A Bad Boy Called Reno βœ“ (Sele...

By ikkowilliams

100K 7.3K 1K

Liora Anastasya adalah seorang wanita karir yang hidupnya serba tertata rapi dan perfeksionis. Itu juga terma... More

Prolog
Bab 1 [Pertemuan]
Bab 2 [Boleh Juga]
Bab 3 [Cute Momment]
Bab 4 [Tak Ada Logika]
Bab 5 [Mood]
Bab 6 [Senyummu]
Bab 7 [HangOut]
Bab 8 [Rasa]
Bab 9 [Mencipta Senyum]
Bab 10 [Bahagia]
Bab 11 [Manis Buatan]
Bab 12 [Manis Alami]
Bab 13 [Tetap Seperti Ini]
Bab 14 [Bahagia Itu Sederhana]
Bab 15 [Larut Dalam Nada]
Bab 16 [Tenang]
Bab 17 [Nggak Ada Akhlak]
Bab 18 [Rengkuh 01]
Bab 19 [Rengkuh 2]
Bab 20 [Dihibur]
Bab 21 [Bikin Anak?]
Bab 22 [Iri bilang, Bos]
Bab 23 [Semakin Cinta]
Bab 24 [Video Call with Reno]
Bab 25 [Dinner di Kucingan?]
Bab 26 [Dimas si Raja Drama]
Bab 27 [Lost]
Bab 28 [Masing-Masing]
Bab 29 [Believe]
Bab 30 [Reno is Back?]
Bab 32 [Will You Marry Me?]
EPILOG
Menunggu Reno
Polling Cover Reno
RENO-OPEN PRE-ORDER!
Intip Extra Chapter
Choice Comment
RENO CLOSE PRE-ORDER
INFO NOVEL RENO

Bab 31 [Rindu yang Terobati]

2.1K 136 25
By ikkowilliams

Hari-hariku terasa berantakan, cap perfeksionis yang melekat dalam hidupku seakan musnah. Tujuh hari, aku tidak masuk kerja melebihi pemberian waktu cuti dari Pak Bagio. Bosku itu menelvon terus dan sudah kujelaskan aku belum siap kerja lagi, tapi dia terus merayu.

Pagi inilah puncaknya, kublokir nomor Pak Bagio, kuabaikan pekerjaanku di D'Crunchy, aku menangis di kamar, menangisi nasibku, nasib Mama, juga nasib Reno yang melalui berita di koran tiga hari kemarin, dia sudah ditembak mati di Nusa Kambangan.

"Tuhannn, kenapa nasib saya seperti ini." Aku tersungkur ke lantai dekat ranjang sambil menjambak rambutku kuat-kuat, air mataku terus berlinangan. Aku lantas memeluk kedua lututku dan membenamkan wajahku di sana.

Trrrr!

Kuabaikan panggilan di ponselku yang kutaksir dari Pak Bagio lagi yang menggunakan nomor lain, aku terus terisak-isak memandangi foto Mama di nakas dekat ranjang.

Trrr!

Kuraih ponselku dan kutemukan nomor baru, kumatikan segera panggilan itu.

Trrr!

Kumatikan lagi

Trrr!

Aku jengkel, kuangkat segera. "Bapak nggak ngerti ya perasaan sayaaa!" Marahku sambil berteriak berang. "Enak sekali nyuruh kerja terus sementara selama saya kerja keras di D'Crunchy nggak pernah diapresiasi. Giliran saya buat kesalahan, diungkit-ungkit terus!" marahku yang lalu kembali mematikan telepon tersebut.

Aku meraih tisu dan menyeka air mataku. Selanjutnya aku bangkit berdiri. Aku ingin melakukan sesuatu, sesuatu untuk mengusir rasa sedih dan frustasiku.

Ketika akhirnya aku duduk di tepian ranjang dan memandang bayangan wajahku di kaca rias pada sudut kamar, aku lantas merapikan rambutku dan berniat untuk mandi.

Trrrr!

Astaga! Aku benar-benar kesal oleh panggilan itu, kali ini akupun mengangkatnya, nomornya masih sama dengan yang tadi, tapi aku diam.

  "Hallo, Li, assalamu'alaikum."

  Suara papa mengalun dari speaker ponselku. Papa? batinku kaget.

  "Li, Papa pengen ketemu kamu, please, Papa pengen bicara."

  Aku diam lagi seraya mengatur napas. "Bicara apa lagi, Pa?" Aku berusaha melembutkan ucapanku. "Bukankah semuanya sudah jelas, Liora ingin hidup sendiri, sebab kita punya kehidupan masing-masing."

  "Dengarkan Papa, Li, rasa bersalah Papa ke kamu sudah menggunung. Sekali saja Papa pengen ketemu kamu lagi, mohon kasih Papa kesempatan."

  "I can't, Pa. I'm sorry. Liora pengen kita sekarang menjadi masing-masing saja, tanpa saling mencampuri kehidupan masing masing."

  Kudengar Papa menangis. "Li, apa yang bisa Papa lakukan untuk menebus kesalahan Papa ke kamu? Papa sadar, kesalahan Papa mungkin setinggi Himalaya, tapi Papa ingin bicara ke kamu."

  Hening. Di antara kepeningan kepalaku, akupun mematikan telepon itu dan mematikan pula ponselku.

  Selanjutnya, aku bergegas ke kamar mandi, ingin rasanya kuguyur masalah-masalahku hingga luntur dan aku melupakan semuanya, aku tahu itu susah, tapi aku akan mencobanya. Move on dan melanjutkan hidup kembali dengan semangat baru.

