget.."

"wah ada apa nih?mba jadi penasaran."

Inara memang lebih muda darinya. Inara sebenarnya juga tau apa hubungan diana dan dion dimasa lalu, namun inara memilih untuk melupakan dan menerimanya.

"aku sama dion tadi baru cek usg. Anakku perempuan mba!!aku senang banget!!!"

Hati diana juga ikutan senang dan bahagia mendengarnya. "wahh selamat ya. Semoga kamu selalu sehat dan bayi cantik kamu itu, nar.."

"makasih mba. Oh ya mba, dimana anak manis kamu?"

Diana terkekeh mendengarnya.

"lagi makan, gatau kenapa nafsu makannya lagi banyak. Aku senang lihatnya."

"bilang sama dia mba. Dia bakal punya adik perempuan dariku."

Diana tak bisa menghentikan senyumnya. "kamu bisa aja, yang ada nanti dia habis nih minta ke singapur buat ketemu kamu."

"yaudah mba aku tutup ya. Jaga diri dan kesehatan ya mba sama arthur."

"iya kamu juga."

Lalu diana menatap arthur dengan senyuman. "om dion mau punya bayi ma?" tanyanya. Diana mengangguk..

"aku bisa ga sih ma punya adik?"

Dan saat itu diana diam. Memilih tidak mau menjawab dan membuat arthur merasa, ia salah bertanya pertanyaan konyol.











Continue Reading

You'll Also Like

6.2M 267K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
2.8M 259K 67
"Kalau umur gue udah 25 tahun dan gue belum menikah, lo nikahin gue ya?" "Enggak mau ah, lo tepos!" Cerita ini tentang Mayluna dan Mahesa yang sudah...
1.8M 129K 82
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

931K 51.4K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...