  Bismillah ya Allah, ucapku ketika kepalaku terguyur air hangat pada shower di kamar mandiku.

  Sepertinya aku perlu jalan-jalan ke kampung Banyu Biru, batinku sambil mencoba tersenyum, walau untuk tersenyum saja aku seperti kesusahan.

***

  Cahaya mentari pada pukul 08:00 pagi ini meredup, awan-awan di langit mengapas kelam, seakan menjanjikan hujan padahal masih di musim kemarau.

  Kekelaman langit, tidak berbeda dengan perasaanku pagi ini, tapi aku berusaha tersenyum melajukan mobil pinjaman Reno ini menuju Kampung Banyu Biru. Memikirkan Reno sama halnya mengulik kesedihan dan nasib malang yang dialaminya. Bahkan dua hari lalu saat aku mampir ke Bengkel Anugerah yang tutup, aku masih bisa mengintip mobil biruku berada di dalam, kuabaikan itu sebab aku tak tahu harus bilang ke siapa, gimana kalau aku cepat-cepat mengklaim mobil tersebut dan aku malah disangkut-pautkan dengan masalah Reno?

  Ah, Reno, kenapa sih Ren aku jadi kangen. Dimanapun kamu berada, aku percaya kamu masih hidup dan kamu sedang berusaha datang kepadaku, kamu pria hebat.

  Mungkin harapanku terasa seperti orang gila karena jelas-jelas, berita yang beredar saat ini, Reno sudah dieksekusi mati di Nusa Kambangan. Biarlah aku seperti orang gila, yang penting aku yakin Reno masih hidup di luar sana, mungkin dia sedang bermasalah untuk pulang. Apa aku perlu mencarinya? Tidak, tidak ada satupun petunjuk.

  Mendatangi kampung Banyu Biru pagi ini, aku hanya ingin mengenang saat-saat bersama dirinya di kampung tersebut, soalnya di kampung tersebut aku merasa pikiranku lebih terbuka dan menenang ketimbang terkungkung di kampung Kupang Rejo yang tiap hari membicarakan kesedihan karena hilangnya Reno.

  Memarkirkan mobilku di bawah jembatan layang dimana kampung Banyu Biru berada, aku disambut ibu-ibu rumah tangga yang sedang sibuk dengan bermacam-macam aktivitas mereka. Ada yang belanja sayur, menganyam besek, menjemur ikan keriny, menjemur pakaian dan lain sebagainya.

  Aku mengangguk sopan ke arah mereka. Tujuanku adalah ke rumah tingkat yang dihuni simbah pemilik piano.

  "Eh, Mbak Liora! Kok sendirian, Mbak? Lha Mas Reno mana?"

  Kudengar suara ibu-ibu yang tengah menjemur pakaian terlantun ke arahku, membuat dahiku mengernyit.

  Lho, apa mereka nggak tahu? batinku heran. "Mas Reno lagi kerja, Bu!" balasku dengan seruan, kudustai ucapanku karena aku masih heran. Kok mereka seperti biasa-biasa saja? Bukankah orang-orang di kampung ini sangat dekat dengan Reno? Apa jangan-jangan Reno bersembunyi di kampung ini dan berita yang beredar itu hanya hoax di kampung Kupang Rejo saja dan dibuat oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab?

  Pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya mengantarkanku hingga sampai di rumah simbah pemilik piano. Aku tersenyum dan mengangguk sopan menemukan beliau menyambutku dengan wajah semringah, beliau tampak tengah menganyam tali bambu untuk ikat kerbau.

  "Nak Liora! Ayo ayo sini masuk!" ucap beliau ramah dan terlihat gati-gati (antusias)

  "Makasih, Mbah," jawabku ramah lantas mengikuti langkah beliau memasuki ruang tamu di lantai dua, ruangan yang ada pianonya. Memasuki ruangan ini, aku jadi ingat saat-saat Reno memainkan untukku nada-nada indah beserta lagunya. Aku juga ingat saat kami tidur di tempat ini semalaman.

  "Lho, Renonya mana, Nak Liora?" tanya simbah. "Sebentar simbah buatkan minuman dulu."

  "Maaf Mbah, tidak usah repot-repot, saya kemari mau cerita ke simbah soal Mas Reno," ucapku dengan nada sendu sambil memegang tangan Simbah yang siap berlalu.

  Simbah tampak kaget, namun akhirnya mengangguk dan segera duduk di hadapanku. "Ada apa, Nduk? Kok raut wajahmu terlihat muram begitu?" tanya Simbah yang berhasil membaca raut wajahku.

  "Mas Reno, Mbah… Mas Reno…" ucapku terbata-bata. Aku terisak-isak parah, mengingat senyuman Reno dan dekapan hangatnya.

  Ren, aku kangennn!

  BERSAMBUNG….

  💞💞💞

  EAAA! MASIH BERSAMBUNG, CIHUYYY! Thanks for reading, Guys! Jangan lupa vote dan comment!

 

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 15.2K 24
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
193K 14.6K 52
Semua wanita bisa aku dapatkan hanya dengan menunjuknya, tapi kamu kurang ajar, kamu yang harus aku beri pelajaran, karena aku yang akan membuatmu me...
2.5M 177K 33
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
NARENDRA By been

Teen Fiction

8.5M 811K 62
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Menjadi tawanan seorang ketua geng motor karena kesalahan mantan pacarnya? Itu adalah hal yang tidak pernah di bayangka...